Anda di halaman 1dari 42

DINAS PSDA PROVINSI JAWA TENGAH

RAPAT KOORDINASI
PENGENDALIAN BANJIR
DAN ROB DI KOTA SEMARANG

SEMARANG 2 JULI 2008


1
RAPAT KOORDINASI
PENGENDALIAN BANJIR DAN RO
DI KOTA SEMARANG
SEMARANG 2 JULI 2008

09.00 – 09.20 Sambutan Pembukaan


Kepala Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah.

09.20 – 09.40 Paparan Program JBIC IP 534


Kepala BBWS Pemali Juana

09.40 – 10.30 Penjelasan Ka Puslitbang SDA


Dilanjutkan Paparan Balai Penelitian
Sungai Mengenai Banjir Dan Rob
Di Kota Semarang

10.30 – 11.30 Masukan Program Lintas Sektor


Terkait Banjir Dan Rob
Di Kota Semarang

11.30 – 12.30 Perumusan Penanganan Banjir Dan Rob


Di Kota Semarang Sebagai Konsep Laporan
Ke Gubernur Jawa Tengah ke Menteri Pekerjaan Umum.
. 2
VISI MISI UU NO. 7/2004 Ttg SDA.
VISI Terwujudnya Kemanfaatan Sumber Daya Air yang
Berkelanjutan untuk se-besar2 Kemakmuran Rakyat
1. Konservasi Sumber Daya Air (SDA)
2. Pendayagunaan SDA ( Penatagunaan, Penyediaan,
MISI Penggunaan, Pengembangan, dan Pengusahaan)
3. Pengendalian dan Penanggulangan Daya Rusak Air
4. Pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat, dunia
usaha & pemerintah (Kelembagaan : Dewan SDA)
5. System Informasi Data SDA : Ketersediaan, keterbukaan &
senyatanya (Hidrologi, Telemetery, dsb.)
Good Governance In Water Resources Development.
1. Kelestarian;
ASAS 2.
3.
Keseimbangan;
Kemanfaatan umum;
4. Keterpaduan dan Keserasian;
5. Keadilan;
6. Kemandirian; dan
7. Transparansi dan Akuntabilitas. 3
VISI DINAS PSDA PROVINSI JAWA TENGAH
Terwujudnya Pengelolaan SDA yang optimal dengan meningkatkan
kualitas pelayanan masyarakat secara adil, merata dan
berkelanjutan yang bertumpu pada kemandirian dan swadaya
masyarakat.

MISI DINAS PSDA PROVINSI JAWA TENGAH


1 Mewujudkan pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap upaya
konservasi Sumber Daya Air secara terpadu dan berkelanjutan

2 Mewujudkan Pengembangan Sumber Daya Air secara terpadu


berkelanjutan, kelestarian fungsi prasarana dan sarana Sumber Daya Air

3 Mengurangi dampak kerusakan akibat banjir dan kekeringan terutama


pada kawasan strategis dan sumber-sumber produksi pertanian

4 Mewujudkan Tata Pengaturan Air yang berwawasan lingkungan secara


optimal, terpadu dan berkelanjutan

5 Mewujudkan pengelolaan Sumber daya Air yang memberikan keadilan


bagi masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan antar daerah dan
antar kepentingan.
Kesemuanya memerlukan Koordinasi yang dikemas dalam konsep :
“one basin one integrated planning in one coordinated management” 4
Aspek Legal Koordinasi
 UU No. 7 Tahun 2004 Ttg. Sumber Daya Air

 UU No. 7 / 2004 Ttg. SDA, Pasal 78 ayat (2)


Pembiayaan pengelolaan sumber daya air yang menjadi tanggung
jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah didasarkan kewenangan
masing2 dalam pengelolaan sumber daya air, termasuk Hidrologi.

 UU No. 7 / 2004 Ttg. SDA, Pasal 78 ayat (4)


Dalam hal kepentingan mendesak untuk pendayagunaan sumber daya
air pada WS Lintas Provinsi, Lintas Kab / Kota dan Strategis Nasional,
Pembiayaan pengelolaaannya ditetapkan bersama oleh Pemerintah
dan Pemerintah Daerah yang bersangkutan melalui pola kerjasama.

 Pasca Pemberlakuan Per Men PU No. 11.A / 2006 Ttg Wil. Sungai.
Co Financing Pusat & Pemda tentative diteruskan khususnya yang sudah
ditangani Daerah dan Sektor lain yang belum menjadi prioritas pusat. 5
Lanjutan . . . .Dan
 Kewenangan Aspek Jawab.
. . . Tanggung Legal Koordinasi.
Pada dasarnya kewenangan dalam pengelolaan SDA sesuai
paradigma baru pengelolaan sumber daya air al. UU No. 22/1999
dan PP No 25 / 2000 (yang sdh diperbaharui dlm UU No. 32/2004),
harus didesentralisasi s/d ke tingkat pemerintahan paling bawah
sesuai Peraturan Menteri PU No. 11.A/2006 Ttg Penetapan
Wilayah Sungai (WS) dan kewenangan dan tanggung jawab
pengelolaan SDA Prov. Jawa Tengah hanya di WS Bodri Kuto

 Kelembagaan.
Tugas dan Fungsi pada kegiatan pengelolaan SDA air
permukaan dan air tanah pada satuan wilayah sungai yang
mencakup lintas kabupaten / kota dilaksanakan oleh unit
pelaksana teknis (UPT) Dinas PSDA yakni Balai PSDA, dan UPT

Pusat sesuai satuan wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai


(BBWS) dimana di Provinsi Jawa Tengah terdapat 5 BBWS yaitu
(1) Pemali Juana (2) Bengawan Solo (3) Serayu Opak
(4) Citanduy dan (5) Cimanuk Cisanggarung.

6
PETA WILAYAH SUNGAI
Di Jawa Tengah terdapatDI
128 JAWA TENGAH
Daerah Aliran
Sungai (DAS) terkelompok dalam 10 Wilayah
Sungai (WS) dengan Total Panjang 4.076
Km

PER. MEN. PU. NO. 11A / 2006.


3 WS. Strategis Nasional, Dikelola Pusat :
(1) WS. Pemali Comal, (2) Jratunseluna, (3) Serayu Bogowonto.
4 WS. Lintas Provinsi, Dikelola Pusat :
(1) Cimanuk Cisanggarung, (2) Citanduy, (3) Progo Opak Serang, (4) Bengawan Solo.
1 WS. Lintas Kabupaten , Dikelola Provinsi Jawa Tengah : (1) WS. Bodri Kuto.
2 WS. Kabupaten Dikelola Kab. Jepara : (1) WS. Wiso Gelis, (2) WS. Karimunjawa.
7
Wilayah Sungai Kewenangan Provinsi Jawa Tengah
WS Bodri Kuto

Layer
Profile DAS
1. Batas Adm
2. Batas DAS
3. Jalan
4. Irigasi
5. Bendung
Control
Point
6. Reservoir
7. Mata Air
8. Konservasi
9. Budidaya
10. Dsb

8
9
Peta Daerah Rawan Bencana Banjir Jawa Tengah.

10
Banjir & Rob Di Kota Semarang

11
Penanganan Drainase.
Penangulangan Banjir, selain dgn Normalisasi Sungai, juga Drainase
Kota dgn Kapasitas & Freeboard Bangunan Silang yang memadai.

12
EFEK LAND SUBSIDENCE.
Landsubsidence Penurunan Tanah akibat Eksploitasi Air Tanah
berlebihan di Semarang, diantisipasi dengan pembangunan
rencana Waduk Jatibarang untuk pengelolaan Air Permukaan.

JATIBARANG DAM

13
Pasang Surut : Elevasi Penting Pasang Surut
Papan Duga
(Peilschaal)

HHWL

MHWS

MHWL

MSL
Tunggang
Pasang
MLWL

MLWS

LLWL

HHWL Highest High Water Level


MHWS Mean High Water Spring
MHWL Mean High Water Level
MSL Mean Sea Level
MLWL Mean Low Water Level
MLWS Mean Low Water Spring
LLWL Lowest Low Water Level 14
Efek Pasang Surut

15
Perubahan Datum

16
Koreksi Datum.
Perencanaan Penanggulangan Banjir
Perlu Koreksi Perubahan Datum Akibat :
Tidal Elevation, Landsubsidence, Climate Change Effect.

Pasang surut di kawasan perairan Semarang

2.50

Datum 0.00 MSL Baru


Study Dinamika Pantai Smg, BPPT 2006
2.00
E le v a s i ( m e te r )

1.50

1.00

LANDSUBSIDENCE DISLOCATION ( Probable = 1.43 M )


0.50

Datum 0.00 MSL Lama


0.00
US Army Map 1944
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750
Waktu (jam)

17
KERUSAKAN PANTAI
Ds. MANGUNHARJO
MUARA K. PLUMBON
EFEK GELOMBANG
DAN PASANG SURUT

18
Air Laut Pasang Di Pelabuhan Tanjung Emas Tgl. 11 April 2007

19
INDIKASI PERLUNYA KOREKSI DATUM ELEVASI DI SEMARANG
PEMULIHAN FUNGSI RUANG

GS (Garis Sempadan) GS

GS GS

NORMALISASI KAPASITAS SUNGAI PEMBERSIHAN BANGUNAN


DAN TANAMAN DIDALAM SEMPADAN BANTARAN SUNGAI
20
21
22
Pencegahan

Pemerintah melalui Peraturan Daerah dll.


didukung penegakan peraturan (law enforcement)
 Sosialisasi dan peningkatan pengetahuan masyarakat,

pengelola, dan pengembang kawasan pantai tentang


fenomena pantai
 Larangan penambangan pasir, batu, kerikil pada lokasi

yang berbahaya
 Larangan penebangan bakau

 Larangan pengambilan karang

23
Rehabilitasi

 Pengembalian pantai pada kondisi awal sebelum terjadi


kerusakan
 Pada pantai berpasir, dilakukan pengisian pasir
 Pada pantai berbakau dilakukan penanam bakau (perlu
dilindungi sebelum bakau cukup kuat)
 Pada pantai berkarang, dilakukan “penanaman”karang
(perlu keahlian khusus, ahli biologi laut dan lingkungan)

24
Penanggulangan

 Penanggulangan pantai harus dilakukan secara


komprehensif
 Cara penanggulangan dengan intervensi teknis
bangunan sipil atau usaha non-sipil
 Perlu memperhitungkan dampak terhadap kawasan
pantai lain yang tanpa perlindungan

25
Strategi Penanggulangan

1. Tidak dilakukan penanggulangan


 Kerusakan pantai tidak menimbulkan dampak besar secara
sosial, ekonomi & lingkungan
 Penanggulangan tidak ekonomis
 Bentuk pantai yang “seimbang”dapat diperkirakan
2. Mempertahankan garis pantai
Daerah pantai yang cukup menguntungkan secara ekonomi,
sosial, budaya, dan lingkungan
3. Mengembalikan garis pantai
Mundurnya garis pantai menyebabkan berkurangnya
pemanfaatan pantai (daerah wisata)

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Anda mungkin juga menyukai