Anda di halaman 1dari 52

SURAT KETETAPAN PAJAK

(NOTICE OF TAX
ASSESSMENT)

FAUZAN MISRA
PENETAPAN DAN
KETETAPAN PAJAK
SAAT TERUTANGNYA PAJAK
Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.
Pada prinsipnya pajak terutang pada saat timbulnya objek pajak yang
dapat dikenakan pajak, namun untuk kepentingan administrasi
perpajakan saat terutangnya pajak tersebut adalah:
a. Pada suatu saat, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong oleh
pihak ketiga
b. Pada akhir masa, untuk Pajak Penghasilan karyawan yang
dipotong oleh pemberi kerja, atau yang dipungut oleh pihak lain
atas kegiatan usaha, atau oleh Pengusaha Kena Pajak atas
pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
c. Pada akhir Tahun Pajak, untuk Pajak Penghasilan Badan (PT,
CV, Koperasi, Fa, BUMN/BUMD, dll) dan WPOP
PENERBITAN SURAT KETETAPAN
PAJAK
Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya
terbatas pada Wajib Pajak tertentu yang
disebabkan oleh ketidakbenaran dalam
pengisian Surat Pemberitahuan atau karena
ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan
oleh Wajib Pajak.
SURAT KETETAPAN PAJAK (SKP)

PENGERTIAN
Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang
meliputi :
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT)
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
SURAT KETETAPAN PAJAK
KURANG BAYAR (SKPKB)
PENGERTIAN
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi administrasi, dan
jumlah yang masih harus dibayar.
FUNGSI SKPKB

1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang


terutang
2. Sebagai alat atau sarana untuk
mengenakan sanksi
3. Sebagai alat atau sarana untuk menagih
pajak
DASAR ATAU SEBAB-SEBAB
DITERBITKANNYA SKPKB
1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak
yang terutang tidak atau kurang dibayar.
2. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka
waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan didalam surat teguran. (SKPKB
diterbitkan secara jabatan)
3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya
dikenakan tarif 0%
4. Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (tentang
kewajiban pembukuan) dan Pasal 29 (tentang kewajiban dalam
pemeriksaan) tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya
pajak yang terutang. (SKPKB diterbitkan secara jabatan)
SANKSI
BERKENAAN DENGAN SKPKB
1. Apabila SKPKB diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar (angka 1 pada dasar/sebab
terbitnya SKPKB), maka jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam
SKPKB ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
sebulan untuk selama-lamanya 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak sampai
dengan diterbitkannya SKPKB.
2. Apabila SKPKB diterbitkan berdasarkan angka 2, 3 dan 4 (pada dasar/sebab
diterbitkan SKPKB), maka jumlah pajak dalam SKPKB ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:
a. 50% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam
satu Tahun Pajak.
b. 100% dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar
c. 100% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak
atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau
dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan.
JANGKA WAKTU
PENERBITAN SKPKB
a. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat pajak terutang,
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
b. Setelah lewat jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya
pajak, berakhirnya masa pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan
dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 tahun tersebut
dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Sanksi
Pokok pajak yang kurang atau tidak dibayar di dalam SKPKB
ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% dari
jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.
CONTOH KASUS SKPKB
1. Seorang wajib pajak penghasilan yang
mempunyai tahun buku sama dengan tahun
takwim memasukkan SPT Tahunan PPh
untuk tahun 2015 tepat pada waktunya yang
disertai setoran akhir.
Pada bulan April 2018 dikeluarkan SKPKB
yang menunjukkan kekurangan pajak
terutang sebesar Rp. 1.000.000,00.
Perhitungan di dalam SKPKB:
1. Pajak yang terutang Rp. 1.725.000,00
2. Kredit Pajak
a. Pajak yang dipotong pemberi kerja Rp.150.000,00
b. Pajak dibayar sendiri (setoran masa) Rp.400.000,00
c. Pajak yang ditagih dengan STP
(tidak termasuk bunga dan denda) Rp. 75.000,00
d. Kredit pajak luar negeri Rp.100.000,00 +
Jumlah pajak yang dikreditkan Rp. 725.000,00 -
3. Pajak yang kurang dibayar Rp.1.000.000,00
4. Bunga 2 thn (2% x 2 x 12 x 1.000.000,00) = Rp. 480.000,00 +
5. Pajak yang masih harus dibayar = Rp.1.480.000,00
2. Seandainya SKPKB pada soal No.1 diterbitkan tanggal 17 Mei 2017, maka
perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Pajak yang kurang dibayar = Rp. 1.000.000,00
2. Bunga 17 bulan 2% x 17 x Rp. 1.000.000,00 = Rp. 340.000,00 (+)
3. Pajak yang masih harus dibayar = Rp. 1.340.000,00

3. Seorang Wajib Pajak Penghasilan walaupun sudah diperingatkan dan


ditegur, tidak memasukkan SPT Tahunan 2011. Pada tanggal 18 Agustus 2012
pajaknya ditagih dengan menggunakan SKPKB secara jabatan sebesar Rp.
5.000.000,00. Jumlah yang harus dibayar adalah:
Pajak kurang dibayar = Rp. 5.000.000,00
Sanksi adminstrasi 50% x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00
Denda tidak/lambat memasukkan SPT Tahunan = Rp. 100.000,00 +
Jumlah yang harus dibayar = Rp. 7.600.000,00
4. PT. Arena (Wajib Pajak Badan) melakukan pembayaran bunga kepada
Wajib Pajak Luar Negeri sebesar Rp. 2.000.000,00 namun dia tidak
memotong/menyetor PPh Pasal 26. Oleh karena itu pajaknya ditagih dengan
SKPKB dengan perhitungan:
PPh Pasal 26 harus dipotong
20% x Rp. 2.000.000,00 = Rp. 400.000,00
Sanksi administrasi berupa kenaikan
100% x Rp. 400.000,00 = Rp. 400.000,00 +
Jumlah yang harus dibayar = Rp. 800.000,00
5. Seorang Pengusaha Kena Pajak yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak telah melakukan penyerahan Barang Kena Pajak berupa barang
mewah (golongan 30%) sebesar Rp. 5.000.000,00 namun dia lalai untuk
menyetorkan PPN dan PPn BMnya. Oleh karena itu pajaknya ditagih dengan
SKPKB dengan perhitungan sebagai berikut:
Harga Penyerahan BKP Rp. 5.000.000,00
PPN harus dipungut 10% x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 500.000,00
PPnBM harus dipungut 30% x Rp. 5.000.000,00 = Rp.1.500.000,00 +
Pajak kurang bayar = Rp.2.000.000,00
Sanksi administrasi kenaikan 100% x 2.000.000,00 = Rp.2.000.000,00 +
Jumlah yang harus dibayar = Rp.4.000.000,00
SURAT KETETAPAN PAJAK
KURANG BAYAR TAMBAHAN
(SKPKBT)
PENGERTIAN
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan.
FUNGSI SKPKBT
1. Sebagai alat untuk mengoreksi ketetapan
pajak sebelumnya
2. Sebagai alat atau sarana untuk menagih
pajak
3. Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan
sanksi
DASAR PENERBITAN SKPKBT

1. Apabila ditemukan data baru dan atau data yang


semula belum terungkap yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang.
2. Masih ditemukan lagi data yang semula belum
terungkap pada saat diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan
atau data baru yang diketahui kemudian oleh
Direktur Jenderal Pajak
Data baru adalah data atau keterangan mengenai segala sesuatu
yang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang
terutang yang oleh Wajib Pajak belum diberitahukan pada waktu
penetapan semula, baik dalam Surat Pemberitahuan dan lampiran-
lampirannya maupun dalam pembukuan perusahaan yang
diserahkan pada waktu pemeriksaan.

Data yang semula belum terungkap adalah data atau keterangan


lain mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung
besarnya jumlah pajak yang terutang, yang:
a. Tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat
Pemberitahuan beserta lampirannya (termasuk laporan keuangan)
dan atau
b. Pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak
tidak mengungkapkan data dan atau memberikan keterangan lain
secara benar, lengkap, dan terinci sehingga tidak memungkinkan
fiskus dapat menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dengan benar dalam menghitung jumlah pajak yang
terutang.
Contoh Data Yang Semula Belum Terungkap
1. Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan tertulis adanya
biaya iklan Rp 10.000.000,00 sedangkan sesungguhnya biaya tersebut
terdiri dari Rp 5.000.000,00 biaya iklan di media massa dan
Rp5.000.000,00 sisanya adalah sumbangan atau hadiah.
2. Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan disebutkan
pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpa disertai dengan
perincian harta pada setiap kelompok yang dimaksud, demikian pula
pada saat pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan perincian tersebut, sehingga fiskus tidak dapat
meneliti kebenaran pengelompokan dimaksud.
Dalam pengelompokan tersebut sesungguhnya terdapat kesalahan,
misalnya harta yang seharusnya termasuk dalam kelompok harta
berwujud bukan bangunan kelompok 3 namun dikelompokkan ke dalam
kelompok 2.
3. Pengusaha Kena Pajak melakukan pembelian sejumlah barang dari
Pengusaha Kena Pajak lain dan atas pembelian tersebut oleh
Pengusaha Kena Pajak penjual diterbitkan Faktur Pajak. Barang-
barang tersebut sebagian digunakan untuk kegiatan yang mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usahanya dan sebagian
digunakan untuk kegiatan yang Tidak mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan.
JANGKA WAKTU PENERBITAN SKPKBT
1. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat pajak terutang,
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak,
apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum
terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang
terutang.

Sanksi
Tagihan di dalam SKPKB ditambah dengan kenaikan sebesar
100% dari pajak yang kurang dibayar.

Catatan
Kenaikan tidak dikenakan apabila Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan itu diterbitkan berdasarkan keterangan
tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat
Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan
pemeriksaan.
b. Setelah lewat jangka waktu 5 tahun sesudah saat
terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dalam hal Wajib
Pajak setelah jangka waktu 5 tahun tersebut
dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Sanksi
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
ditambah sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar.
SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH
BAYAR (SKPLB)
PENGERTIAN
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
terutang atau tidak seharusnya terutang
FUNGSI SKPLB

Sebagai sarana atau alat untuk


mengembalikan kelebihan pembayaran pajak
yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak
DASAR ATAU SEBAB-SEBAB
DITERBITKANNYA SKPLB
1. Untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak lebih besar dari
jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang.
2. Untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak lebih
besar dari jumlah pajak yang terutang, atau telah dilakukan
pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang. Apabila
terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud dengan jumlah Pajak
Yang terutang adalah jumlah Pajak Keluaran setelah dikurangi
pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
tersebut.
3. Untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pajak
yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang terutang atau
telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya
terutang.
TATA CARA PENERBITAN SKPLB

1. Terjadi kelebihan pembayaran pajak setelah dilakukan


pemeriksaan terhadap SPT tanpa adanya permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi), dengan
ketentuan :
a. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan setelah
dilakukan pemeriksaan atas Surat Pemberitahuan yang
disampaikan Wajib Pajak yang menyatakan Kurang Bayar,
Nihil, atau lebih bayar yang tidak disertai dengan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak (permohonan restitusi).
b. Apabila Wajib Pajak setelah menerima SKPLB dan
menghendaki pengembalian kelebihan pembayaran pajak
(restitusi), maka wajib pajak mengajukan permohonan
secara tertulis.
2. Atas Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang
sesuai dengan perhitungan yang terdapat di dalam SPT yang
disampaikan wajib pajak, dengan ketentuan :
a. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib
Pajak dengan kriteria tertentu, sebagaimana dimaksud di dalam
Pasal 17C UU No. 16 Tahun 2000, harus menerbitkan surat
ketetapan pajak paling lambat 12 bulan sejak surat permohonan
diterima secara lengkap dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan
telah diisi lengkap, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Catatan
kegiatan tertentu yaitu ekspor dan penyerahan Barang Kena
Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai, jangka waktu tersebut dapat dipersingkat
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. Permohonan dapat
disampaikan dengan cara mengisi kolom dalam Surat Pemberitahuan
atau dengan surat tersendiri.
b. Apabila setelah lewat jangka waktu 12 bulan tersebut Direktur
Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan
dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar harus diterbitkan dalam
waktu paling lambat 1 bulan setelah jangka waktu tersebut
berakhir.

c. Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat


diterbitkan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
huruf b, maka kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga
sebesar 2% sebulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam huruf b sampai dengan saat
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

Catatan
SKPLB masih dapat diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya
jumlahnya lebih besar dari kelebihan pembayaran pajak yang
ditetapkan
TATA CARA PENGHITUNGAN DAN
PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK
1.  Kelebihan pembayaran pajak adalah:
a. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau
telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.
b. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang diterbitkan atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari wajib pajak tertentu
c. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
d. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Keputusan Keberatan atau
Putusan Banding.
e. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Keputusan Pengurangan
atau Penghapusan Sanksi Administrasi, sebagai akibat diterbitkan Keputusan
Keberatan atau Putusan Banding yang menerima sebagian atau seluruh
permohonan Wajib Pajak.
2. Kelebihan pembayaran pajak harus diperhitungkan terlebih dahulu
dengan utang pajak, baik di pusat maupun cabang-cabangnya.
3. Atas dasar persetujuan Wajib Pajak yang berhak atas kelebihan
pembayaran pajak, kelebihan tersebut dapat diperhitungkan dengan
pajak yang akan terutang atau dengan utang pajak atas nama Wajib
Pajak lain.
4. Kelebihan pembayaran pajak yang masih tersisa, dikembalikan dalam
jangka waktu 1 bulan sejak:
a. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a diterima
b. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud
dalam angka 1 huruf b diterbitkan
c. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf c diterbitkan
d. Keputusan Keberatan diterbitkan atau Putusan Banding
diterima sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf d
e. Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf e diterbitkan.
5. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dengan
menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).
CONTOH KASUS TENTANG IMBALAN BUNGA BERKAITAN DENGAN
KETERLAMBATAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
PAJAK
a. PT. MELATI telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan
Tahun 2001 pada tanggal 30 April 2002 yang menyatakan lebih
bayar sebesar Rp. 25.000.000,00. Setelah diadakan
pemeriksaan menghasilkan lebih bayar sebesar Rp.
20.000.000,00. SKPLB terbit tanggal 10 Oktober 2002 dan
SPMKP diterbitkan pada tanggal 17 Desember 2002 yang
seharusnya terbit paling lambat tanggal 9 November 2002.
Perhitungan imbalan bunga adalah sebagai berikut :
-  Dasar Perhitungan imbalan bunga sebesar Rp.
20.000.000,00.
-  Jumlah bulan dihitung sejak tanggal 10 November 2002
sampai dengan tanggal 17 Desember 2002 adalah 2 (dua)
bulan.
-   Besarnya imbalan bunga yang didiberikan kepada PT.
MELATI adalah :
2% x 2 x Rp.20.000.000,00 = Rp.800.000,00.
b. PT. MAWAR telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan
tahun 2001 pada tanggal 30 April 2002 yang menyatakan
kurang bayar sebesar Rp.5.000.000,00. Setelah diadakan
pemeriksaan menghasilkan lebih bayar sebesar
Rp.10.000.000,00. SKPLB terbit tanggal 17 September 2004.
Atas dasar SKPLB tersebut Wajib Pajak mengajukan surat
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang
diterima secara lengkap pada tanggal 11 Oktober 2004. SPMKP
diterbitkan pada tanggal 26 Januari 2005 yang seharusnya
terbit pada tanggal 10 November 2004.

Perhitungan imbalan bunga adalah sebagai berikut :


-  Dasar Penghitungan imbalan bunga Rp.10.000.000,00.
-   Jumlah bulan dihitung sejak tanggal 11 November 2004
sampai dengan tanggal 26 Januari 2005 adalah 3 (tiga) bulan.
-  Besarnya imbalan bunga yang diberikan kepad PT.
MAWAR adalah :
2% x 3 x Rp.10.000.000,00 = Rp.600.000,00.
CONTOH KASUS TENTANG IMBALAN BUNGA BERKAITAN
DENGAN KETERLAMBATAN PENERBITAN SKPLB
PT DAHLIA telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2001
pada tanggal 27 Maret 2002 yang menyatakan lebih bayar sebesar
Rp.100.000.000,00. Setelah diadakan pemeriksaan ternyata sampai
dengan batas 12 (dua belas) bulan (tanggal 26 Maret 2003) belum
diterbitkan surat ketetapan pajak. Atas keterlambatan ini permohonan
Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan SKPLB sebesar Rp.100.000.000,00
(sama dengan SPT Wajib Pajak) diterbitkan tanggal 2 Mei 2003 yang
seharusnya paling lambat tanggal 26 April 2003.
Perhitungan imbalan bunga adalah sebagai berikut :
-   Dasar penghitungan imbalan bunga Rp.100.000.000,00.
-   Jumlah bulan dihitung sejak tanggal 27 April 2003 sampai dengan 3
Mei 2003 adalah 1 (satu) bulan.
-  Besarnya imbalan bunga yang diberikan kepada PT. DAHLIA
adalah:
2% x 1 x Rp.100.000.000,00 = Rp.2.000.000,00
Catatan
Dalam hal SPMKP juga terlambat diterbitkan (lebih dari satu bulan sejak
tanggal SKPLB), maka atas keterlambatan penerbitan SPMKP ini juga
diberikan imbalan bunga.
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN ATAS KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK DARI WAJIB PAJAK DENGAN
KRITERIA TERTENTU

1. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas


permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, menerbitkan Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
sejak permohonan diterima secara lengkap paling lambat :
a. 3 bulan sejak permohonan diterima untuk Pajak
Penghasilan
b 1 bulan sejak permohonan diterima untuk Pajak
Pertambahan Nilai.
Catatan
Permohonan dapat disampaikan dengan cara mengisi kolom
dalam Surat Pemberitahuan atau dengan surat tersendiri.
2. Kriteria Wajib Pajak Yang Dapat Diberikan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran
Pajak
a) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat
Pemberitahuan untuk semua jenis pajak dalam 2
tahun terakhir
b) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis
pajak kecuali telah memperoleh izin untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak
c) Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka
waktu 5 tahun terakhir
d) Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan
publik atau Badan Pemeriksa Keuangan harus
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau
dengan pendapat wajar dengan pengecualian
sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi
laba rugi fiskal.
Catatan
1. Dalam hal laporan keuangan diaudit, maka laporan
audit harus:
a. Disusun dalam bentuk panjang (long form
report)
b. Menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan
fiskal.
2. Dalam hal laporan keuangan tidak diaudit oleh akuntan
publik, maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan
untuk ditetapkan sebagai Wajib Pajak Kriteria Tertentu,
sepanjang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
3. Permohonan untuk ditetapkan sebagai Wajib Pajak
Kriteria Tertentu diajukan paling lambat 3 bulan sebelum
tahun buku berakhir.
4. Direktur Jenderal Pajak menetapkan Wajib Pajak yang
memenuhi persyaratan/kriteria tertentu bulan Januari.
3. Wajib Pajak yang memenuhi syarat sebagai Wajib
Pajak Tertentu tidak dapat diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, apabila:
a. Terhadap Wajib Pajak tersebut dilakukan tindakan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
b. Dalam suatu Masa Pajak Pajak Pertambahan Nilai
ternyata tidak memenuhi kriteria, sejak Masa
Pajak yang bersangkutan.
4. Wajib Pajak yang penghitungan jumlah peredaran
usahanya mudah diketahui karena berkaitan dengan
pengenaan cukai sepanjang memenuhi ketentuan
dapat diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai.
5. Wajib Pajak yang telah ditetapkan sebagai wajib pajak
kriteria tertentu yang mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak tetapi
tidak menghendaki diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, dapat
menyatakan keinginannya dalam surat tersendiri
sebagai lampiran Surat Pemberitahuan yang
bersangkutan.
Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak dari Wajib Pajak tersebut, diproses sesuai
dengan ketentuan Pasal 17B Undang-undang Nomor
6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000.
Catatan
1. Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan
terhadap Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, dan menerbitkan
surat ketetapan pajak, setelah melakukan pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak.
2. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak
dalam jangka waktu 10 tahun setelah melakukan pemeriksaan
terhadap Wajib Pajak yang telah memperoleh pengembalian
pendahuluan. Surat ketetapan pajak tersebut dapat berupa
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Nihil.
3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan catatan 2, Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah
kekurangan pembayaran pajak.
CONTOH KASUS PENGEMBALIAN PENDAHULUAN
KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK, DIMANA SKPKB
DITERBITKAN SETELAH SURAT KEPUTUSAN
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK
Pajak Penghasilan
- Wajib Pajak telah memperoleh pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak sebesar Rp80.000.000,00.
- Dari pemeriksaan diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Pajak Penghasilan yang terutang sebesar
Rp100.000.000,00
b. Kredit pajak, yaitu:
- Pajak Penghasilan Pasal 22 Rp20.000.000,00
- Pajak Penghasilan Pasal 23 Rp40.000.000,00
- Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp90.000.000,00
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar dengan penghitungan sebagai
berikut:
- Pajak Penghasilan yang terutang sebesar
Rp100.000.000,00
Kredit Pajak:
- Pajak Penghasilan Pasal 22 Rp20.000.000,00
- Pajak Penghasilan Pasal 23 Rp40.000.000,00
- Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp90.000.000,00 +
Rp 150.000.000,00
- Jumlah Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak Rp 80.000.000,00 -
- Jumlah pajak yang dapat dikreditkan Rp70.000.000,00
-
- Pajak yang tidak/kurang dibayar Rp30.000.000,00
- Sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 100% Rp30.000.000,00 +
- Jumlah yang masih harus dibayar Rp60.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai
- Pengusaha Kena Pajak telah memperoleh pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak sebesar Rp 60.000.000,00.
- Dari pemeriksaan diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Pajak Keluaran Rp 100.000.000,00
b. Kredit pajak, yaitu:
- Pajak Masukan Rp 150.000.000,00
- Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar dengan penghitungan sebagai berikut:
- Pajak Keluaran Rp 100.000.000,00
- Kredit Pajak:
- Pajak Masukan Rp150.000.000,00
- Jumlah Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak Rp 60.000.000,00(-)
Jumlah pajak yang dapat dikreditkan Rp 90.000.000,00 (-)
- Pajak yang tidak/kurang dibayar Rp 10.000.000,00
- Sanksi administrasi kenaikan 100% Rp 10.000.000,00 (+)
- Jumlah yang masih harus dibayar Rp 20.000.000,00
TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN ATAU PAJAK PENJUALAN
ATAS BARANG MEWAH

1. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak disampaikan


oleh Pengusaha Kena Pajak dengan cara mengisi kolom yang tersedia
dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai atau
dengan surat tersendiri, dan dilampiri dengan bukti-bukti dan atau
dokumen yang menyatakan adanya kelebihan pembayaran pajak
yaitu:
a. Faktur Pajak Masukan dan Faktur Pajak Keluaran yang
berkaitan dengan kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai
yang dimintakan pengembalian.
b. Dalam hal impor Barang Kena Pajak, dilampirkan :
1. Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
2. Surat Setoran Pajak atau bukti pungutan pajak oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
3. Laporan Pemeriksaan Surveyor (LPS), sepanjang termasuk
dalam kategori wajib LPS.
c. Dalam hal ekspor Barang Kena Pajak, dilampirkan :
1. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah
difiat muat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
2. Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill
3. Wesel Ekspor atau bukti transfer.
d. Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa
Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai,
dilampirkan:
1. Kontrak atau Surat Perintah Kerja
2. Surat Setoran Pajak.
e. Dalam hal permohonan pengembalian yang diajukan
meliputi kelebihan pembayaran akibat kompensasi Masa Pajak
sebelumnya, maka yang dilampirkan meliputi seluruh dokumen
yang berkenaan dengan kelebihan pembayaran Pajak
Pertambahan Nilai Masa Pajak yang bersangkutan.
2. Dalam hal permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak kriteria tertentu,
lampiran sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a
sampai dengan huruf d tidak wajib disampaikan, kecuali dalam
hal permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
yang diajukan meliputi kelebihan pembayaran akibat
kompensasi Masa Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak
ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak kriteria tertentu.
3. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak,
disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat
Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan.
4. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
ditentukan 1 permohonan untuk 1 Masa Pajak.
5. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang
diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan
tertentu, harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lambat
:
a. 2 bulan sejak saat diterimanya permohonan, kecuali
permohonan yang penyelesaiannya dilakukan melalui
pemeriksaan untuk semua jenis pajak
b. 12 bulan sejak saat diterimanya permohonan sepanjang
penyelesaian atas permohonannya dilakukan melalui
pemeriksaan untuk semua jenis pajak.
6. Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
dinyatakan lengkap apabila memenuhi ketentuan yang
ditetapkan.
7. Apabila jangka waktu telah lewat, Direktur Jenderal Pajak tidak
menerbitkan surat ketetapan pajak, maka permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang diajukan
dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
harus diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 bulan setelah
jangka waktu tersebut barakhir.
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK
TERHUTANG
Pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terhutang ialah pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak
atau Subyek Pajak atau bukan Subyek Pajak atas
yang bukan merupakan Obyek Pajak berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERHUTANG 
1. Wajib Pajak atau Subyek Pajak atau bukan Subyek Pajak yang meminta
kembali pembayaran pajak harus mengajukan permohonan tertulis
sebagai kelengkapan atau data tambahan kepada Kepala Inspeksi Pajak
tempat Wajib Pajak atau Subyek Pajak atau bukan Subyek Pajak tersebut
berkedudukan atau bertempat tinggal.
Khususnya mengenai kelebihan pembayaran PPN dan PPn BM agar
permohonan bagi Wajib Pajak yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak, diajukan kepada Kepala Inspeksi Pajak yang menerbitkan
surat pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan bagi Wajib Pajak
bukan Pengusaha Kena Pajak permohonan diajukan kepada Kepala
Inspeks Pajak tempat Wajib Pajak tersebut berkedudukan atau bertempat
tinggal, sedangkan terhadap Pengusaha Kena Pajak yang memperoleh
izin Pemusatan Tempat Usaha (Sentralisasi), permohonan diajukan
kepada Kepala Inspeksi Pajak yang memberikan izin Pemusatan Tempat
Usaha tersebut.
Dalam hal permohonan Wajib Pajak atau Subyek Pajak atau bukan
Subyek Pajak tidak diajukan kepada Kepala lnspeksi Pajak domisili, maka
Kepala lnspeksi Pajak yang menerima permohonan harus meneruskan
kepada Kepala Inspeks Pajak domisili.
2. Surat permohonan tersebut di atas harus mencantumkan :
1. Alasan meminta kembali pembayaran pajak
2. Jum!ah yang diminta pengembaliannya
3. Perincian dan pembayaran dan atau penyetoran-
penyetoran yang diminta pengembaliannya (disertai tanggal
dan nomor dari tiap-tiap bukti setoran)
4. Hutang-hutang pajak lainnya
3. Permohonan tersebut dapat disetujui, apabila memenuhi syarat
sebagai berikut :
1. Setelah diteliti memang terdapat kekeliruan/kesalahan
pembayaran pajak atau pemotongan pajak atau pemungutan
pajak, sehingga terdapat pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terhutang.
2. Wajib Pajak atau Subyak Pajak atau bukan Subyek Pajak
harus menyerahkan bukti-bukti pembayaran atau
pemotongan atau pemungutan asli dari pajak yang diminta
kembali pembayarannya.
4. Atas permohonan pengembalian pajak yang dapat disetujui (baik
sebagian atau sepenuhnya), dibuatkan Surat Keputusan Kelebihan
Pembayaran Pajak
5. Kepala lnspeksi Pajak yang berwenang mengeluarkan Surat
Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak tersebut adalah Kepala
Inspeksi Pajak tempat Wajib Pajak atau Subyek Pajak atau bukan
Subyek Pajak bertempat tinggal atau berkedudukan. (KIP domisili
Wajib Pajak). Dalam hal pembayaran atau pemotongan atau
pemungutan pajak ditatausahakan di luar wilayah Kantor lnspeksi
Pajak domisili Wajib Pajak, maka Kepala Inspeksi Pajak domisili
sebelum mengeluarkan Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran
Pajak harus meminta konfirmasi terlebih dahulu dari Kepala
lnspeksi Pajak yang menatausahakan segi-segi pembayaran atau
pemotongan atau pemungutan pajak tersebut. SKKPP dikeluarkan
dalam jangka waktu 30 hari setelah semua data yang diperlukan
lengkap.
6. Pengeluaran Surat Keputusan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
(SKPKPP) dan Surat Perintah Membayar
Kembali Kelebihan Pajak (SPMKP),
dilakukan oleh Kepala lnspeksi Pajak yang
mengeluarkan Surat Keputusan Kelebihan
Pembayaran Pajak, kecuali terhadap Kantor-
kantor lnspeksi Pajak dalam lingkungan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Jakarta Raya, SPMKP dikeluarkan oleh
masing-masing Kantor Wilayah Direktorat
Jenderat Pajak yang bersangkutan.
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL
(SKPN)
PENGERTIAN
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan,


menerbitkan SKPN apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran
pajak.
DASAR ATAU SEBAB-SEBAB PENERBITAN
SKPN
1. Untuk Pajak penghasilan, jumlah kredit pajak sama dengan
jumlah pajak yang terutang atau tidak ada pajak terutang dan
tidak ada kredit pajak.
2. Untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak sama
dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang
dan tidak ada kredit pajak.
Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut
Pajak Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud dengan
jumlah pajak yang terutang adalah jumlah Pajak Keluaran
setelah dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.
3. Untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pajak
yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau
pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak.
TERIMA KASIH,
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai