Anda di halaman 1dari 21

Kultur In Vitro untuk Produksi

Metabolit Sekunder
Fathiyya Tsani Mufidah (19308141042)
Anjas Arya Bagaswara (19308144017)
Hapsari Sindhu Pawitra (19308144021)
Pendahuluan
• Jeruk kasturi (Citrus microcarpa) memiliki komponen penyusun dari berbagai senyawa
kimia hasil metabolit sekunder antara lain asam sitrat, asam amino, dan minyak atsiri
(Bal, 1997). Seiring dengan kebutuhannya yang semakin meningkat, sintesis minyak atsiri
secara alami belum mencukupi kebutuhan masyarakat karena produksinya masih sangat
rendah. Sementara itu, lahan dan plasma nuftah semakin menyusut, sehingga diperlukan
alternatif pemecahan berupa kultur suspensi sel untuk memenuhi kebutuhan bahan
metabolit sekunder tersebut. Untuk mendapatkan sel yang bersifat embriogenik, remah,
dan mudah terurai dilakukan kultur kalus (Hartman & Kester 1983).

• Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi hormon 2,4-D dan BAP untuk
merangsang pembentukan kalus yang bersifat embriogenik, remah, dan mudah terurai
sehingga dapat digunakan untuk bahan dasar kultur suspensi sel yang sesuai.
Selanjutnya pemilihan kalus untuk diperbanyak dalam kultur suspensi sel. Teknik ini
dapat menghasilkan bahan metabolit sekunder dalam jaringan tanaman yang diperoleh
melalui kalus. Metabolit yang dihasilkan dari kalus sering kali kadarnya lebih tinggi
daripada metabolit yang diambil langsung dari tanamannya.
 
Bahan dan Metode
● Bahan: biji jeruk kasturi varietas kalamansi FR yang berasal dari Bengkulu,
medium Murashige dan Skoog (MS), hormon 2,4-Dikloropenoksi asetik (2,4-D), 6-
benzyl amino purin (BAP), alkohol 70 dan 96%, NaOH 0,1 N, HCl 0,1 N,agar Becto
Facto, Tween 20, Makro dan Mikro nutrisi, EDTA, Myoinositol, dan bahan-bahan
pendukung lainnya.

● Metode: Eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial faktor


pertama adalah 2,4-D dengan taraf perlakuan, yaitu 0; 0,5; 1; dan 2 mg/l. Faktor
kedua adalah BAP dengan taraf perlakuan, yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4 mg/l. Masing-
masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.Parameter yang diamati adalah
persentase tumbuh eksplan, saat muncul, lebar, dan tekstur kalus. Hasil
penelitian persentase tumbuh eksplan, dan lebar kalus dianalisis dengan ANOVA
dan uji lanjut DMRT pada taraf 5%, sedangkan saat muncul kalus dan tekstur
kalus dilakukan secara deskriptif.
Hasil dan Pembahasan
1. Waktu Muncul Kalus

Pemberian kombinasi hormon 2,4-D dan BAP memiliki


pengaruh terhadap waktu muncul kalus. Rerata muncul kalus
yang paling cepat adalah 3,33 HSK pada perlakuan D4B0,5 dan
D4B1 karena memiliki kombinasi antara hormon auksin dan
sitokinin yang terbaik. Ketika kombinasi konsentrasi zat
pengatur tumbuh yang ditambahkan dalam medium juga
semakin tinggi maka laju pertumbuhan kalus juga akan
semakin tinggi.
2. Persentase Jumlah Kalus
Persentase tumbuh eksplan dari hasil analisis varian
menunjukkan bahwa pemberian hormon 2,4-D dan BAP
berpengaruh nyata terhadap pembentukan dan pertumbuhan
kalus serta kandungan bahan metabolit sekunder. Persentase
tumbuh eksplan mencapai 100% pada hampir semua perlakuan,
yaitu D2B0-D4B2. Hal ini dapat terjadi karena eksplan yang digunakan
adalah jaringan muda yang memiliki sifat maristematik yang
memiliki hormon endogen yang aktif membelah dan kemudian
dikombinasikan dengan hormon eksogen dari kelompok auksin
(2,4-D) dan sitokinin (BAP) sehingga sel-sel melakukan proliferasi
membentuk struktur bakal organ berupa kumpulan sel-sel yang
akan mengalami diferensiasi.
3. Lebar Kalus

Kombinasi perlakuan dengan lebar


kalus tertinggi terdapat pada perlakuan
D4B2 dengan lebar kalus 0,97 cm karena
perbedaan konsentrasi hormon auksin
dan sitokinin yang diberikan. Semakin
tinggi kandungan hormon 2,4-D dan
tercukupinya jumlah sumber karbon
berupa sukrosa pada media akan
menyabkan semakin cepat terjadinya
proliferasi sel sehingga akan membentuk
kalus.
4. Tekstur Kalus
Kalus dengan tekstur remah dihasilkan pada perlakuan D 1B0, D1B0,5, D1B1, D1B2, D2B0,
D2B1, D2B2, dan D3B0 karena adanya hormon auksin endogen yang diproduksi secara
internal oleh eksplan yang telah tumbuh membentuk kalus tersebut. Tekstur kalus yang
remah (friable) mengalami pembelahan sel yang cepat daripada tekstur kalus yang
kompak. Pada perlakuan D2B1, D2B2, dan D3B0 menghasilkan tekstur kalus yang remah
berwarna putih kekuningan dan bersifat embriogenik yang sangat sesuai untuk dijadikan
kultur suspense sel untuk memproduksi bahan metabolit sekunder.
Perubahan warna kalus putih kehijauan disebabkan kalus mengandung klorofil akibat
interaksi 2,4-D dan BAP (sitokinin). Pertumbuhan kalus yang semakin menurun ditandai
dengan warna menjadi cokelat (browning) karena adanya metabolisme senyawa fenol
bersifat toksik yang menghambat pertumbuhan atau bahkan menyebabkan kematian
jaringan.
5. Kalus Embriogenik yang Terbaik
Kalus dapat digunakan sebagai bahan awal kultur suspensi adalah sel
kalus yang embriogenik mempunyai ciri-ciri tekstur kalus remah dan mudah
terurai, warna kalus putih kekuningan, tidak mudah terjadi, oksidasi zat fenolik,
dan sel-selnya mudah berkembang biak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan 2 mg/l 2,4-D dikombinasikan dengan BAP (1 & 2 mg/l)
10:00 AM
menghasilkan kalus remah dengan visual yang lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan yang
03:00 AM lain.

10:00 PM
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi 2,4-D


dan BAP berpengaruh nyata terhadap pembentukan (induksi) dan
pertumbuhan kalus pada kultur jaringan jeruk kasturi (Citrus microcarpa).
Perlakuan D2B1 (2 mg/l 2,4-D dan 1mg/l BAP) menghasilkan kalus
embriogenik yang sesuai untuk kultur suspense sel sehingga diharapkan
dapat menghasilkan bahan metabolit sekunder.
Analisis Jurnal
● Pertumbuhan Kalus dengan ZPT
Kalus merupakan materi esensial dalam kultur jaringan. Hormon atau zat
pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan untuk inisiasi kalus pada umumnya
adalah auksin dan sitokinin. Kalus terbentuk jika konsentrasi antara auksin
dan sitokinin berapa pada konsentrasi yang seimbang (Purwaningrum, 2013).

Menurut Saito dan Mizukami (2002) dalam Purwaningrum (2013), pada kultur
kalus terdapat beberapa faktor yang dibutuhkan terutama dalam
optimalisasi produksi metabolit sekunder, yaitu zat pengatur tumbuh (ZPT),
nutrisi medium (nitrogen, fosfat, sukrosa, ion Cu2+), elisitor, faktor fisika
(cahaya, temperatur, pH, aerasi, kepadatan sel), dan faktor biologi seperti
variasi sel serta kemampuan biosintesis.
• Ukuran ZPT untuk pertumbuhan kalus penghasil metabolit sekunder
Pemberian ZPT 2,4-D dan BAP memiliki pengaruh dalam mempercepat
pertumbuhan kalus seperti pada penelitian Faramayuda, dkk. (2016), yang
menyatakan bahwa Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) 2,4-D : BAP dengan
konsentrasi 0.5ppm : 0.5ppm dapat menghasilkan respon perkembangan
eksplan lebih cepat.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Fittriya dan Evika (2014), menyimpulkan
bahwa pemberian konsentrasi ZPT 2,4-D yang lebih rendah tanpa adanya
kombinasi dengan PEG 6000 menunjukkan hasil metabolit sekunder yang
rendah, tetapi seiring dengan pemberian peningkatan konsentrasi ZPT 2,4-D
yang dikombinasikan dengan PEG 6000 dapat meningkatkan kandungan
metabolit sekunder.
Hasil Penelitian Faramayuda, dkk. (2016)
●Pertumbuhan Kalus sebagai tanda adanya produksi metabolit sekunder
Beberapa metode kultur jaringan yang digunakan untuk menghasilkan metabolit
sekunder antara lain kultur rambut akar (hairy root), suspensi sel, dan kalus. Menurut
Wonganu (2007) dalam Purwaningrum (2013), kalus adalah suatu metode kultur
jaringan yang berpotensi tinggi dalam menyediakan metabolit sekunder.

Kultur kalus menunjukkan penampakan morfologi lebih mudah diamati, terutama


warna sehingga salah satu penggunaan kultur kalus adalah untuk menghasilkan
metabolit sekunder berupa pigmen (Stafford and Warren, 1991 dalam
Purwaningrum, 2013).
Daftar Pustaka
Faramudya, dkk. 2016. Optimasi Induksi Kalus Tanaman Cabe Jawa
(Piper Retrofractum Vahl) dengan Berbagai Variasi Zat Pengatur
Tumbuh. Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(2) : 21-25.

Laila, Fittriya Nur dan Savitri, Evika Sandi. 2014. Produksi Metabolit
Sekunder Steviosida Pada Kultur Kalus Stevia (Stevia Rebaudiana Bert.
M.) dengan Penambahan ZPT 2,4-D dan PEG (Polyethylene Glykol)
6000 pada Media MS (Murashige & Skoog). Jurnal El-Hayah, 4(2) : 57-65.

Purwaningrum, Yayuk. 2013. Kultur Kalus sebagai Penghasil Metabolit


Sekunder Berupa Pigmen. Jurnal Agriland, 2(2) : 117-127.
Thanks

Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai