Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS SPERMA

1. Moniffa Dwi Nur Azizah (P1337434119024)


2. Zaidatu Azka Umma Fadila (P1337434119025)
3. Ela Putri (P1337434119026)
4. Laras Prastika ( P1337434119027 )
5. Trias Figa Febriani (P1337434119028)
6. Herlenna Kusuma Wardhani (P1337434119029)
7. Diva Affifah Nurul Zahroh (P1337434119030)
8. Nur Aisyah Putri (P1337434119048)
ANALISIS SPERMA
Analisis sperma adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
memastikan normal atau tidaknya sperma. Pemeriksaan
analisis sperma umumnya dilakukan pada pria yang
memiliki pasangan yang sulit untuk hamil dan merupakan
bagian dari tes kesuburan. Selain itu, analisis sperma juga
dapat dilakukan pada pria yang menjalani vasektomi untuk
menentukan apakah operasi tersebut berhasil atau tidak.
Pemeriksaan analisis sperma menggunakan sampel semen atau
cairan mani. Sampel air mani akan dikumpulkan dalam sebuah
wadah steril untuk kemudian diperiksa di laboratorium. Jika
analisis sperma dilakukan untuk tes kesuburan, cairan mani
harus segera dianalisis dalam waktu 1 jam.
Air mani dengan jumlah sekitar 1,5-5,5 mm normalnya
memiliki setidaknya 2 juta sel sperma. Selain mengandung
sperma, air mani juga mangandung fruktosa, buffer, zat
pembeku, pelumas, dan juga enzim.
PEMERIKSAAN ANALISIS SPERMA
A. Pra Analitik

Persiapan pasien
Pasien harus diberi penjelasan tertulis tentang cara pengumpulan dan
pengiriman semen ke tempat pemeriksaan, terutama jika pengambilan
sampel di luar tempat pemeriksaan dan tidak menempatkan sampel
semen dalam suasana perubahan suhu drastis selama pengiriman ke
laboratorium.
1. Sebaiknya sampel diambil setelah abstinensi sedikitnya 48 jam dan
tidak lebih dari 7 hari. Nama, masa abstinensi dan waktu pengambilan
harus dicatat pada formulir yang dilampirkan pada setiap semen yang
akan dianalisis

2. Catat riwayat mumps, penyakit akut dan demam yang lama, penyakit
sistemik (DM), riwayat pembedahan, trauma testis, keterpaparan dengan
zat toksik atau bahan kimia, pengobatan dengan anabolik steroid, alkohol.

3. Melakukan pemeriksaan fisik terhadap penis, meatus uretra, testis,


vasa deferens dan duktus epididimis, memeriksa ada tidaknya verikokel,
memeriksa tanda-tanda seks sekunder dan colok dubur.
Persiapan Sampel
1. Sediaan dipeoleh dengan cara masturbasi dan ditampung
dalam botol kaca atau plastik yang bermulut lebar.
2. Masturbasi dilakukan dalam sebuah kamar yang tenang di
laboratorium dekat ruang pemeriksaan. Jika tidak maka sediaan
harus diantar dalam waktu 1 jam setelah dikeluarkan.
3. Kondom tidak dianjurkan dipakai untuk menampung semen.
Jika masturbasi sulit dilakukan, maka dapat digunakan kondom
plastik khusus.
4. Sediaan yang volumenya sedikit sebaiknya tidak diperiksa,
terutama jika bagian pertama ejakulat tercecer.
5. Sediaan dilindungi terhadap suhu ekstrim selama
pengangkutan ke laboratorium. Suhu sebaiknya berkisar antara
20-40 °C.
6. Botol harus diberi label dengan nama penderita, tanggal
pengumpulan, lamanya abstinensi dan cara perolehan sediaan.
B. Analitik
Pemeriksaan sperma dapat dilakukan dengan 3 metode :
1. Pemeriksaan sperma makroskopis

2. Pemeriksaan sperma kimiawi


3. Pemeriksaan sperma mikroskopis
1. Pemeriksaan sperma makroskopis
•  
● Koagulasi dan Likuifaksi
Sperma normal baru diejakulasi menunjukkan adanya gumpalan atau
kuagulum diantara lendir putih yang cair. Kemudian, akan mengalami
likuifaksi sempurna dalam 10-20 menit. Dicatat ada atau tidaknya koagulum
dan catat waktunya.
Tidak ada koagulum : penyumbatan kelenjar vesica seminalis atau kelainan
vesica seminalis.
Apabila likuifaksi memanjang atau tidak sempurna setelah 20menit, keadaan
eperti menunjukkan adanya gangguan fungsi prostat dalam memproduksi
seminin.
● Volume: volume semen yang sudah ditampung pada 1 kali penampungan
diukur dengan melihat langsung pada tabung berskala.
Normal : 2,5-5 ml.
Abnormal : jika volume 1 ml (hypospermia) dan 6ml (hyperspermia).
Apabila volume besar dan jernih menunjukkan spermatozoa rendah atau
azosperma.
● Warna dan kekeruhan
dilihat pada latar belakang yang putih dengan penerangan yang cukup.
Normal : berwarna putih kanji, putih keabuan atau kekuning-kuningan
dan keruh
Abnormal : mengandung air, darah, rambut preputium, nanah air
kotor, dan bau yang tidak normal.
● Bau
Normal : bau khas seperti bunga aksia.
Abnormal : berbau tidak khas, misal bau obat-obatan, amis, dsb.
● pH : diukur dengan cara mengambil sedikit semen segar dengan
menggunakan ose dan diletakkan pada kertas lakmus atau pH meter,
kemudian dilihat pH-nya. pH semen diuji dengan menggunakan pH
BTB paper.
pH normal semen = 7,2 – 7,8.
Cairan prostat mempunyai pH rendah yaitu kurang dari 7,0
● Viskositas
Ditentukan setelah likuifaksi sempurna, cara :
- Dengan batang gelas (makin panjang menunjukkan viskositas
semen tinggi)
- Dengan pipet Elliason waktu yang digunakan untuk terjadinya
tetesan semen dari ujung pipet dicatat dengan memakai
stopwatch
Normal : antara 1-2 detik / satu tetes
Viskositas juga bergantung dari enzim yang berasal dari prostat.
2. Pemeriksaan sperma kimiawi
Karbohidrat yang ada dalam mani ialah fruktosa dan kadar nya
mempunyai korelasi positif dengan kadar testosteron dalam tubuh.
Penetapan kadar dengan reaksi selivanoff, fruktosa bereaksi dengan
presorcinol akan menyusun warna merah.
Reagen yang digunakan:
1. Larutan Ba(OH)2 0,3 N dibuat dengan melarutkan 47,5gram Ba(OH)2.
8aq dalam 1000 ml aquadest.
2. Larutan ZnSO4 0,175 N dibuat dari 50 gram ZnS O4 7aq larut dalam
1000ml aquadest.
3. Larutan resorcinol 0, 1% dalam 100 ml alkohol 95%; larutan ini
bertahan 2 bulan bila disimpan dalam lemari es.
4. HCl sekitar 10 N dibuat dari 1 volum aquadest ditambah 6 volume
HCIpekat.
5. a. Standard fruktosa stock. 50 gram fruktosa larut dalam 100 ml
larutan asam bezoat 0,2%
b. Standard fruktosa, larutan kerja. 1 ml standard fruktosa stock
diencerkan dengan aquadest sampai 100 ml. Pada cara yang
dicantumkan di bawah, larutan kerja ini sesuai dengan 200 mg
fruktosa/dL mani.
Cara Kerja :
6. Lakukan deproteinisasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih
dahulumengencerkan 1,0 ml mani dengan 2,9 ml air. Kemudian
tambah 0,5 ml
7. larutan Ba(OH)2, campur tambahkan 0,5 ml larutan ZnS O;
campur lagi danpusingkanlah kuat-kuat.Sediakan 3 tabung T (test),
S (standard) dan B (blanko). Tabung T diisi 2ml cairan atas dari
langkah 1, tabung S diidi 2 ml standard fruktosa larutankerja dan
tabung B diiisi 2 ml air.
8. Kepala tabung T, S dan B masing-masing dibubuhkan 2 ml
resorcinol dan6 ml HCl.
4. Campur isi tabung masing-masing, panasilah dengan bejana air 90
selam10 menit.
5. Bacalah absorbansi T dan S terhadap B pada 490 nm.
6. Hitunglah kadar fruktosa dengan rumus A T/ASx200 = mg fruktosa/
dL mani.

Catatan:
Kadar fruktosa dalam mani normal berkisar antara 1 20-450 mg
fruktosa/dLdan fruktosa itu berasal dari vesiculae seminales. Selain
dipengaruhi oleh kadartestosterone dalam tubuh, banyaknya fruktosa
dalam mani juga mengalami perubahan oleh proses-proses dalam
vesiculae seminales dan ductuliejaculatorii; pada hypoplasia dan radang
vesiculae seminales dan padapenyumbatan partial ductuli ejaculatorii
kadang fruktosa menurun.Penyumbatan ductuli ejaculatorii yang total
akibat kadar fruktosa dalam manimenjadi nol.
3. Pemeriksaan sperma mikroskopis
● Kepadatan Spermatozoa (Per LPB)
Kepadatan spermatozoa dapat dipakai untuk faktor pengenceran pada
waktu menghitung jumlah spermatozoa.
Peralatan :
- Mikroskop
- Cover glass
- Objek glass
- Pengaduk
Prosedur :
- Menghomogenkan sperma, lalu diambil 1-2 tetes.
- Meletakkan sperma diatas objek glass dan tutup dengan cover glass.
- Mengamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400-450x
Penilaian terhadap :
- Mitolity
- Sel ephitel
- Fragmentasi
- Aglutinasi
- Kristal-kristal
- Fat/lemak
- Sel bulat / runcelan
- Jumlah spermatozoa
Pada pemeriksaan mitolity, diamati dari spermatozoa yang bergerak :
- Baik, yaitu gerakan lurus dan cepat
- Cukup baik, gerakannya ditempat dan lambat
- Tidak gerak, dalam keadaan diam
Pada pemeriksaan runcelen, runcelen lebih dari 10 per lapangan pandangan
maka perlu dibedakan antara leucocyt dengan sel-sel spermiogenesis, perlu
dilanjutkan dengan pemeriksaan giemsa dan sperm count.
• Pemeriksaan Jumlah Spermatozoa/Ml
Prinsip
Cairan sperma diencerkan didalam pipet lekosit dengan larutan
pengencerHpuerniside, kermudian dimasuikan he dularn kamer hifung
dan jumiah spermozoadihitung dalam volume tertentu.
Guna Pengenceran Sperma (Sperm Count)
― Untuk mempermudah menghifung spermatozoa karena jarak
spermatozoa lebih renggang
― Bahan pengencer mengandung safranin sehingga spermatozoa lebih
jelas
― Bahan pengencer mengandung spermicide sehingga spermatozoa
mudehdihitung karena tidak bergerak.
Peralatan :
- Mikroskop
- Hamasitometer set lengkap dengan deck glass nya
Bahan : Sampel Semen/Ejakulat (Spermatozoa)
Reagen : reagen pengencer (Safranin 1 gr, Formalin 5ml, NaHCO3 5
gram, Aquadest 100ml. Reagen yang sudah jadi disaring
Prosedur :
1. Ambil cairan sperma yang telah homogen dengan pipet lekosit
sampai tanda 1
2. Kemudian pipet larutan pengencer ( spermicide ) sompai tanda 11
tepat
3. Campur baik-baik, buanglah 3 - 4 tetes cairan yang diujung pipet
lekosit tersebut
4. Teteskan setetes campuran sperma keatas kamar hitung yang telah
disiapkan
5. Mulailah menghitung spermatozoa seperti melakukan
penghitungan mikroskopis
6. Dihitung jumiah spermatozoa dalam 16 kotak kemudian hasilnya
dikalikan.
• 100.000 (bila dipakai pengencer 10x)
• 200.000 (bila dipakai pengencer 20x)
Perhitungan :
Volume kotak ( 16 kotak) : 1 x 1 x 0,1 mm3
= 0,1 mm3 panjang 1 mm, lebar 1 mm, Tinggi 0,1 mm
Misal :
Jumlah spermatozoa dalam kotak 16 buah = N buah pengencer yang
dipakai 10x
 Jadi jumlah spermatozoa /mm3
= 10 x 10 x N/mm3
= 10O N/mm3
 Untuk jumlah spermatozoa /ml
= 1000 x 100N/ml
= 100,000 N/ml
1cm3 = 1.000 mm3 ( cm = ml = cc )
• Vitalitas Spermatozoa

https://id.scribd.com/document/379533246/Kimia-Klinik-Pemeri
ksaan-Sperma
Morfologi Spermatozoa

• Fiksasi dan pewarnaan cairan semen memudahkan untuk


melihat morfologi normal dan abnormal sperma.

• Morfologi sperma dievaluasi dengan cara membandingkan


jumlah spermatozoa yang morfologinya normal dan abnormal
(ukuran dan bentuk).

• Sperma yang abnormal adalah yang tidak lengkap atau yang


mempunyai struktur abnormal.

• Ada 2 metode pewarnaan yang bisa dipakai yaitu Giemsa dan


Wright.
Cara kerja
Alat dan bahan
a. Mikroskop
b. Kaca objek
c. Kaca penutup
d. Pipet pasteur
e. Kaca geser
f. Zat warna Giemsa atau Wright

Cara Kerja
a. 1 tetes sperma diteteskan di atas kaca objek
b. Dibuat sediaan apus kemudian diwarnai dengan zat warna Giemsa
atau Wright dan dibuat dua replikat, lalu diperiksa dibawah
mikroskop (pembesaran 100x)
c. Dilihat pada 200 spermatozoa per replikat dan tentukan morfologi
dalam persen
Struktur sel sperma matur

Penilaian morfologi sperma normal dapat dilakukan dengan mempelajari


berbagai variasi bentuk spermatozoa.
Skema morfologi sperma abnormal
Contoh penilaian morfologi sel sperma

Nilai rujukan
Morfologi normal : > 4%
normal (WHO 2010).
• Pemeriksaan
aglutinasi sperma

Aglutinasi dilihat
dibawah mikroskop dan
dicatat persentase rata-
rata spermatozoa yang
berlengketan.

Tingkat aglutinasi pada


sperma
• Hitung leukosit

Hitung leukosit dilakukan


bersamaan dengan
perhitungan jumlah sperma.

Leukosit (monosit dan PMN) pada


sediaan sperma
Daftar Pustaka
https://doktersehat.com/analisis-sperma/
Modul Urinalisa dan Cairan Tubuh Jurusan Analis
Kesehatan Poltekkes Kemenkes Semarang
https://id.scribd.com/document/379533246/Ki
mia-Klinik-Pemeriksaan-Sperma

Anda mungkin juga menyukai