Anda di halaman 1dari 76

MODUL I.

PEMROGRAMAN
PEMANFAATAN RUANG / INDIKASI PROGRAM
YANG BERBASIS RENCANA TATA RUANG

1. KOMPETENSI YANG PERLU DIMILIKI

2. GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN – GBPP

3. BAGAN ALIR PEMAHAMAN PEMANFAATAN RUANG


& PEMROGRAMAN PEMANFAATAN RUANG YANG
BERBASIS RENCANA TATA RUANG

4. POKOK BAHASAN & SUB POKOK BAHASAN


1.1 Latar Belakang.
• Secara umum pemrograman pemanfaatan ruang yang berbasis Tata
Ruang dapat dibagi dalam dua bagian : yaitu pemrograman
pemanfaatan ruang yang berbasis tata ruang ( Untuk Nasional dan
Perkotaan ) serta pemrograman pemanfaatan ruang yang berbasis
pemanfaatan ruang Provinsi / Kabupaten. Untuk yang kedua, dibahas
tersendiri dalam Modul II. Pemrograman Pemanfaatan Ruang Yang
Berbasis RTR Provinsi / Kabupaten, mengingat wilayahnya serta
aspek-aspek yang berbeda dengan Modul I.
• Pemrograman / indikasi program, pemanfaatan ruang yang berbasis
RTR, mencakup upaya untuk memanfaatkan fungsi sumberdaya alam
dan sumberdaya alam hayati serta ekosistemnya, baik sebagai
pelindung sistem, penyangga kehidupan dan usaha pengawet
keanekaragaman hayati maupun sebagai sumberdaya pembangunan.
• Pemrograman Pemanfaatan Ruang adalah rangkaian program dan
kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang sesuai
jangka waktu yang telah ditetapkan fungsinya didalam rencana tata
ruang untuk membentuk ruang yang mengacu kepada UU No 24 / 1992
tentang Penataan Ruang.
• Pemanfaatan ruang diarahkan untuk memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian
dan kelangsungan kehidupan.
• Pemrograman Pemanfaatan ruang / indikasi penysunan program, harus
memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja, meningkatkan
sumber pendapatan negara dan devisa, memelihara tata air, serta
memacu pembangunan.
PEMROGRAMAN PEMANFAATAN RUANG DISUSUN
BERDASARKAN PERATURAN DAN PERUNDANGAN-UNDANGAN:
• UU No 24 / 1992, TENTANG PENATAAN RUANG./ Ada Revisi !
• UU No 23 / 1997, TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP.
• UU No 32 / 2004, TENTANG PEMERINTAH DAERAH.
• UU No 33 / 2004, TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN
ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH.
• PP No 69 / 1996, TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN
KEWAJIBAN SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA
MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG.
• PP No 47 / 1997 TENTANG, RENCANA TATA RUANG
WILAYAH NASIONAL.
• PERMENDAGRI No 9 / 1998, TENTANG TATA CARA PERAN
SERTA MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG
DAERAH.
• UU No 7 / 2004, TENTANG SUMBERDAYA AIR.
• UU No 25/2004, TENTANG SISTEM PERENCANAAN NASIONAL
• UU No 38 Tahun 2004, tentang Jalan.
• Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang
Lalu lintas Dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480);
• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
• Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4169;
• Dalam pelaksanaan pemrograman pemanfaatan
ruang yang berbasis RTR diperlukan rencana
yang telah mempunyai validasi, serta
pengendalian pemanfaatan ruang.

• Pengendalian pemanfaatan ruang nya sendiri


sebenarnya akan dilakukan melalui Kegiatan
Pengawasan dan Penertiban.

1.2 Langkah-langkah dalam Pemrograman


Pemanfaatan Ruang yang berbasis RTR.

• Langkah pertama, perlu pemahaman


terhadap fungsi Rencana Kota atau Rencana
PSP, yang memiliki beberapa fungsi  :
1). Sebagai landasan kebijakan pokok tentang
pemanfaatan ruang.
2). Sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang (
baik nasional, provinsi, kabupaten / kota ).
3). Sebagai pedoman bagi Rencana Pembangunan
Tahunan Kota / Daerah ( RPTK/D ), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD
) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah ( RPJPD ).
4). Sebagai arahan lokasi investasi ( yang akan
dilakukan oleh Pemerintah, oleh Swasta maupun oleh
Masyarakat ).
5). Sebagai pedoman untuk mewujudkan
keterkaitan dan keseimbangan perkembangan
pembangunan antar wilayah serta keserasian
antar sektor.
• Langkah kedua ,
Melakukan analisis berdasarkan pendekatan potensi
daerah, yaitu kondisi fisik dan non fisik yang
dibedakan dalam 2 ( dua ) golongan potensi,  :
1). Potensi yang bersifat opsitif (+), merupakan
potensi daerah, baik dari aspek fisik maupun non fisik
yang mendukung pembangunan ekonomi,
sosial dan budaya manusia, dalam usaha
memenuhi kebutuhan dan keberlangsungan
hidup.
2). Potensi yang bersifat negatif (-), merupakan
kondisi potensi daerah, baik dari aspek fisik dan non
fisik yang menjadi kendala pembangunan,
ekonomi, sosial dan budaya manusia dalam
memenuhi kebutuhan dan keberlangsungan
kehidupannya.
1.3 Tujuan dan Sasaran.
Tujuan : Terselenggaranya pembangunan melalui
tahapan pemrograman pemanfaatan
ruang dari seluruh PSP yang dibutuhkan,
sesuai dengan kapasitas dan daya dukung
lingkungannya.
Sasaran : Tersusunnya suatu arahan pengendalian
pemanfaatan ruang di wilayah ( daerah / kota
maupun perkotaan ), Yaitu :
• Terarahnya pengelolaan kawasan lindung;
• Terarahnya pengembangan kawasan budidaya, sistem
pusat - pusat permukiman perkotaan dan perdesaan,
sistem prasarana wilayah, kawasan yang perlu
diprioritaskan pengembangannya dan kawasan tertentu;
• Terarahnya kebijakan yang menyangkut tata guna tanah,
tata guna air, tata guna udara, tata guna sumber daya
alam lainnya serta kebijakan penunjang penataan ruang
yang dilaksanakan.
1.4 Kedudukan dan Fungsi Pemrograman
Pemanfaatan Ruang.

-Kedudukan Pemrograman pemanfaatan


ruang yang berbasis RTR, adalah sebagai
upaya pengelolaan sumberdaya lahan
dengan pendekatan Rencana Tata
Ruang / RTR.
- Fungsi pemrograman pemanfaatan
ruang yang berbasis RTR ini adalah
untuk mengintegrasikan seluruh Rencana
sektoral yang ada kedalam Rencana Tata
Ruang yang ada , sehingga dapat dipakai
sebagai acuan pembangunan bagi para
stakeholders di daerah terkait .
• Adapun kejelasan rinci adalah :

1). Sebagai penyelaras kebijakan penataan


ruang Nasional, wilayah Propinsi dan wilayah
Kabupaten / Kota;
2). Sebagai matra ruang dari RPJP Daerah dan
RPJM Daerah;
3). Sebagai dasar kebijaksanaan pokok tentang
pemanfaatan ruang Daerah;
4). Sebagai pewujudan keterkaitan dan
keseimbangan perkembangan antar wilayah
serta keserasian antar sektor;
5). Sebagai arahan lokasi investasi yang dilakukan
Pemerintah, masyarakat dan swasta;
6). Sebagai arahan pembiayaan program investasi.
1.5 Ruang Lingkup.

Meliputi :
- Pemahaman dalam melakukan analisis pemanfaatan ruang
/ lahan dengan bantuan citra satelit dalam konteks tata
ruang daerah / wilayah.
- Pemahaman setiap kegiatan yg menggunakan ruang harus
mengacu kepada UU No 24 1992 tentang Petanaan
Ruang.UU ini baru direvisi dan sudah disetujui DPR Tgl 26
Maret 2007.
- Pemahaman penyusunan kebijakan dan strategi pola
pemanfaatan ruang.
- Pemahaman pengelompokan PSP atas dasar prioritas
kebutuhan.
- Pemahaman Rencana Pemanfaatan Ruang terhadap
Kecenderungan Pembangunan, serta kebutuhan ruang
(lahan) yang diperlukan akibat adanya
perkembangan penduduk.
- Pemahaman terhadap aktivitas sosekbud karena
berkembangnya penduduk.
- Pemahaman tentang daya dukung lahan serta
kesesuaian lahan sehubungan dengan
berkembangnya penduduk beserta aktivitas
sosial ekonomi dan budayanya.
- Pemahaman terhadap perubahan fisik, sebagai
akibat berkembangnya aktifitas sosial ekonomi dan
budaya termasuk perubahan ekosistemnya.
- Pemahaman terhadap batas ambang yang masih
dapat ditoleransi pada suatu daerah.
- Pemahaman Pendekatan Masalah
Pemrograman Pemanfaatan Ruang yang
dilakukan secara komprehensif melalui
metode ‘ pendekatan proses ’.
- Metode ini memandang bahwa susunan
suatu pemanfaatan ruang di daerah sebagai
bagian dari suatu ‘sistem produksi’, yaitu :
• Sebuah kegiatan pemanfaatan lahan untuk pembangunan, yang
terdiri atas proses : (1) masukan / inputs ; (2) proses ; (3)
keluaran / outputs ; (4) hasil / outcomes ; (5) manfaat / benefits ;
dan (6) dampak / impacts.

• Juga didasarkan pada penataan ruang yang mengacu UU No 7 /


tahun 2004, tentang Sumberdaya Air ( ps 59 ayat 1 bahwa
pemanfaatan ruang harus memperhatikan : konservasi,
pendayagunaan, serta pengendalian daya rusak air ).

• Selain itu setiap pemanfaatan ruang harus pula memperhatikan :

(a). Fungsi Sosial Ekonomi ;


(b). Fungsi Ekologis, fungsi yang menjamin berlangsungnya
proses biokimia yang mampu memunculkan bentukan-
bentukan baru mata rantai bio fisik dan kimia yang bermanfaat
bagi kelangsungan kehidupan manusia ;
(c). Fungsi hidrologis, yaitu fungsi lahan untuk menangkap,
menyimpan air hujan, dan mengatur pengalirannya yang
terkait dengan kondisi fisik daerah.
• Dengan pemahaman ini, diperoleh pemahaman :
perkembangan penduduk termasuk pertumbuhan
dan penyebarannya ; pemahaman kebutuhan ruang  ;
pemahaman perubahan fisik; serta pemahaman
batas ambang lahan yang masih dapat di toleransi.
• Setelah dilakukan pemahaman / identifikasi dan evaluasi
terhadap pemanfaatan lahan, diperoleh suatu
informasi lengkap mengenai kondisi pemanfaatan
ruang secara nyata. Ketidak sesuaian yang ditemukan
dengan Rencana Kota / Kabupaten, akan berpengaruh
terhadap pemrograman pemanfaatan ruang yg berbasis
RTR.
• Ketidak sesuaian dapat disebabkan karena validasi
RTRW Kota / Kab. nya yang kurang baik, atau
pelaksanaan pemanfaatan ruang tidak sesuai daya
dukung lahan.
1.6 Perumusan Program / Indikasi Program
Pemanfaatan Ruang yang Berbasis RTR.

Meliputi pemahaman tentang :


- Skenario rencana Pengembangan Kota /
Perkotaan ( penetapan konsep dasar dan
arah pengembangan pemanfaatan ruang ).
- Rumusan Rencana Pengembangan Kota /
Perkotaan.
- Arah, fungsi, kebijakan dan strategi
pengembangan.
- Penyusunan program jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
• Dengan demikian perumusan program pemanfaatan
ruang yang berbasis RTR akan mengarah pada
terumuskannya pemanfaatan ruang dengan
peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
• Meliputi sistem pusat-pusat permukiman / perkotaan
dengan besaran intensitasnya, sistem prasarana
wilayah yang meliputi parasana transportasi,
telekomunikasi, energi / kelistrikan, pengairan dan
pengelolaan lingkungan.
• Selanjutnya, pemrograman pemanfaatan ruang yang
telah dikelompokan, akan dapat dikenali mana program
yang masuk dalam program dengan menggunakan
dana APBN / APBD dan kelompok yang menggunakan
Dana Swasta / Masyarakat.
• Program Pemanfaatan ruang PSP dengan
menggunakan dana Masyarakat banyak ragamnya,
untuk itu perlu pemahaman tentang Rencana
Kerjasama Pemerintah dan Swasta.
1.7 Hasil Yang Diharapkan.

1). Tersusunnya suatu konsep dasar dan arahan


Pemanfaatan Ruang yang sesuai dengan
kondisi dan karakteristik spesifik wilayah.
2). Tersusunnya strategi pengendalian
pemanfaatan ruang untuk dilaksanakan, sesuai
dengan potensi dan karakteristik spesifik wilayah.
3). Tersusunnya program - program strategis untuk
pengelolaan dan pengembangan wilayah.
4). Teridentifikasinya indikator penting dalam
pengelolaan wilayah yang sesuai dengan
karakteristik spesifik wilayah.
5). Teridentifikasinya daerah - daerah yang sesuai
untuk dikembangkan sebagai kawasan lindung
dan kawasan budidaya.
6). Teridentifikasinya arahan pembiayaan program
investasi.
6). Teridentifikasinya berbagai macam pola
kebijakan dan kelembagaan yang terkait
dengan rencana pengembangan wilayah.
7). Teridentifikasinya daerah - daerah yang rawan
bencana yang akan ditanggulangi ( sering
terjadi longsor, erosi, banjir, genangan,
kebakaran, dsb ).

1.8 Bagan Alir Pemahaman Pemanfaatan Ruang


& Pemrograman Pemanfaatan Ruang.

Untuk kejelasan pemahaman pemanfaatan ruang serta


pemrograman pemanfaatan ruang, dapat dilihat melalui
Diagram Alir Pemrograman Pemanfaatan Ruang
Yang Berbasis Rencana Tata Ruang ( lihat hand out
).
PEDOMAN PERIJINAN
• Pengendalian pemanfaatan ruang nya
sendiri sebenarnya dilakukan melalui
Kegiatan Pengawasan dan Penertiban, (
agar pemanfaatan ruang tersebut sesuai
dengan Rencana Tata Ruang yang telah
ditetapkan, dengan memberikan
perijinan pembangunan khususnya di
kawasan perkotaan ).
LATAR BELAKANG DIPERLUKANNYA PERIJINAN.

• Penataan Ruang Perkotaan harus mencakupi Alokasi


penggunaan multifungsi seperti :
- Perumahan
- Perkantoran
- Perdagangan dan Jasa
- Industri
- Ruang Terbuka : Kawasan Lindung, Hutan Kota,
Daerah Resapan Air, Taman Kota,
Pemakaman, dsb.
- Infrastruktur Perkotaan : Jalan & Jembatan, Listrik,
Telkom, Air Bersih, Drainase & Saluran Limbah, Sampah, dsb.

• Pemanfaaftan Ruang Merupakan Potensi terjadinya Konflik,


Sehingga Perlu Pengaturan Melalui Sistem Perijinan.
• PRINSIP DASAR PEMBANGUNAN KOTA :
- Direncanakan dengan berpedoman pada RTRWK/RUTRK
maupun RDTRK / RBWK ( fungsi Rencana Detil ) yang telah
diberlakukan melalui Perda.
- Lokasi pada bidang tanah yang :
* Memiliki status kepemilikan / penggunaan yang sah.
* Sesuai dengan ketentuan Peruntukan.
* Memenuhi berbagai persyaratan lokasi yang berlaku.
- Persyaratan Lokasi yaitu :
* Ijin Prinsip Lokasi ( untuk kegiatan investasi ).
* Ijin Perubahan Penggunaan Lahan.
* Ijin Penunjukan Lokasi ( perlu pembebasan lahan ).
* Amdal ( jika berpotensi dampak yang serius ).
- Melalui Proses Perijinan Pembangunan / Pemanfaatan
lahan :
* Ijin Mendirikan Bangunan ( IMB ).
* Ijin Penggunaan Bangunan ( IPB ).
* Ijin Usaha sesuai Bidang Kegiatan Usahanya.
• TUJUAN
Menyusun Pedoman sistem perijinan dalam pembangunan
kawasan perkotaan, yang mampu mengamankan tujuan
penataan ruang dan alokasi penggunaan ruang kota yang
multifungsi.

• PENDEKATAN :
- Identifikasi prinsip dasar Pembangunan Kawasan Perkotaan
yang menunjang tujuan penataan ruang perkotaan
sehingga tercipta kehidupan perkotaan yang berkualitas
dan berkelanjutan.
- Identifikasi Instrumen Penataan Ruang yang menjadi
Pedoman Perijinan Pembangunan Kawasan Perkotaan.
- Identifikasi berbagai jenis Perijinan dalam Pembangunan
dan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Perkotaan.
- Identifikasi dan Analisis Permasalahan dalam Sistem
Perijinan.
- Kesimpulan Permasalahan dan Rekomendasi Pemecahannya.
RENCANA TATA RUANG KOTA, KETENTUAN YANG DIATUR DAN
INSTANSI PENYUSUN

NO RENCANA TATA RUANG KETENTUAN YANG DIATUR INSTANSI PENYUSUN


KOTA

RENCANA KEPADATAN PENDUDUK

INSTANSI
RENCANA KEPADATAN BANGUNAN PERENCANAAN
DAN
RENCANA PERUNTUKAN / ZONING ( PUSAT PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN
PERKANTORAN PEMERINTAH, PUSAT PERKANTORAN DAN KOTA
PERDAGANGAN, PERUMAHAN, INDUSTRI, RUANG TERBUKA, ( BAPPEDA
1 FUNGSI RENCANA : TAMAN – TAMAN KOTA , FASILITAS SOSIAL, DSB ) KOTA ).
RUTRK , RK

RENCANA JARINGAN INFRASTRUKTUR ( JALAN RAYA, LISTRIK,


TELKOM, DRAINASE, SALURAN PEMBUANGAN AIR KOTOR,
PEMBUANGAN SAMPAH, DSB )

ARAH PENGEMBANGAN KOTA, DAERAH PERLUASAN KOTA.

PENGEMBANGAN LEBIH RINCI KETENTUAN YANG ADA DALAM RUTRK,


DENGAN TAMBAHAN KETENTUAN YANG MENYANGKUT :
2 RDTRK / RBWK DINAS TATA KOTA,
KDB ( KOEFISIEN DASAR BANGUNAN ) : UNTUK MENGATUR KEPADATAN DINAS TATA KOTA DAN
BANGUNAN ;
TATA BANGUNAN, DSB
KLB ( KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN ) : UNTUK MENGATUR KETINGGIAN
BANGUNAN ) ;
JARAK BEBAS BANGUNAN ;
GARIS Sempadan ( pagar , bangunan , sungai )
PEMAHAMAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN

RTRWK / RUTRK
FUNGSI RENCANA KOTA
( BAPPEDA / BAPPEKO )

RDTRK / RBWK RENCANA INFRASTRUKTUR RENCANA TRANSPORTASI RENCANA JARINGAN RENCANA JARINGAN
RENCANA DETIL BIDANG KE PU - AN KOTA LISTRIK AIR BERSIH
( DINAS TATA KOTA ) ( DINAS PU ) ( DISHUB & LLAJR ) ( PLN ) ( PDAM )

•RENCANA JARINGAN
• RENCANA PERUNTUK
JALAN • RENCANA PENGEM
AN •RENCANA PENGEM
• RENCANA JARINGAN BANGAN KAPASITAS
• RENCANA SISTEM BANGAN KAPASITAS
AIR LIMBAH SUPLAI AIR
• GARIS SEMPADAN ANGKUTAN UMUM PEMBANGKIT LISTRIK
•RENCANA DRAINASE BERSIH
• RENCANA MRT
& PENGENDALIAN • RENCANA PENGEM
• KETENTUAN TINGGI • RENCANA PENGE • RENCANA PENGEM
BANJIR . BANGAN PELAYANAN
BANGUNAN •RENCANA JARINGAN LOLAAN LL / TRAFFIC BANGAN PELAYANAN
JARINGAN AIR
• KDB, KLB MANAGEMENT JARINGAN LISTRIK
AIR BERSIB BERSIH.
• JARAK BEBAS BANGU
•RENCANA JARINGAN
NAN
PERSAMPAHAN
• PEMAHAMAN PERIJINAN PEMBANGUNAN / PEMANFAATAN RUANG KOTA

I. PERIJINAN PENDIRIAN BANGUNAN PEMBUATAN RENCANA


BANGUNAN :
- Denah, Tampak, Potongan
- Gambar Rencana Konstruk
A. PERSYARATAN LOKASI : si : Pondasi , Sloop, Kolom,
- SERTIFIKAT TANAH Balok, Lantai Tingkat, Tangga
- PERSETUJUAN PRINSIP LOKASI Rencana Atap, Plafon
- PERSETUJUAN PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH - Rencana Jaringan ( Listrik,
- PERSETUJUAN PENUNJUKAN PENGGUNAAN AC,LAN,Telkom,TV,Sl Air Kotor
TANAH ( PADA LOKASI KHUSUS, LUAS BANGUNAN dan Drainase, Sumur Resapan.
MELEBIHI KETENTUAN ; PEMBEBASAN LAHAN ) - Gambar Situasi
- AMDAL ( BERPOTENSI DAMPAK PENTING; - Perhitungan Konstruksi
PERLU PEMBEBASAN TANAH / RELOKASI
PENDUDUK )

IMB

B. PERSYARATAN KESESUAIAN DGN RTRWK / RBWK


- PEMBUATAN PETA SITUASI OLEH DTK
- PENERBITAN KRK DI ATAS PETA SITUASI OLEH DTK
( Rencana Peruntukan; Garis Sempadan, Tinggi Bangunan PELAKSANAAN / PENYELESAIAN
KDB, KLB, Jarak Bebas Bangunan ). PEMBANGUNAN

II. PERIJINAN PENGGUNAAN BANGUNAN III. PERIJINAN


KEGIATAN USAHA
Modul II. PEMROGRAMAN PEMANFAATAN RUANG / INDIKASI
PROGRAM YANG BERBASIS PADA RTRW
PROVINSI / KABUPATEN.
II.1 Umum.
• Pemrograman pemanfaatan ruang / Indikasi program yang berbasis
RTRW Propinsi / Kabupaten, merupakan materi yang harus tercakup
dalam produk Rencana Struktur Tata Ruang ( Wilayah ) Provinsi /
Kabupaten.
• Indikasi program pemanfaatan ruang ini merupakan penjabaran kebijakan
dan rencana pengembangan ruang yang telah ditentukan ke dalam
program-program pembangunan yang akan menjadi komitmen
Pemerintah.
• Perumusan indikasi program tidak terlepas dari program-program yang
telah disusun oleh Departemen/Instansi di Pusat maupun di Propinsi /
Kabupaten yang dijabarkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun.
• Dengan demikian, diharapkan fungsi Rencana Struktur Tata Ruang
( Propinsi / Kabupaten ) akan menjadi acuan Instansi Pusat dan Pemerintah
Daerah Propinsi / Kabupaten dalam menyusun dan melaksanakan program
lima tahunan, akan benar-benar dapat terwujud.
• Program-program tersebut pada dasarnya bersifat indikatif, yang
diharapkan memberikan indikasi bagi penyusunan program
pembangunan sektoral serta pembangunan pada wilayah Provinsi /
Kabupaten yang diprioritaskan pembangunannya.
II.2 Pemrograman Pemanfaatan Ruang / Indikasi Program Sektoral
Yang Berbasis RTRW Provinsi / Kabupaten.
• Pada dasarnya pemrograman pemanfaatan ruang sektoral, tidak terlepas
dari kebijakan pembangunan yang telah digariskan pada Program
Pembangunan Daerah maupun kebijakan Pembangunan Nasional.
• Kriteria umum di dalam menentukan indikasi program pembangunan
sektoral adalah :
* Indikasi program pembangunan disusun dalam upaya untuk
memadukan setiap usaha pembangunan yang dilakukan oleh
masing-masing sektor sehingga tercapai efisiensi pembangunan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan ;
* Indikasi Program sektoral disusun atas dasar potensi dan
permasalahan sektoral di daerah yang telah diidentifikasi;
* Indikasi program sektoral juga mengacu dan didasarkan pada
arahan pemanfaatan ruang pada Rencana Struktur Tata Ruang (
Wilayah Provinsi / Kabupaten );
* Indikasi program disusun berdasarkan skala prioritas, yaitu
berdasarkan permasalahan yang mendesak untuk diselesaikan.
• Dalam penysusunan indikasi program pembangunan sektoral dalam
Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah Provinsi / Kabupaten hanya
difokuskan pada sektor pembangunan yang secara langsung
memanfaatkan ruang yang luas.
• Sektor-sektor pembangunan dimaksud adalah :
(1) Pembangunan Pertanian ( Tanaman Pangan & Hortikultura serta
Perkebunan ) dan Kehutanan;
(2) Pembangunan Perikanan dan Kelautan;
(3) Pembangunan Pengairan dan Sumberdaya Air;
(4) Pembangunan Pertambangan dan Energi;
(5) Pembangunan Perhubungan;
(6) Pembangunan Pariwisata;
(7) Pembangunan Perumahan dan Permukiman / Sistem Permukiman;
(8) Pembangunan Sistem Prasarana wilayah, serta
(9) Pembangunan Lingkungan Hidup.
II.3 Tanaman Pangan dan Hortikultura.

• Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura yang


dapat dilaksanakan pada potensi lahan kering dan
potensi lahan basah, diarahkan pada upaya
meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan
masyarakat pelaku ekonomi.
• Untuk mengoptimalkan tingkat pencapaiannya, didukung
melalui pengembangan program Peningkatan Produksi
dan Produktivitas Petani dan Program Penguatan
Kelembagaan Ekonomi Petani.
• Rencana kegiatan prioritas Pengembangan Tanaman
dan Hortikultura di Propinsi / Kabupaten, tersebut
sebagaimana tertera dalam Tabel II -1.
Tabel II -1
Indikasi kegiatan Prioritas Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi /
Kabupaten Pada Periode Perencanaan / 2020

Luas Kegiatan Komoditas Lokasi


No Basis Ekonomi ( Ha ) Prioritas Unggulan
Daerah

1 Pertanian Lahan Kering dan - Intensifikasi dan - Misal Pertanian


Hortikultura ektensifikasi usaha Tanaman Pangan
- Pengembangan industri Lahan Basah: Padi
pengolahan dan palawija, dsb).
-Pembinaan pelaku dan - Misal Hortikultura
Kelembagaan Jeruk, Mangga,
Pisang dsb.

- Intensifikasi dan
2 Pertanian Lahan Basah - Misal Pertanian
ekstensifikasi Usaha
-Pengembangan Industri Tanaman Pangan
Lahan Basah : Padi
Pengolahan. dan Palawija, dsb.
- Pembinaan Pelaku dan - Misal Perkembangan
Kelembagaan. Ternak Besar ( sapi,
kerbau, domba, dsb )
II.4 Tanaman Perkebunan dan Kehutanan

• Pengembangan Tanaman Perkebunan sesuai Rencana Dasar


Pengembangan Wilayah Perkebunan Provinsi / Kabupaten (RDPWP/Kab)
diarahkan pada upaya untuk memperkuat basis industri pengolahan hasil
perkebunan, peningkatan ekspor dan pendapatan petani melalui program
pokok sebagai berikut :
(1) Peningkatan Produksi serta Produktivitas Petani;
(2) Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani. Dari aspek ekonomi,
pembangunan tanaman perkebunan ditujukan untuk mendukung
pergeseran pangsa PDRB dari sektor primer ke sektor sekunder,
melalui peningkatan skala usaha yang dapat mendorong industri
pengolahan.
• Dari aspek lingkungan, pembangunan perkebunan di Provinsi / Kabupaten
diharapkan mendukung konservasi lingkungan terutama pada wilayah yang
rawan bencana alam longsor dan kritis.
II.5 Pembangunan kehutanan
• Pembangunan / penanaman hutan produksi dan tanaman perkebunan di
wilayah Provinsi / Kabupaten, diarahkan pada upaya pelestarian,
rehabilitasi hutan kemasyarakatan dan perluasan kawasan hutan untuk
kepentingan konservasi dan peningkatan pendapatan masyarakat melalui
program-program sebagai berikut :

(1). Pelestarian Hutan Konservasi, Lindung dan Produksi Berbasis


Masyarakat;
(2). Pengembangan Hutan Produksi Berbasis Masyarakat; dan
(3). Pemantauan, Pengawasan, Pembinaan dan Pengaturan Pengelolaan
Hutan. Dari aspek ekonomi pembangunan kehutanan ditujukan untuk
meningkatkan daya dorong ekonomi khususnya produksi non kayu
dan produksi kayu terpilih, dengan garapan fungsi utamanya yaitu
mendukung kelestraian lingkungan tetap terjamin kualitasnya.
Rencana kegiatan prioritas pembangunan tanaman perkebunan dan
kehutanan di Propinsi sebagaimana tertera dalam Tabel II - 2.
Tabel II - 2
Indikasi kegiatan prioritas Pembangunan Tanaman Perkebunan
dan Hutan Produksi di Propinsi / Kab. sampai Tahun … /
2020
Kegiatan Prioritas Komoditas
No Basis Ekonomi Luas ( Ha ) Unggulan Lokasi
Daerah
1 Perkebunan - Intensifikasi dan
extensifikasi Usaha
-Pengembangan
Industri Pengolahan
- Pembinaan Pelaku
dan Kelembagaan
2. Hutan Produksi Tersebar
- Intensifikasi dan
Ekstensifikasi Usaha
- Pengembangan
Industri Pengolahan
- Pembinaan Pelaku
dan Kelembagaan
II.6 Perikanan dan Kelautan

• Pembangunan bidang perikanan dan kelautan diarahkan pada upaya


pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan secara optimal untuk
kepentingan kesejahteraan masyarakat, peningkatan pendapatan daerah,
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan percepatan perubahan struktur
ekonomi serta menjaga kelestariannya untuk kepentingan jangka panjang.
Perikanan dan kelautan didukung potensi sumberdaya hayati laut multi
species pengembangannya didukung melalui program pembangunan yaitu :

(1) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Pengelolaan Potensi


Wilayah Pesisir dan Laut;
(2) Penguatan Kelembagaan Ekonomi Nelayan dan Masyarakat Pesisir
dan
(3) Pembinaan, Pengawasan dan Pengaturan Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Laut. Rencana kegiatan prioritas Pengembangan
perikanan dan kelautan sebagaimana tertera dalam Tabel II - 3
Tabel II – 3
Indikasi kegiatan Pembangunan Perikanan dan Kelautan
di Propinsi / Kab. sampai Periode Tahun Perencanaan ( 2022 )

No Basis Ekonomi Luas / Ha Kegiatan Komoditas Lokasi


Prioritas Unggulan
1 Perikanan Darat -Intensifikasi Kolam Ikan -Misal Bandeng, Mujair,
-Intensifikasi Potensi Tuna, Cakalang, Kerapu
2 Perikanan Tangkap Tangkap -Ikan Karang, Ikan Hias,
-Intensifikasi Kegiatan Rumput Laut, Kakap,
Tangkap Udang dsb.
3 Perikanan Pantai
-Intensifikasi dan
Extensifikasi
4 Budidaya Perikanan :
-Pembinaan Pelaku dan
-Budidaya Laut
Kelembagaan
-Budidaya Tambak
II.7 Pembangunan Sumberdaya Air dan Irigasi
• Pembangunan sumberdaya air dan irigasi diarahkan untuk mendukung
peningkatan pembangunan sentra-sentra produksi dan kegiatan ekonomi,
yang harus didukung :
* Ketersediaan air permukaan yaitu curah hujan tahunan rata–rata
dalam m3 air pertahun.
* Ketersediaan Air Tanah.
• Pembangunan Sumberdaya air dan irigasi diarahkan untuk mendukung
kegiatan pertanian dan penyediaan air baku.
• Dalam upaya meningkatkan peran pengairan dalam mendukung
peningkatan pelayanan irigasi dan penyediaan air baku, maka diupayakan
peningkatan tiga aspek utama prasarana pengairan yaitu : peningkatan
kualitas bangunan utama, peningkatan jumlah dan kualitas jaringan irigasi
dan peningkatan kelembaan pengelola irigasi. Khusus untuk penyediaan air
baku didukung dengan perpipaan distribusi pada satuan-satuan
permukiman yang sangat membutuhkan dukungan penyediaan air bersih.
• Untuk mengoptimalkan pengembangan sumberdaya air dan irigasi, perlu
didukung kegiatan kegiatan Peningkatan Pemanfaatan Sumber Daya Air
dan Irigasi, sebagaimana tertera dalam Tabel II - 4.
Tabel II - 4
Indikasi Kegiatan Prioritas mbangunan Sumberdaya Air dan Irigasi
di Propinsi / Kabupaten sampai Tahun …. / 2020
No Prasarana Jumlah Kegiatan Prioritas Lokasi
( Unit )
A Yang Telah Ada :

1 Irigasi Teknis Peningkatan Dan Rehabilitasi.

2 Irigasi Semi Teknis Peningkatan Jaringan dan Rehabilitasi.

3 Embung -Peningkatan Jaringan Dan Rehabilitasi.


-Pembangunan Baru.

4 Jaringan Irigasi Air Tanah -Peningkatan Jaringan dan Rehabilitasi.


-Pembangunan Baru.
-Pembinaan Kelembagaan P3A, GP3A.

B Pembangunan Baru -Pembangunan Sumberdaya Air dan


Irigasi pada sumberdaya lahan Kering
dan Potensi Lahan Basah.
II.8 Pertambangan dan Energi

• Pembangunan bidang pertambangan dan energi diarahkan untuk


memanfaatkan secara optimal dan bertanggungjawab potensi tambang dan
energi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan penerimaan daerah
, serta mengupayakan berbagai tindakan pengamanan untuk menjamin
keberlanjutannya dalam jangka panjang.

• Program pokok yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:


(1) Pengembangan dan Pemanfaatan Potensi Tambang;
(2) Pengembangan Jangkauan Layanan Energi; dan
(3) Pembinaan, Pengawasan dan Pengaturan Pemanfaatan Potensi
Tambang dan Energi.

• Indikasi Program kegiatan prioritas untuk mengoptimalkan pembangunan


Pertambangan dan Energi sebagaimana tertera dalam Tabel II - 5.
II.9 Infrastuktur Ekonomi
• Pembangunan infrastruktur ekonomi diarahkan untuk menunjang
pengembangan kegiatan ekonomi pada sektor-sektor produksi andalan serta
menghubungkan wilayah ekonomi yang satu dengan lainnya sehingga tercipta
kesatuan ekonomi yang memungkinkan meningkatnya mobilitas faktor
produksi, barang dan jasa.
• Sesuai dengan geografi wilayah, moda transportasi masal yang dapat
digunakan untuk meningkatkan aksesibilitas untuk pengangkutan barang dan
orang yaitu moda darat khusus untuk wilayah pulau-pulau besar dan moda
laut untuk aksesibilitas antar pulau. Moda udara dan laut mungkin dilakukan
dalam jumlah terbatas untuk mendukung aksesibilitas ke luar wilayah.
• Berdasarkan kondisi wilayah, pembangunan infrastruktur terutama yang
berkaitan dengan peningkatan aksesibilitas pembangunan ekonomi dalam
wilayah dan peningkatan aksesibilitas kegiatan ekonomi ke luar wilayah
dilaksanakan melalui upaya yaitu :
* Peningkatan Kualitas Layanan Sarana dan Prasarana Perhubungan
Darat / Laut dan / Udara;
* Peningkatan dan Pemeliharaan Prasarana Jalan dan Jembatan.
• Kegiatan prioritas dalam mendukung capaian pembangunan infrastruktur
ekonomi sebagaimana tertera dalam Tabel II - 6.
II.10 Industri
• Pembangunan industri diarahkan untuk mendorong percepatan perubahan
struktur ekonomi dan pendalaman struktur industri untuk menjamin laju
pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan usaha dan kesempatan kerja
produktif, peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah dengan
memanfaatkan secara optimal bahan mentah yang dihasilkan sektor-sektor
ekonomi andalan dan potensi industri yang tersedia.

• Melalui program-program sebagai berikut :


(1). Pengembangan Usaha Industri Kecil dan Rumah Tangga ( IKRT );
(2). Pengembangan Kelembagaan dan SDM pada Usaha IKRT;
(3). Pengembangan Usaha Industri Menengah dan Besar; dan
(4). Pengembangan Model Kemitraan Antar Industri.

• Kegiatan prioritas pengembangan industri sebagaimana tertera dalam


Tabel II -7.
Tabel II – 5
Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertambangan
Dan Energiu di Provinsi / Kabupaten, sampai tahun … / 2020
No Basis Pertambangan Kegiatan Prioritas Komoditas Sebaran
Unggulan Lokasi
Utama
1 Pertambangan Golongan A -Survey Penyelidikan Umum

2 Pertambangan Golongan B -Explorasi dan Exploitasi Potensi

3 Pertambangan Golongan C -Melanjutkan Kegiatan Exploitasi dan


Sumberdaya Pertambangan yang telah
dikelola
-Pembinaan Pelaku dan Kelembagaan

4 Sumberdaya Energi -Pengembangan Energi dan Energi Baru


yang telah dikelola dan yang belum
dikelola.
-Pembinaan Pelaku dan Kelembagaan.
Tabel II – 6
Indikasi Kegiatan Prioritas Infrastruktutur di
Provinsi / Kabupaten sampai Tahun ( 2020 )
N Kawasan Potensial Panjang Kegiatan Utama Sebaran Lokasi
o (Km2)
Unit
1 Jalan Dan Jembatan
-Nasional -Pemeliharaan Rutin
-Provinsi -Pemeliharaan Berkala
-Kabupaten -Peningkatan dan Pembangunan

2 Terminal -Pembangunan dan Pemeliharaan


-Tipe A
-Tipe B
-Tipe C

3 Perhubungan -Peningkatan Kapasitas dan Kualitas


- Pelabuhan Laut Layanan
- Bandar Udara -Peningkatan Kapaitasd dan Kualitas
Layanan
II.11 Pariwisata
• Pendayagunaan pariwisata dengan memanfaatkan obyek-obyek wisata
(atau pulau-pulau ) yang potensial dilakukan dengan mengutamakan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi-fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup.
Pembangunan pariwisata (di Provinsi / Kabupaten), didukung dengan
Program Pengembangan Kerjasama Antar Wilayah dan Peningkatan
Promosi Pariwisata.
• Program ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan
kerjasama antar daerah sehingga dapat mendorong pembangunan
kepariwisataan melalui :
(1) Mengembangan jenis-jenis obyek wisata sehingga terciptanya kondisi
bagi pengembangan industri pariwisata;
(2) Meningkatkan kualitas daya tarik wisata baik Wisman maupun
Wisnus;
(3) Memberikan rekomendasi bagi pembangunan infrastruktur
kepariwisataan.
• Sasaran program Pariwisata adalah : (1) Meningkatkan arus dan jumlah
kunjungan wisata; (2) Meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah
baik secara langsung (direct income effect), naupun secara tidak langsung
(indirect and induced income effect); (3) Memperluas jaringan kerjasama
pariwisata baik di dalam maupun luar negeri; (4) Menjadikan sebagai
Daerah Tujuan Wisata (DTW).
• Dalam upaya lebih mendorong pembangunan bidang pariwisata,
pembangunan diarahkan untuk memantapkan pengembangan kawasan dan
sistem promosi kepariwisataan sehingga mampu mendorong
pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat dan daerah serta
meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah melalui pengembangan
lokasi-lokasi wisata.
• Kegiatan utama meliputi :
* Pengembangan Kawasan Wisata melalui penyediaan fasilitas,
dukungan akses, komunikasi, sanitasi dan air bersih;
* Pengembangan Sistem Informasi dan Promosi Kepariwisataan;
* Pengembangan SDM dan Kelembagaan Pariwisata.
• Lokasi wilayah pengembangan dan lokasi Pengembangan kawasan
pengembangan pariwisata seperti tertera dalam Tabel II - 8.
II.12 Perumahan dan Permukiman.
• Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia
dalam pemenuhan kebutuhan papan, selain pangan dan sandang.
Perumahan dan permukiman juga memiliki fungsi strategis sebagai pusat
pendidikan dan regenerasi di dalam keluarga, serta persemaian budaya di
tengah masyarakat.
• Untuk itu perlu menempatkan bidang perumahan dan permukiman sebagai
salah satu sektor prioritas.
• Pembangunan bidang permukiman yang diarahkan sebagai bagian untuk
meningkatkan kenyaman penduduk melakukan kegiatan ekonomi dan sosial
, dilaksanakan melalui pendekatan :
– Membangun dan mengembangkan kemampuan penduduk untuk
membangun perumahan yang sehat dan layak huni atas
kemampuannya sendiri yang mengacu pada Rencana Umum Tata
Ruang Kota dan Pedesaan yang terpadu, komprehensif dan aspiratif;
serta mengacu kepada pedoman pembangunan perumahan
swadaya dari Kementerian Negara Perumahan Rakyat Tahun
2006.
– Terciptanya permukiman yang tertib, sehat dan indah, sesuai
Rencana Tata Ruang Provinsi / Kabupaten;
– Menghindari permukiman yang bernuansa eksklusif karena
dihuni hanya oleh etnik atau agama tertentu;
– Di Perdesaan pembangunan mengutamakan bahan lokal
namun tidak sampai menimbulkan ancaman bagi kelestarian
lingkungan.

• Dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas permukiman dan


perumahan yang layak huni maka perlu didukung dengan kegiatan
prioritas sebagaimana pada Tabel II-9.
Tabel I – 7
Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Industri
Di Provinsi / Kabupaten, sampai Periode Perencanaan / 2020
No Kawasan Potensial Kegiatan Prioritas Komoditas Sebaran Lokasi
Unggulan Utama
1 Kawasan Industri Peningkatan Usaha dan
Pembangunan Baru

2 Industri Rakyat Peningkatan Usaha dan


Pembangunan Baru

3 Industri Garam Peningkatan Usaha dan


Pembangunan Baru

Peningkatan Usaha dan


4 Agroindustri Berbasis Pembangunan Baru
Pertanian dan Perkebunan

Peningkatan Usaha dan


5 Agroindustri Perikanan Pembangunan Baru
Tabel II – 8
Satuan Wilayah Pengembangan Pariwisata di
Propinsi / Kabupaten Sampai Periode Perencanaan / 2020

No Kawasan Wisata Komoditas Andalan Lokasi


Tabel II – 9
Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Perumahan dan Permujkiman
Di Provinsi / Kabupaten Sampai Periode Perencanaan / 2020
No Permukiman Unit Kegiatan Utama Sebaran Lokasi

A Permukiman Existing
-Penataan Lingk; Jalan Lingk; Sanitasi;
-Permukiman Perkotaan Drainase.
-Penataan Lingk; Jalan Lingk; Jalan
-Permukiman Perdesaan Desa dan Sanitasi
-Rehabilitasi Rumah Yang tidak Layak
-Rumah Huni
-Peningkatan Kualitas dan Kapasitas
-Air Bersih Layanan

B Lokasi Baru
-Permukiman Perkotaan -Pembangunan Lingkungan; Jalan Lingk;
Jalan Desa ; Sanitasi ; Drainase
-Permukiman Perdesaan -Pembangunan Lingk; Jalan Lingk; Jalan
Desa dan Sanitasi
-Rumah -Pembangunan Rumah Layak Huni /
Perumahan Swadaya
-Air Bersih -Peningkatan Kualitas dan Kapasitas
Layanan.
Tabel II – 10
Kota Pusat Kegiatan Dan Fungsi Utamanya di Provinsi / Kabupaten
Hingga Periode Perencanaan / 2020
No Pusat Kegiatan Kota Fungsi Utama

1 PKN ( Pusat Kegiatan Nasional ) - Kota Provinsi / -Pemerintahan


Kabupaten -Pendidikan
-Simpul Pelayanan Jaringan Transportasi
Wilayah dan Nasional
-Kota Persinggahan Utama
2 PKW ( Pusat Kegiatan Wilayah ) - Kota-kota -Pemerintahan Daerah
Kabupaten -Pendidikan
-Simpul Pelayanan Jaringan Transportasi Wil.
-Kota Pendukung

3 PKL ( Pusat Kegiatan LOkal ) -Kota-kota -Pemerintahan Lokal


Kecamatan -Pendidikan LOkal
-Simpul Pelayanan Jaringan Transportasi Lokal
-Kota Pendukung Pusat Kegiatan Wilayah.
II.13 KAWASAN PRIORITAS
• Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih efisien,
keseimbangan pengembangan wilayah dan keseimbangan ekosistem
ditetapkan kawasan prioritas.
• Selain didasarkan pada keberadaan sektor-sektor strategis , juga
didasarkan pada tingkat kepentingan pemanfataaan ruang pada kawasan
lindung dan kawasan budidaya.
• Kawasan fungsi lindung merupakan kawasan yang diprioritaskan
penggunaanya. Penggunaan untuk kawasan budidaya baru ditentukan
jika kawasan lindung telah ditetapkan.
• Dalam menentukan kawasan prioritas, dasar pertimbangan
penetapannya adalah sebagai berikut :
• Pengembangan sektor di wilayah prioritas mempunyai dampak yang luas,
baik secara regional maupun nasional;
• Pengembangan sektor di wilayah tersebut membutuhkan ruang kegiatan
dalam skala luas;
• Pengembangan sektor yang akan dikembangkan di atasnya mempunyai
prioritas tinggi lingkup regional maupun nasional;
• Kawasan yang mempunyai prospek ekonomi yang tinggi sehingga
membutuhkan penanganan yang mendesak;
• Kawasan kritis yang diperkirakan akan segera membawa dampak negatif,
perlu dikendalikan dengan segera;
• Kawasan dengan fungsi khusus.
• Berdasarkan kriteria diatas, perlu ditetapkan Kawasan Prioritas yang
dinamakan Wilayah Pengembangan (Area Development) dan perlu
dioperasikan / dijalankan, yaitu :
• Kawasan Prioritas untuk mendorong pertumbunan ekonomi wilayah.
• Kawasan Pesisir dan Laut .
• Kawasan prioritas untuk keseimbangan pengembangan wilayah.
• Kawasan prioritas untuk keseimbangan ekosistim meliputi kawasan
berfungsi lindung di kawasan perbatasan negara dan lintas
kabupaten, kawasan kritis dan kawasan rawan bencana lintas
kabupaten.
II.14 Kawasan Pertanian Terpadu dan Kawasan Cepat Tumbuh
• Kawasan tersebut selanjutnya untuk memberikan daya dorong yang lebih
besar atas fungsi-fungsinya maka dikelompokkan dalam kawasan dengan
skala yang lebih besar dengan rencana pengembangan sebagaimana
tertera dalam Tabel II -11.

II.15 Kawasan Pesisir dan Laut Terpadu


• Dalam upaya mempercepat pembangunan juga teridentifikasi kawasan
pesisir laut terpadu yang potensial dikembangkan dengan basis utama
perikanan dan kelautan, wisata bahari, jasa kelautan, industri serta
pertambangan dan energi, Adapun kawasan tersebut sebagaimana tertera
dalam Tabel II -12.

• Disamping kawasan pertanian terpadu dan kawasan pesisir dan laut


terpadu juga diidentifikasi kawasan cepat tumbuh karena didukung dengan
sumberdaya dan parasarana sebagaimana tertera dalam Tabel II -13.
II.16 Kawasan Daerah Aliran Sungai Kritis

• Sistem perladangan yang berpindah dengan cara tebas bakar


bersifat mengganggu keseimbangan lingkungan, menghambat
pemudaan vegetasi secara alamiah dan mengakibatkan
pembentukan lahan-lahan kritis. Keadaan ini diperparah dengan
penurunan produktif lahan kering yang terus terjadi, disebabkan
erosi lapisan subur lahan kering yang kurang memperhatikan
kesuburan tanah. Kerusakan sumber alam dan lingkungan hidup
juga dapat terjadi terhadap areal persawahan subur, suaka alam
dan daerah resapan air, karena belum adanya pengendalian
terhadap penggunaan ruang yang efektif. Untuk itu, salah satu
pendekatan dalam mengatasi permasalahan lahan-lahan kritis
adalah melalui pelestarian dan perlindungan ekosistem didalam
suatu kesatuan Daerah/Wilayah Aliran Sungai ( DAS / WAS )
secara terencana, terarah dan terpadu.
• Beberapa arahan pengembangan bagi kawasan lahan kritis
tersebut adalah :
• Diperlukan upaya pencegahan kerusakan dan rehabilitasi lahan-
lahan kritis dengan usaha penghijauan, reboisasi dan keservasi
hutan, tanah, air yang secara keseluruhan perlu dipadukan dalam
upaya pengembangan pertanian, kehutanan, pertambangan dan
permukiman;
• Untuk menjamin ketersediaan air baik kuantitas maupun kualitas,
diusahakan peningkatan pemeliharaan kawasan yang termasuk
cacthment area (terutama di bagian hulu).
• Upaya pemeliharaan fungsi dan kemampuan sistem tata air yang
dikembangkan di Daerah Aliran Sungai untuk mencapai
terkendalinya erosi dan kesuburan tanah yang mantap;
• Pendayagunaan lahan kritis melalui rehabilitasi lahan diarahkan
menjadi lahan pertanian yang produktif, upaya pemukiman kembali
dalam areal pertanian, pengembangan asaha kehutanan dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat peladang
berpindah. Selanjutnya hutan rakyat dan kawasan hutan produksi
dekat pedesaan akan dikembangkan sebagai hutan serba guna;
• Perlu juga dilaksanakan pengamanan sungai dan pengembangan
wilayah sungai serta penanggulangan bencana alam.
• Rehabilitasi sungai dan pengembangan daerah aliran sungai
terutama dilaksanakan di bagian hilir aliran sungai dimana investasi
pengairannya sudah tinggi.
• Indikasi progam pembangunan kawasan strategis pada kawasan
lindung ditujukan untuk meningkatkan kualitas fungsi lindung dan
pelestarian kawasan-kawasan yang yang berfungsi lindung dengan
indikasi kegiatan priotritas yaitu konservasi, rehabilitasi dan
penataan fungsi kawasan.
• Kawasan strategis yang berfungsi lindung sebagaimana disebut
dalam Tabel II - 13.
II.18 Kawasan Terbelakang
• Kawasan terbelakang disini tidak dimaksudkan untuk menunjukkan
adanya masyarakat yang primitif atau terbelakang dalam arti
terisolir, melainkan kawasan yang tidak ditunjang ketersediaan
dan kelancaran perhubungan dan komunikasi wilayah dengan
wilayah lainnya, menyebabkan wilayah ini hanya berhubungan
dengan wilayah tertentu saja dan tertutup untuk wilayah lainnya.
• Minimnya ketersediaan infrastruktur perhubungan darat / laut
dan pendukung lainnya, mengakibatkan wilayah tersebut tidak
lancar dalam berkomunikasi sehingga tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya tertinggal jauh dibelakang dengan wilayah
lainnya.
• Arahan pengembangannya terutama untuk :
Peningkatan dan pembangunan prasarana jalan dengan
pembukaan daerah-daerah yang terisolir, disamping membuka
hubungan dengan kantung-kantung produksi baru;
• Pembangunan prasarana pelabuhan laut, dimungkinkan pelabuhan
rakyat agar komunikasi dengan daerah lain lancar ( yaitu bila
pembangunan prasarana jalan tidak dapat di mungkinkan );
• Upaya peningkatan resettlemen ( pemindahan permukiman ) bagi
penduduk yang masih berpencar agar upaya pembangunan
infrastruktur memudahkan pemerintah daerah setempat.
Tabel II – 11
Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian Terpadu
Di Provinsi / Kabupaten, sampai Periode Rencanaan / 2020

No Kawasan Prioritas Sub Kawasan


1

5
II. 19 Kawasan Perbatasan Negara
Kawasan Perbatasan dapat dikategorikan dalam :
a. Perbatasan Darat
Dalam upaya mencapai percepatan pembangunan kawasan
perbatasan perlu dikembangkan upaya-upaya pembangunan secara
khusus dan intensif karena daerah ini merupakan perwakilan citra
Indonesia dihadapkan dengan bangsa/negara lain. Untuk
meningkatkan stabilitas keamanan dan kesejahteraan masyarakat di
sepanjang perbatasan maka Strategi Operasional Pembangunan
Kawasan Perbatasan difokuskan pada pendekatan pembangunan
sebagai berikut :
(a). Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia diupayakan
melalui peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan sehingga
mutu manusia tidak kalah bersaing dengan masyarakat dari
mancanegara dalam ilmu, pengetahuan dan teknologi (IPTEKS)
termasuk kesehatan;
(b). Peningkatan Prasarana Wilayah :
Meliputi :
(1) Peningkatan Aksesibilitas Wilayah dilaksanakan melalui
peningkatan mutu jalan dan jembatan menuju daerah
perbatasan guna menunjang arus barang dan pengamanan
citra bangsa;
(2) Peningkatan Perumahan, Permukiman dan Tata Ruang
dilaksanakan melalui Penataan ulang ruang wilayah melalui
pendekatan kawasan pengembangan ekonomi terpadu yang
baru, dan berorientasi pada pemukiman, pengembangan
kawasan potensial, sistim perhubungan dan transportasi
intermodule;
(3) Peningkatan dukungan sumberdaya air dan irigasi untuk
mendukung percepatan pembangunan ekonomi;
(c). Penegakkan Hukum dan HAM dilaksanakan dengan pendekatan
bahwa masyarakat perbatasan melakukan hubungan dengan koridor
hukum Intenasional, Beacukai, Imigrasi dan Karantina sebagai bagian
dari pengawas pintu perbatasan , harus mampu menjalankan
tugasnya sesuai hukum yang berlaku.
(d). Peningkatan Keamanan dan Ketertiban dikelola secara profesional
dan karena itu sarana dan prasarana keamanan di daerah
perbatasan harus mendapat perhatian yang baik. Tempat tinggal para
pengaman perbatasan harus mendapat perhatian yang manusiawi,
misalnya dengan penerangan, bangunan yang sehat dan jaminan
hidup, termasuk alat komunikasi yang memadai.
b. Perbatasan Laut.

• Penataan Tapal Batas Republik Indonesia dan Negara Tetangga, perlu


dibuat “Perbatasan Zona Maritim“ ( ? ) antara negara RI dan Negara
tetangga, termasuk penetapan titik friction atau titik sengketa antara
Indonesia dengan Negara Tetangga.

• Kawasan perbatasan laut ini meliputi wilayah laut dan pulau-pulau nya.

• Penentuan batas wilayah udara untuk RI dan Negara Tetangga meliputi


batas wilayah darat dan batas wilayah laut yang ditarik secara tegak
lurus ke atas. Hal mana perlu pengaturan untuk kewenangan FIR
( Fligth International Regulation ) dan ATC (Air Traffic Control) yang jelas
untuk keselamatan penerbangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
KAJIAN TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN
• Tanah ( soil ) merupakan benda alam yang mempunyai sifat fisik, kimia
dan biologi tertentu, berdemensi tiga dan merupakan bagian dari
lapisan bumi terluar.
• Sedang lahan ( land ) mencakup pengertian yang lebih luas, yaitu
meliputi seluruh kondisi lingkungan dimana tanah merupakan salah
satu bagiannya. Jadi lahan dapat mencakup berbagai jenis tanah.
Sedangkan kondisi lingkungan lainnya antara lain meliputi iklim, sumber
air, topografi, bentuk lahan, penggunaan lahan, batuan dasar, dan
lain-lain.
• Unit lahan ( land unit ) merupakan bagian dari permukaan bumi yang
mempunyai sifat-sifat yang relatif tetap yang dicirikan oleh biosfir di atas
maupun di bawah permukaan lahan, tanah, batuan, sumber air, populasi
flora fauna serta hasil kegiatan manusia. Semua ciri tersebut jelas
mempengaruhi penggunaan lahan pada saat sekarang maupun masa
yang akan dating. Unit lahan merupakan salah satu dasar yang
digunakan dalam melakukan interpretasi dan evaluasi kesesuaian
lahan.
SISTEM LAHAN

• Sistem lahan merupakan unit lahan yang memperlihatkan


karakteristik lingkungan yang sama. Dalam sistem lahan di
interpretasikan ada hubungan erat dan saling ketergantungan
diantara jenis-jenis ( lithologi ), hidroklimatologi, bentuk-bentuk
lahan, tanah dan organisme.
• Pada suatu sistem lahan yang sama terdapat kondisi
lingkungan alam yang relatif sama, dengan demikian terdapat
potensi atau pembatas yang sama dalam pengembangan atau
pemanfaatan pada seluruh unit tersebut.
• Lambang sistem lahan terdiri dari tiga huruf yang diambil dari
nama lokasi dimana sistem lahan tersebut berada, sedang
penamaannya diambil dari tempat atau daerah yang khas
dimana sistem lahan itu berada !
TABEL SISTEM LAHAN

No SISTEM LAHAN KODE

1 AIR DAGOSULI ADS


2 AIROKI ARI
3 KUPANG KPG
• Penggunaan lahan ( land use ), merupakan bentuk atau
alternatif kegiatan / usaha Pemanfaatan lahan.
• Contoh penggunaan lahan untuk pertanian seperti : pertanian
lahan kering, perkebunan, padang rumput, hutam alam, hutan
rakyat, dll.
• Tipe penggunaan lahan ( land utilization type ) merupakan
tingkat yang lebih rendah dari spesifikasi penggunaan lahan,
misalnya : kebun teh, kebun anggrek dan sebagainya.
• Klasifikasi lahan merupakan metode pengelompokan lahan ke
dalam kelas-kelas lahan. Sedangkan evaluasi lahan merupakan
proses pendugaan ( interpretasi ) potensi lahan bagi satu atau
lebih alternatif penggunaannya.
• Evaluasi lahan merupakan bagian dari klasifikasi lahan yang
mana dasar pengelompokannya adalah kesesuaian lahan.
Kapabilitas ( kesesuaian ) lahan itu sendiri merupakan
kecocokan sebidang lahan bagi penggunaan tertentu.
• Penggunaan tertentu yang dimaksud di sini dibatasi pada
penggunaan lahan untuk permukiman, ladang, pertanian
tanaman keras dan sawah.
• Dalam sistem lahan, penggunaan tanah dan analisis kajian
kesesuaian lahan didasarkan pada interpretasi peta RePPProt
yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Program, Departemen
Transmigrasi.
KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN
• Tujuan utama dari klasifikasi kesesuaian lahan adalah untuk
menginterpretasikan kesesuaian lahan untuk berbagai tipe
penggunaan lahan, khususnya penggunaan lahan di bidang pertanian.
Pengklasifikasian lahan didasarkan dalam kategori-kategori berdasarkan
sifat-sifat yang mempengaruhi kesesuaian lahan tersebut, sedangkan tipe
penggunaan lahan ditentukan berdasarkan kemampuan lahannya.
• Penentuan kelas kesesuaian lahan dikalisifikasikan berdasarkan sifat-
sifat fisik dan kimia tanah atau berdasarkan kemampuan lahan, untuk
mendukung pengembangan tipe penggunaan lahan tertentu.
• Kesesuaian lahan diklasifikasikan ke dalam tipe penggunaan lahan untuk
perumahan, ladang ( rainfed ), sawah ( wet land ), tanaman keras
( sebaiknya lebih di spesifikasikan misal mete, kakao, kopi dsb ).
• Kesesuaian lahan adalah kecocokan lahan untuk penggunaan
tertentu ! Berdasarkan Sistematika FAO, Klasifikasi kesesuaian lahan
meliputi 3 ( tiga ) Kategori, yaitu Kesesuaian Lahan pada Tingkat
Order, pada Tingkat Kelas, dan pada Tingkat sub Kelas !
A. Kesesuaian Lahan pada Tingkat Order.
• Kesesuaian lahan pada Tingkat Order ini terdiri dari Order
Sesuai ( S ) dan Order Tidak Sesuai ( N ). Suatu lahan dapat di
masukkan dalam Order Sesuai S jika lahan tersebut dapat
digunakan secara berkelanjutan untuk suatu penggunaan tertentu
tanpa ada resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahan.
• Sedangkan kesesuaian lahan pada Tingkat Order N adalah lahan
yang mempunyai berbagai keterbatasan, sehingga penggunaan
lahan tersebut perlu dihindarkan dari tujuan yang produktif.

B. Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas.


• Kesesuaian lahan pada Tingkat Kelas merupakan pembagian
lebih lanjut dari kesesuaian tingkat order, yaitu sebagai berikut :
• Kelas S1 ( Sangat sesuai ).
• Lahan termasuk dalam kelas ini apabila lahan tersebut tidak
mempunyai faktor - faktor pembatas yang mempengaruhi
produktifitas lahan tersebut, sesuai dengan alokasi peruntukannya.
• Kelas S2 ( Sesuai ).
Lahan termasuk dalam kategori kelas ini, jika lahan
tersebut mempunyai faktor pembatas untuk
peruntukan yang direncanakan, namun tidak
mempengaruhi produktivitas lahan.
• Kelas S3 ( Cukup sesuai ).
Lahan termasuk dalam kelas ini, jika lahan tersebut
mempunyai faktor pembatas yang serius dan dapat
mempngaruhi produktivitas lahan untuk peruntukan
yang direncanakan.

C. Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Sub Kelas.


• Kesesuaian lahan pada tingkat ini dapat dirinci menjadi
pada tingkat sub kelas. Dalam hal ini dicantumkan faktor
pembatas pada lahan tersebut sehingga dapat diketahui
secara langsung masukan yang diperlukan dalam
mengoptimalkan peruntukan lahan tersebut.
• Adapun faktor pembatas yang mempengaruhi lahan
adalah :

• Kualitas Air Tanah (g).


• Genangan Lahan (i).
• Tekstur (t).
• Kedalaman tanah (d).
• Drainase (w).
• Nutrisi tanah (n).
• Elevasi (l).
• Slope (s).
• Fragmentasi (f).

Kriteria kesesuaian lahan peruntukan sesuai dengan


FAO 1976 sebagaimana terlihat pada Tabel
dibawah ini :
TABEL KRITERIA KESESUAIAN LAHAN PERUNTUKAN
KESESUAIAN LAHAN PERUNTUKAN
NO KRITERIA KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN LADANG SAWAH TANAMAN HUTAN
KERAS LINDUNG

1 KUALITAS AIR TANAH (g)


-SEGAR / FRESH (<250 ppm NACL) S S S S S
-PAYAU / BRACKISH (250-400 ppm N N N N N
NACL)
-ASIN/SALINE ( <4000 ppm NACL ) N N N N N

2 GENANGAN LAHAN (i) :


-RESIKO BANJIR TAK ADA S S S S S
-RESIKO BANJIR RENDAH S S S S S
-RESIKO BANJIR MEDIUM N S S S S
-RESIKO BANJIR TINGGI N S S S S
-TAK ADA GENANGAN S S S S S
-TERGENANG MUSIMAN S S S S S
-TERGENANG PERMANEN N N N N N
-RAWA-RAWA N N N N N

3 TEKSTUR (t) :
-HALUS S S S S S
-HALUS MODERAT S S S S S
-MEDIUM S S S S S
-KASAR N N N N N
-TANAH ORGANIK S S S S S
4 KEDALAMAN TANAH (d) :
-TANAH GAMBUT :
* SANGAT DANGKAL ( 0-10 CM ) S S S S
* DANGKAL ( 11-25 CM ) S S S N
* DANGKAL S/D SEDANG ( 26-50 CM ) N N N N
* DALAM ( 51-75 CM ) N N N N
* SANGAT DALAM ( 76-200 CM ) N N N N
* LUAR BIASA DALAM ( >200 CM ) N N N N
-TANAH MINERAL :
* SANGAT DANGKAL ( 0-10 CM ) N N N N
* DANGKAL ( 11-25 CM ) N N N N
* DANGKAL S/D SEDANG ( 26-50 CM ) S S S N
* DALAM SEDANG ( 51-75 CM ) S S S S
* DALAM ( 76-100 CM ) S S S S
* SANGAT DALAM ( 101-150 CM ) S S S S
* LUAR BIASA DALAM ( > 150 CM ) S S S S

5 DRAINASE (w) :
- TERDRAINASE BERLEBIH, AGAK N N N N
BERLEBIH
-TERDRAINASE BAIK, AGAK BAIK S S S S
- TERDRAINASE TAK SEMPURNA S S S S
-TERDRAINASE BURUK ( JENUH ) S S S S
-TERDAINASE BURUK SEKALI ( JENUH N N S N
AIR )

6 NUTRISI TANAH (n) :


-K meq / 100 gm
N N N S
* SANGAT RENDAH ( < 0,1 ) S S S S
* RENDAH ( 0,1-0,2 )
S S S S
* MEDIUM ( 0,3-0,5 ) S S S S
* TINGGI ( 0,6-1,0 ) S S S S
* SANGAT TINGGI ( > 1,0 )
S S S S
-KETERSEDIAAN P ( BRAY l ) :
* SANGAT RENDAH ( < 10 ) S S S S
* RENDAH ( 10-15 ) S S S S
* MEDIUM ( 16-25 ) S S S S
* TINGGI ( 26-35 ) S S S S
* SANGAT TINGGI ( >35 ) S S S S

-TOTAL P mg / 100 gm P205 :


* SANGAT RENDAH ( < 10 ) N N N S
* RENDAH ( 10-20 ) S S S S
* MEDIUM ( 21-40 ) S S S S
* TINGGI ( 41-60 ) S S S S
* SANGAT TINGGI ( > 60 ) S S S S
-KTK meg / 100 gm NH04Ac :
* SANGAT RENDAH ( < 5 ) N N N N
* RENDAH ( 5 - 16 ) S S S S
* MEDIUM ( 17 - 24 ) S S S S
* TINGGI ( 25 – 40 ) S S S S
* SANGAT TINGGI ( > 40 ) S S S S
-Ph (H20 ) :
* ASAM EKSTRIM ( > 4,0 ) N N N S
* ASAM BERLEBIH ( 4,0 – 4,5 ) S S S S
* ASAM SANGAT KUAT ( 4,6-5,0 ) S S S S
* ASAM KUAT ( 5,1 - 5,5 ) S S S S
* ASAM SEDANG ( 5,6 – 6,0 ) S S S S
* AGAK ASAM ( 6,1 – 6,5 ) S S S S
* NETRAL ( 6,6 – 7,3 ) S S S S
* AGAK BASA ( 7,4 – 7,8 ) S S S S
* BASA MODERAT ( 7,9-8,5 ) N N N N
* BASA KUAT ( > 8,5 ) N N N N
-KEJENUHAN Al ( % ) :
* TAK ADA, SANGAT RENDAH ( 0-20 ) S S S S
* RENDAH ( 21 – 40 ) S S S S
* MENENGAH ( 41 – 60 ) N N N S
* TINGGI ( 61 – 80 ) N N N S
* SANGAT TINGGI ( > 80 ) N N N S
-ALUMINIUM TERSEDIA, > 2 meq / 100 gm N N N S

-POTENSI SULFAT MASAM :


* SANGAT DANGKAL ( 0 – 25 CM ) N N N N
* DANGKAL ( 25 – 50 CM ) N N S N
* AGAK DANGKAL ( 51 – 75 CM ) S S S S
* AGAK DALAM ( 76 – 100 CM ) S S S S
* DALAM ( 1O1 – 150 CM ) S S S S
* DALAM SEKALI ( > 150 CM ) S S S S

-SALINITAS ( EC mmh /cm2 ) N>4 N>4 N>4 N>4

7 ELEVASI (l), m dpl : - - N > 1500 N > 600

8 SLOPE (s) :
-RATA ( 2 % ) S S S S
-SANGAT LANDAI ( 2-8 % ) S S N S
-LANDAI ( 9 – 15 % ) S N N S
-AGAK TERJAL ( 16 – 25 % ) N N N S
-TERJAL ( 26 – 40 % ) N N N S
-TERJAL SEKALI ( 41 – 60 % ) N N N N
-LUAR BIASA TERJAL ( > 60 % ) N N N N
9 FRAGMENTASI ( f ), 0,8 % SLOPE

-KECIL ( < 25 ha ) N N N N
-MENENGAH ( 25 – 100 ha ) S S S S
-BESAR ( > 100 ha ) S S S S
KETERANGAN :
• GENANGAN LAHAN :
* RESIKO BANJIR TAK ADA = TAK ADA BANJIR KECIL
* RESIKO BANJIR RENDAH = KEDALAMAN 25 CM SELAMA 3 HARI BERTURUT –TURUT
* RESIKO BANJIR MEDIUM = KEDALAMAN 25 CM SELAMA LEBIH DARI 3 - 5 HARI BERTURUT-
TURUT
* RESIKO BANJIR TINGGI = KEDALAMAN 25 CM SELAMA LEBIH DARI 5 HARI BERTUTUT –
TURUT

* TAK ADA MENGGENANG = TAK ADA GENANGAN


* GENANGAN MUSIMAN = GENANGAN SELAMA 1 – 6 MINGGU
* GENANGAN PERMANEN = GENANGAN LEBIH DARI 6 MINGGU

• TEKSTUR DAN NUTRISI TANAH :


* UNTUK TANAMAN PANGAN PADA KEDALAMAN 0,25 METER
* UNTUK TANAMAN KERAS PADA KEDALAMAN 1,5 METER

• FRAGMENTASI ( PEMENGGALAN ) ADALAH PERKIRAAN UKURAN BLOK PALING BESAR PADA LAHAN
YANG DAPAT DIKEMBANGKAN DAN MEMPUNYAI KEMIRINGAN SANGAT LANDAI ( 0 – 8 % ) BAIK DALAM
LEMBAH MAUPUN LAHAN SEPANJANG ANTAR / ALUR SUNGAI ( INTERFLUV ).

DARI KRITERIA TERSEBUT MAKA UNTUK MASING-MASING SISTEM LAHAN DAPAT DIIDENTIFIKASIKAN
SESUAI DENGAN KEMAMPUAN LAHANNYA.

Anda mungkin juga menyukai