Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 9 :

ASUHAN KEPERAWATAN Byelli Asyam maharhani


( J210170002)
PADA PASIEN PALLIATIVE Auliya himawati
(J210170023 )
CARE : CVA Ichsanudin Bachtiar
(J210170026)
Tiyas priyanti
( J210170043 )
Mita putri pratiwi
( J210170076 )
A. Definisi
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
(Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah  kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan  oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak Stroke merupakan
penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat.
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
karena terjadinya gangguan peredaran darah otak
B. Klasifikasi

1. Stroke Hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
• Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke
dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak
• Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM

2. Stroke Non Hemoragi


Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat,
baru bangun tidur atau di pagi hari.
Menurut stadiumnya
1. TIA (Trans Iskemik Attack)
Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

2. Stroke involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat
berjalan 24 jam atau beberapa hari.

3. Stroke komplit
Dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen.  
C. Etiologi

1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi
jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau
kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
– Hipertensi yang parah.
– Cardiac Pulmonary Arrest
– Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
– Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
– Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
D. Faktor Pencetus
1. Faktor tidak dapat diubah
– Usia
– Herediter
– Terkain riiwayat stroke di keluarga, orang dengan riwayat stroke pada keluarga akan
memiliki resiko lebih tinggi
2. Faktor dapat diubah
– Hipertensi
– Penyakit jantung
– Diabetes Milletus
– Obesitas
– Merokok
E. Manifestasi Klinik
Stroke Hemoragik

Gejala Klinis Stroke Non Hemoragik


PIS PSA

Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/tidak ada

Permulaan (onset) Menit/ jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)

Muntah pada awalnya Sering Sering Tidak, kecuali lesi di batang otak

Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali

Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang sebentar Bisa

Kaku kuduk Jarang Bisa ada pada permulaan Tidak ada

Hemiparasis Sering sejak awal Tidak ada Sering dari awal

Gangguan bicara Sering Jarang Sering


F. Pemeriksaan penunjang
1. Angiografi serebral
– Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi
arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
– Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
3. CT scan
– Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
– Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan
infark akibat dari hemoragik.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalksanaan hiperakut
– Tindakan pada stadium ini dilakukan di IGD dan tindakan resusitasi serebro kardio
pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas.

2. Penatalaksanaan akut
– Dilakukan penanganan factor-faktor etiologic maupun penyulit, juga dilakukan tindakan
terapi fisik, okupasi, wicara, psikologi dan telaah social untuk membantu pemulihan
pasien. Edukasi kepada keluarga mengenai dampak stroke dan perawatanya.
3. Subakut
– Tindakan medis dapat berupa terapi wicara, kognitif, perilaku, bladder training.
Dilakukan pemulihan
Pada gangguan neurologis, diuretic osmotic (Manitol) merupakan jenis deuretik yang
paling sering digunakan untuk terapi oedema otak dan adanya peningkatan tekanan
intracranial (TIK)
H. Konsep Keperawatan Paliatif
1. Definisi Perawatan Paliatif
– Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi.
– Perawatan paliatif untuk mencegah, memperbaiki, mengurangi gejala – gejala penyakit
namun bukan berupaya penyembuhan

2. Prinsip Perawatan Paliatif


– Menghilangkan nyeri dan gejala – gejala yang menyiksa lainnya
– Menghargai kehidupan dan menghormati kematian sebagai suatu proses normal
– Tidak bermaksut mempercepat atau menunda kematian
– Perawatan yang mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual, sosial, budaya dari
pasien dan keluarga termasuk dukungan saat berkabung
3. Karakteristik Perawatan Paliatif
– Menggunakan pendekatan tim untuk mengetahui kebutuha pasien dan keluarganya,
termasuk konseling bila perlu
– Meningkatkan kualitas hidup, dan juga secara positif mempengaruhi perjalanan penyakit.
– Perawatan aktif, total bagi pasien yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan
– Pendekatan holistik : fisik, mental, spiritual, sosial
– Pendekatan multi-disipliner : medis non-medis, keluarga

4. Manfaat Perawatan Paliatif


– Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya
– Mengurangi penderitaan pasien
– Meningkatkan kepatuhan pengobatan
5. Konsep Asuhan Keperawatan Paliatif

a. Pengkajian
Selama pengkajian perawat tidak boleh berasumsi tentang bagaimana atau klien
atau keluarganya mengalami duka cita. Perawat harus menghindari membuat
asumsi bahwa perilaku tertentu menandakan duka cita, sebaliknya perawat harus
memberi kesempatan pada klien untuk menceritakan apa yang sedang terjadi
dengan cara mereka sendiri. Pengkajian tentang klien dan keluarganya dimulai
dengan menggali makna kehilangan bagi mereka. Perawat mewawancarai klien
dengan keluarga dengan menggunakan komunikasi yang tulus dan terbuka, dengan
menekankan keterampilan mendengar dan mengamati respond an perilaku mereka.
Perawat mengkaji bagaimana klien bereaksi dan bukan bagaimana klien seharusnya
bereaksi. Pertimbangan terhadap variable ini memberi perawat data dasar yang luas
sehingga dari data tersebut dapat dibuat perawatan yang sifatnya individual bagi
klien.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Kecemasan b.d status kesehatan

Tujuan dan Kriteri Hasil Intervensi


 Klien mampu mengatasi rasa cemasnya 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Setelah dilakukan asuhan selama………kecemasan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
klien teratasi dengan kriteria hasil: pasien
Dengan Kriteria Hasil : 3. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
1. Klien mampu mengidentifikasi dan tindakan prognosis
mengungkapkan gejala cemas 4. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan 5. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas ketakutan, persepsi
3. Vital sign dalam batas normal 6. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
4. Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat mengurangi takut
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
2. Gangguan Pola Tidur b.d stress karena respon berduka

Tujuan dan Kriteri Hasil Intervensi

 Pasien mampu menciptakan kembali pola 1. Kaji faktor yang memperberat masalah tidur
atau istirahat.
tidur dan istirahat.
2. Sesuaikan lingkungan yang nyaman (misalnya
Setelah dilakukan asuhan selama……… cahaya, kebisingan, suhu dan tempat tidur)
gangguan pola tidur klien teratasi dengan untuk meningkatkan tidur.
kriteria hasil: 3. Kurangi stimuli yang menciptakan perasaan
takut.
1. Jumlah jam tidur dalam batas normal
4. Bantu pasien meningkatkan mengidentifikasi
2. Kualitas tidur normal faktor yang meningkatkan rasa aman.
3. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang
mampu meningkatkan tidur
3. Ketidakseimbangan pola nutrisi kurang dari kebutuhan b.d respon
duka cita

Tujuan dan Kriteri Hasil Intervensi


 Klien mampu membertahankan status nutrisi 1. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Setelah dilakukan asuhan selama……… pola 2. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
nutrisi klien dapat kemabali teratasi dengan 3. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
kriteria hasil: nutrisi yang dibutuhkan
1. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 4. Monitor mual dan muntah

2. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan 5. Berikan makanan yang terpilih (sudah

tujuan dikonsultasikan dengan ahli gizi)


6. Monitor lingkungan selama makan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 
 
4. Berduka b.d potensial kehilangan kesejahteraan biopsikososial yang dirasakan.

Tujuan dan Kriteri Hasil Intervensi


 Klien mampu mengatasi rasa berduka 1. Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ........ rasa Perlihatkan empatidan perhatian. Jujur dan tepati semua
berduka dapat hilang dengan kriteria hasil : janji
1. Dapat melewati proses berduka 2. Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk
2. Melaporkan tidur yang cukup mengekspresikan perasaannya secara terbuka
3. Mempertahankan kebersihan dan penampilan 3. Dorong pasien untuk menjangkau dukungan spiritual
4. Mengekspresikan harapan postif mengenai masa depan selama waktu ini dalam bentuk apapun yang diinginkan
untuknya. Kaji kebutukan-kebutuhan spiritual pasien dan
bantu sesuai kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan itu
4. Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan
hal yang dapat diterima. Menggunakan sentuhan
merupakan hal yang terapeutik dan tepat untuk kebanyakan
pasien
Terimakasih

sampai jumpa

Anda mungkin juga menyukai