TRISNANIA AMBARWATI
1910211013
DEFINISI
● Bronkitis kronik diperkenalkan di negara Inggris pada awal abad ke-19 untuk mendiskripsi inflamasi
mukosal bronkial yang kronik.
● Menurut teori medis bronkitis kronik didefinisikan secara klinis sebagai inflamasi kronik pada mukosal
bronkial yang menyebabkan gejala batuk kronik berdahak untuk 3 bulan pada setiap 2 tahun berturut-turut
(CHEST, 1995).
● Bronkitis kronik adalah eskpektorasi sputum sekurang-kurangnya 3 bulan selama 2 tahun berturut-turut
dan pada kebiasaanya ada obstruksi pernapasan (Meyer, 2003).
● Bronkitis kronik adalah kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan
dalam setahun, sekurang-kurangnya 2 tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lain (PDPI, 2003).
ETIOLOGI
Etiologi Bronchitis kronik dan batuk berulang adalah sebagai berikut :
1. Spesifik
● Asma
● Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronchitis).
● Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, chlamydia,
pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
● Penyakit paru yang telah ada misalnya bronchiectasis.
● Sindrom aspirasi.
● Penekanan pada saluran napas
● Benda asing
● Kelainan jantung bawaan
● Kelainan sillia primer
● Defisiensi imunologis
● Kekurangan alfa-1-antitripsin
● Fibrosis kistik
● Psikis
1. Non spesifik
● Asap rokok
EPIDEMIOLOGI
● Lebih sering menyerang orang dewasa diatas 40thn.
● SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian
karena asma,bronchitis kronik dan emfisema menduduki
peringkat ke 6 dari 10 penyebab kematian tersering di
Indonesia.
KLASIFIKASI
Bronkitis kronik dapat dibagi atas:
1. Simple chronic bronchitis: bila sputumnya mukoid.
2. Chronic/recurrent mucopurulent bronchitis: dahak
mukopurulen.
3. Chronic obstructive bronchitis: obstruksi saluran napas
menetap.
Faktor genetik, Defisiensi α1-antitripsin adalah satu-satunya faktor genetik yang berisiko
untuk terjadinya bronkitis kronik, pada umur rata-rata 50 tahun untuk penderita dengan
riwayat merokok dan 40 tahun untuk penderita yang tidak merokok. α1-antitripsin
merupakan inhibitor protease yang diproduksi di hati dan bekerja menginhibisi neutrofil
elastase di paru.
GEJALA KLINIS
● Bronkitis kronik sering dikaitkan dengan gejala eksaserbasi akut dimana kondisi pasien mengalami
perburukan dari kondisi sebelumnya dan bersifat akut.
● Eksaserbasi akut ini dapat ditandai dengan gejala yang khas, seperti sesak napas yang semakin
memburuk, batuk produktif dengan perubahan volume atau purulensi sputum atau dapat juga
memberikan gejala yang tidak khas seperti malaise, kelelahan dan gangguan tidur.
● Gejala klinis bronkitis kronik eksaserbasi akut ini dapat dibagikan menjadi dua yaitu gejala respirasi
dan gejala sistemik.
INSPEKSI PERKUSI
Pemeriksaan Lab
● Darah rutin & AGD
Sinusitis maksilaris
Yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung yang disebabkan
oleh komplikasi peradangan jalan nafas bagian atas dibantu oleh adanya
faktor predisposisi. Infeksi pada sinus dapat menyebabkan bronkhospasme,
edema dan hipersekresi sehingga mengakibatkan bronchitis.
KOMPLIKASI
Pneumonia
● Bronkodilator Diberikan dalam bentuk oral, kombinasi golongan beta 2 agonis dengan
golongan antikolinergik. Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuatkan efek
bronkodilatasi karena keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. Masing-masing dalam
dosis suboptimal, sesuai dengan berat badan dan beratnya penyakit sebagai dosis
pemeliharaan. Contohnya aminofilin/teofilin 100-150 mg kombinasi dengan salbutamol 1 mg
atau terbutalin 1 mg.
● Antibiotik Diberikan untuk mencegah dan mengobati eksaserbasi serta infeksi. Antibiotik juga
diberikan sekiranya ada peningkatan jumlah sputum, sputum berubah menjadi purulen dan
peningkatan sesak. Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat. Jenis
antibiotik yang bisa diberikan adalah makrolid, sefalosporin generasi II, generasi III, kuinolon
dan flurokuinolon.
● Ekspektoran Diberikan obat batuk hitam (OBH)
● Antitusif Kodein hanya diberikan bila batuk kering dan sangat mengganggu. Manfaatkan obat
antitusif yang tersedia sesuai dengan perkiraan patogenesis yang terjadi pada keluhan klinis.
Perhatikan dosis dan waktu pemberian untuk menghindari efek samping obat.