PEMROGRAMAN
PEMANFAATAN RUANG / INDIKASI PROGRAM
YANG BERBASIS RENCANA TATA RUANG
Meliputi :
- Pemahaman dalam melakukan analisis pemanfaatan ruang
/ lahan dengan bantuan citra satelit dalam konteks tata
ruang daerah / wilayah.
- Pemahaman setiap kegiatan yg menggunakan ruang harus
mengacu kepada UU No 24 1992 tentang Petanaan
Ruang.UU ini baru direvisi dan sudah disetujui DPR Tgl 26
Maret 2007.
- Pemahaman penyusunan kebijakan dan strategi pola
pemanfaatan ruang.
- Pemahaman pengelompokan PSP atas dasar prioritas
kebutuhan.
- Pemahaman Rencana Pemanfaatan Ruang terhadap
Kecenderungan Pembangunan, serta kebutuhan ruang
(lahan) yang diperlukan akibat adanya
perkembangan penduduk.
- Pemahaman terhadap aktivitas sosekbud karena
berkembangnya penduduk.
- Pemahaman tentang daya dukung lahan serta
kesesuaian lahan sehubungan dengan
berkembangnya penduduk beserta aktivitas
sosial ekonomi dan budayanya.
- Pemahaman terhadap perubahan fisik, sebagai
akibat berkembangnya aktifitas sosial ekonomi dan
budaya termasuk perubahan ekosistemnya.
- Pemahaman terhadap batas ambang yang masih
dapat ditoleransi pada suatu daerah.
- Pemahaman Pendekatan Masalah
Pemrograman Pemanfaatan Ruang yang
dilakukan secara komprehensif melalui
metode ‘ pendekatan proses ’.
- Metode ini memandang bahwa susunan
suatu pemanfaatan ruang di daerah sebagai
bagian dari suatu ‘sistem produksi’, yaitu :
• Sebuah kegiatan pemanfaatan lahan untuk pembangunan, yang
terdiri atas proses : (1) masukan / inputs ; (2) proses ; (3)
keluaran / outputs ; (4) hasil / outcomes ; (5) manfaat / benefits ;
dan (6) dampak / impacts.
• PENDEKATAN :
- Identifikasi prinsip dasar Pembangunan Kawasan Perkotaan
yang menunjang tujuan penataan ruang perkotaan
sehingga tercipta kehidupan perkotaan yang berkualitas
dan berkelanjutan.
- Identifikasi Instrumen Penataan Ruang yang menjadi
Pedoman Perijinan Pembangunan Kawasan Perkotaan.
- Identifikasi berbagai jenis Perijinan dalam Pembangunan
dan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Perkotaan.
- Identifikasi dan Analisis Permasalahan dalam Sistem
Perijinan.
- Kesimpulan Permasalahan dan Rekomendasi Pemecahannya.
RENCANA TATA RUANG KOTA, KETENTUAN YANG DIATUR DAN
INSTANSI PENYUSUN
INSTANSI
RENCANA KEPADATAN BANGUNAN PERENCANAAN
DAN
RENCANA PERUNTUKAN / ZONING ( PUSAT PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN
PERKANTORAN PEMERINTAH, PUSAT PERKANTORAN DAN KOTA
PERDAGANGAN, PERUMAHAN, INDUSTRI, RUANG TERBUKA, ( BAPPEDA
1 FUNGSI RENCANA : TAMAN – TAMAN KOTA , FASILITAS SOSIAL, DSB ) KOTA ).
RUTRK , RK
RTRWK / RUTRK
FUNGSI RENCANA KOTA
( BAPPEDA / BAPPEKO )
RDTRK / RBWK RENCANA INFRASTRUKTUR RENCANA TRANSPORTASI RENCANA JARINGAN RENCANA JARINGAN
RENCANA DETIL BIDANG KE PU - AN KOTA LISTRIK AIR BERSIH
( DINAS TATA KOTA ) ( DINAS PU ) ( DISHUB & LLAJR ) ( PLN ) ( PDAM )
•RENCANA JARINGAN
• RENCANA PERUNTUK
JALAN • RENCANA PENGEM
AN •RENCANA PENGEM
• RENCANA JARINGAN BANGAN KAPASITAS
• RENCANA SISTEM BANGAN KAPASITAS
AIR LIMBAH SUPLAI AIR
• GARIS SEMPADAN ANGKUTAN UMUM PEMBANGKIT LISTRIK
•RENCANA DRAINASE BERSIH
• RENCANA MRT
& PENGENDALIAN • RENCANA PENGEM
• KETENTUAN TINGGI • RENCANA PENGE • RENCANA PENGEM
BANJIR . BANGAN PELAYANAN
BANGUNAN •RENCANA JARINGAN LOLAAN LL / TRAFFIC BANGAN PELAYANAN
JARINGAN AIR
• KDB, KLB MANAGEMENT JARINGAN LISTRIK
AIR BERSIB BERSIH.
• JARAK BEBAS BANGU
•RENCANA JARINGAN
NAN
PERSAMPAHAN
• PEMAHAMAN PERIJINAN PEMBANGUNAN / PEMANFAATAN RUANG KOTA
IMB
- Intensifikasi dan
2 Pertanian Lahan Basah - Misal Pertanian
ekstensifikasi Usaha
-Pengembangan Industri Tanaman Pangan
Lahan Basah : Padi
Pengolahan. dan Palawija, dsb.
- Pembinaan Pelaku dan - Misal Perkembangan
Kelembagaan. Ternak Besar ( sapi,
kerbau, domba, dsb )
II.4 Tanaman Perkebunan dan Kehutanan
A Permukiman Existing
-Penataan Lingk; Jalan Lingk; Sanitasi;
-Permukiman Perkotaan Drainase.
-Penataan Lingk; Jalan Lingk; Jalan
-Permukiman Perdesaan Desa dan Sanitasi
-Rehabilitasi Rumah Yang tidak Layak
-Rumah Huni
-Peningkatan Kualitas dan Kapasitas
-Air Bersih Layanan
B Lokasi Baru
-Permukiman Perkotaan -Pembangunan Lingkungan; Jalan Lingk;
Jalan Desa ; Sanitasi ; Drainase
-Permukiman Perdesaan -Pembangunan Lingk; Jalan Lingk; Jalan
Desa dan Sanitasi
-Rumah -Pembangunan Rumah Layak Huni /
Perumahan Swadaya
-Air Bersih -Peningkatan Kualitas dan Kapasitas
Layanan.
Tabel II – 10
Kota Pusat Kegiatan Dan Fungsi Utamanya di Provinsi / Kabupaten
Hingga Periode Perencanaan / 2020
No Pusat Kegiatan Kota Fungsi Utama
5
II. 19 Kawasan Perbatasan Negara
Kawasan Perbatasan dapat dikategorikan dalam :
a. Perbatasan Darat
Dalam upaya mencapai percepatan pembangunan kawasan
perbatasan perlu dikembangkan upaya-upaya pembangunan secara
khusus dan intensif karena daerah ini merupakan perwakilan citra
Indonesia dihadapkan dengan bangsa/negara lain. Untuk
meningkatkan stabilitas keamanan dan kesejahteraan masyarakat di
sepanjang perbatasan maka Strategi Operasional Pembangunan
Kawasan Perbatasan difokuskan pada pendekatan pembangunan
sebagai berikut :
(a). Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia diupayakan
melalui peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan sehingga
mutu manusia tidak kalah bersaing dengan masyarakat dari
mancanegara dalam ilmu, pengetahuan dan teknologi (IPTEKS)
termasuk kesehatan;
(b). Peningkatan Prasarana Wilayah :
Meliputi :
(1) Peningkatan Aksesibilitas Wilayah dilaksanakan melalui
peningkatan mutu jalan dan jembatan menuju daerah
perbatasan guna menunjang arus barang dan pengamanan
citra bangsa;
(2) Peningkatan Perumahan, Permukiman dan Tata Ruang
dilaksanakan melalui Penataan ulang ruang wilayah melalui
pendekatan kawasan pengembangan ekonomi terpadu yang
baru, dan berorientasi pada pemukiman, pengembangan
kawasan potensial, sistim perhubungan dan transportasi
intermodule;
(3) Peningkatan dukungan sumberdaya air dan irigasi untuk
mendukung percepatan pembangunan ekonomi;
(c). Penegakkan Hukum dan HAM dilaksanakan dengan pendekatan
bahwa masyarakat perbatasan melakukan hubungan dengan koridor
hukum Intenasional, Beacukai, Imigrasi dan Karantina sebagai bagian
dari pengawas pintu perbatasan , harus mampu menjalankan
tugasnya sesuai hukum yang berlaku.
(d). Peningkatan Keamanan dan Ketertiban dikelola secara profesional
dan karena itu sarana dan prasarana keamanan di daerah
perbatasan harus mendapat perhatian yang baik. Tempat tinggal para
pengaman perbatasan harus mendapat perhatian yang manusiawi,
misalnya dengan penerangan, bangunan yang sehat dan jaminan
hidup, termasuk alat komunikasi yang memadai.
b. Perbatasan Laut.
• Kawasan perbatasan laut ini meliputi wilayah laut dan pulau-pulau nya.
3 TEKSTUR (t) :
-HALUS S S S S S
-HALUS MODERAT S S S S S
-MEDIUM S S S S S
-KASAR N N N N N
-TANAH ORGANIK S S S S S
4 KEDALAMAN TANAH (d) :
-TANAH GAMBUT :
* SANGAT DANGKAL ( 0-10 CM ) S S S S
* DANGKAL ( 11-25 CM ) S S S N
* DANGKAL S/D SEDANG ( 26-50 CM ) N N N N
* DALAM ( 51-75 CM ) N N N N
* SANGAT DALAM ( 76-200 CM ) N N N N
* LUAR BIASA DALAM ( >200 CM ) N N N N
-TANAH MINERAL :
* SANGAT DANGKAL ( 0-10 CM ) N N N N
* DANGKAL ( 11-25 CM ) N N N N
* DANGKAL S/D SEDANG ( 26-50 CM ) S S S N
* DALAM SEDANG ( 51-75 CM ) S S S S
* DALAM ( 76-100 CM ) S S S S
* SANGAT DALAM ( 101-150 CM ) S S S S
* LUAR BIASA DALAM ( > 150 CM ) S S S S
5 DRAINASE (w) :
- TERDRAINASE BERLEBIH, AGAK N N N N
BERLEBIH
-TERDRAINASE BAIK, AGAK BAIK S S S S
- TERDRAINASE TAK SEMPURNA S S S S
-TERDRAINASE BURUK ( JENUH ) S S S S
-TERDAINASE BURUK SEKALI ( JENUH N N S N
AIR )
8 SLOPE (s) :
-RATA ( 2 % ) S S S S
-SANGAT LANDAI ( 2-8 % ) S S N S
-LANDAI ( 9 – 15 % ) S N N S
-AGAK TERJAL ( 16 – 25 % ) N N N S
-TERJAL ( 26 – 40 % ) N N N S
-TERJAL SEKALI ( 41 – 60 % ) N N N N
-LUAR BIASA TERJAL ( > 60 % ) N N N N
9 FRAGMENTASI ( f ), 0,8 % SLOPE
-KECIL ( < 25 ha ) N N N N
-MENENGAH ( 25 – 100 ha ) S S S S
-BESAR ( > 100 ha ) S S S S
KETERANGAN :
• GENANGAN LAHAN :
* RESIKO BANJIR TAK ADA = TAK ADA BANJIR KECIL
* RESIKO BANJIR RENDAH = KEDALAMAN 25 CM SELAMA 3 HARI BERTURUT –TURUT
* RESIKO BANJIR MEDIUM = KEDALAMAN 25 CM SELAMA LEBIH DARI 3 - 5 HARI BERTURUT-
TURUT
* RESIKO BANJIR TINGGI = KEDALAMAN 25 CM SELAMA LEBIH DARI 5 HARI BERTUTUT –
TURUT
• FRAGMENTASI ( PEMENGGALAN ) ADALAH PERKIRAAN UKURAN BLOK PALING BESAR PADA LAHAN
YANG DAPAT DIKEMBANGKAN DAN MEMPUNYAI KEMIRINGAN SANGAT LANDAI ( 0 – 8 % ) BAIK DALAM
LEMBAH MAUPUN LAHAN SEPANJANG ANTAR / ALUR SUNGAI ( INTERFLUV ).
DARI KRITERIA TERSEBUT MAKA UNTUK MASING-MASING SISTEM LAHAN DAPAT DIIDENTIFIKASIKAN
SESUAI DENGAN KEMAMPUAN LAHANNYA.