Anda di halaman 1dari 15

Ketuhanan dalam Kebudayaan

Oleh. Mohamad Anas


Kekerasan atas nama agama di
Temanggung
Penyerangan jamaah ahmadiyah di
Pendegelang Banten
Peradaban yang mampu
bertahan adalah peradaban
yang berbasis pada
keyakinan/ketuhanan
(Samuel Huntington)
Etika Ketuhanan

 Menekankan pada makna esensial dari setiap


pemahaman agama;
 Internalisasi nilai-nilai ketuhanan (Muhamad
Iqbal tentang penciptaan alam)
 Tuhan maha pencipta, maka manusia harus
mampu membuat
Toleran, Kebebasan dan dialog
agama
 Agama adalah hak asasi yang mendasar bagi
manusia, soal keyakinan manusia
 Dialog agama perlu, untuk menghindari
kesalapahaman
 Nilai-nilai substansi agama yang didialogkan
menjadi ruang komunikasi menuju konvergensi antar
pemeluk agama
 Menuju ketuhanan yang berkebudayaan (toleran)
• Terbuka mendiskusikan untuk memecahkan persoalan
DIALOG
untuk mengurangi kecurigaan

• Melahirkan sikap yang mengakui keberadaan orang lain


KOEKSISTE yang berbeda
NSI

• Berani untuk hidup bersama dalam masyarakat yang


Proeksistensi
plural, khususnya dari segi agama.
Ketegangan agama dan
negara: Privatisasi dan
Separasi
1. Zaman Aufklarung; zaman
pencerahan. Selaras dengan itu
agama menjadi terpinggir
2. Terjadi pemisahan gereja dan negara
3. Muncul paham sekulerisme
4. Indonesia tidak mengenal dikotomi
agama dan negara
 Pemisahan agama dari negara berakibat
militan, agresif dan radikal
 Ketika agama tersudut dari ruang publik
menjadi ruang privat, ekspresi spiritual
personal terputus dari ruang publik
 “Spiritual tanpa pertanggungjawaban
sosial, politik tanpa jiwa”
 Kritik atas Privatisasi Agama:
1) Terjadi deprivatisasi agama: Muncul
Teologi pembebasan
2) Gereja-Negara yang demokratis:
Denmark, Swedia, Finlandia, Yunani, dll
3) “Pemisahan bersahabat”: Perancis
4) AS: pemisahan tanpa mengingkari
dimensi agama dan politik
Agama dan Negara:

Integrasi
agama-negara

Disintegrasi
agama-negara

Simbiosis-
mutual agama-
negara
Perlukah Diintegrasikan?
 Mempertimbangkan kebhinekaan
 Agama tak perlu diintegrasikan ke dalam
negara (institusi), misal: Perlukah syari’ah
diformalkan?
 Sebab rawan dengan politisasi agama;
kepentingan (lihat capres yang masuk ke
simbol-simbol agama)
Dari Interkoneksi Kritis ke Arah Integrasi-Moderat.

1. Differentiation  (pembedaan), bukan


separatisme, sebab separatisme mengarah pada
isolasi, menutup diri
2. Menyerupai ‘civic religion’; yakni pembedaan
yang tanpa saling mengingkari
3. Masing-masing terhubung dengan ranah
kehidupan yang berbeda secara konseptual (tapi
bisa saja terhubung) dalam metode, bentuk
pemikiran, wacana dan tindakan
NEGARA:
Agama tak perlu
diintegrasikan ke dalam
negara (institusi), sebab
rawan dengan politisasi
agama
Institusi negara bebas
menjalankan kebijakan dalam
batas konstitusi, seta
menjamin kebebasan penuh
beribadah privat dalam batas
keyakinan masing-masing
Agama harus melakukan proses obyektivikasi dan
Agama menjadi landasan moral untuk menopang

Agama bisa mengembangkan nilai keagamaan di

rasionalisasi agar bersifat universal


ruang publik melalui civil society
atau melawan kekuasaan;
AGAMA:
Agama;
dogmat
is,suby
ektif,
dll

Menjadi
“Agama-
Relasi kritis-konstruktif Negara”
antara agama dan negara
Indonesia:
Negara
Pancasila

Negara;
Sekuler
,
absolut,
dll

Anda mungkin juga menyukai