Anda di halaman 1dari 28

PRESENTASI KASUS

SEORANG LAKI-LAKI 42 TAHUN DENGAN ERITRODERMA

Pembimbing :
Dr. Hiendaro Sp. KK

Pendamping :
Dr. Kemalasari

Oleh dr. Sanchia Janita Cisyantono


PENDAHULUAN
 Eritoderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red = merah) + derma,
dermatos skin = kulit
 Eritroderma, juga dikenal sebagai dermatitis eksfoliatif merupakan kelainan
pada kulit dengan gambaran dermatologis berupa eritema difusa dan skuama yang
meliputi lebih dari 90% area permukaan kulit
 Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan dari penyakit kulit yang telah ada
sebelumnya :
 psoriasis
 dermatitis atopik dan dermatosis spongiotik lainnya
 reaksi hipersensitivitas obat (antiepilepsi, antihipertensi, antibiotika, calcium
channel blocker, dan bahan topikal)
 penyakit sistemik termasuk keganasan
 idiopatik (20%)
LAPORAN KASUS

 Nama : Tn. S
 Umur : 42 Tahun
 Agama : Islam
 Alamat : Getas3/2 Kauman Lor Pabelan
 Pekerjaan : Swasta
 Pendidikan Terakhir: SMP
 Status : Menikah
 No RM : 164538-2019
 Tanggal Masuk RS : 10 Februari 2019
Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di IGD RSUD Ambarawa


pada tanggal 10 Februari 2019 pukul 20.20 WIB

Keluhan Utama
Timbul ruam merah seluruh tubuh seperti terbakar serta mengelupas
Kronologis :
Sejak kurang lebih 1 bulan SMRS pasien rutin mengalami keluhan yang serupa yaitu seluruh badan
terdapat bercak merah mengelupas, menebal dan gatal, .lalu beberapa hari setelah timbul keluhan pasien
berobat ke dokter dan diberikan obat cetrizine 2x1, antibiotik (pasien lupa namanya) dan sebuah salep racikan.
Setelah kurang lebih 5 hari pasca berobat keluhan pasien berkurang dan kulit tampak sudah sangat baik.
Menurut pasien, krim yang telah diberikan memberikan proses penyembuhan yang lebih cepat ,kuat, dan baik.
Krim tersebut terus menerus digunakan oleh pasien setiap harinya dalam jumlah yang banyak sampai akhirnya
kurang lebih 1 minggu sebelum masuk RS timbul kemerahan seluruh badan terlebih dahulu lalu 2 hari
sebelum masuk RSUD Ambarawa timbul bercak merah semakin parah disertai dengan kulit berkelupas.
Dua hari SMRS pasien mengeluhkan mulai muncul ruam kemerahan di seluruh badan serta mulai
mengepulas seperti terbakar. Kemudian datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan ruam merah
seluruh tubuh seperti terbakar dan mengelupas. Pasien juga mengeluhkan saat ini demam panas dingin
mulai timbulnya keluhan, lemas, penurunan nafsu makan. BAB dan BAK tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Penyakit yang sama :
diakui, sering kambuh, terakhir kambuh 1 bulan yang lalu dan sudah di obati, jika
timbul lesi awalnya hanya disatu tempat dan gatal lalu setelah itu menjadi seluruh badan
merah dan mengelupas. Pasien mengakui keluhan tersembut akan timbul bila pasien
sedang stress dan kelelahan.
 Riwayat tekanan darah tinggi : Disangkal
 Riwayat gula darah tinggi : Disangkal
 Riwayat penyakit jantung : Disangkal
 Riwayat penyakit asma : Disangkal
 Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
 Riwayat alergi : Disangkal
 Riwayat Rawat Inap : Disangkal
 Riwayat penyakit lain : Disangkal
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis (GCS E4M6V5)
 Status gizi : Kesan gizi (cukup)
 Vital sign :
 TD : 163/85 mmHg
 Nadi : 100 x/menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 370C
 SPO2 : 98 %
 VAS : 6 dari 10
 Mata :  Mulut :
 Mata cekung (-/-),
 Sianosis (-),
 konjungtiva pucat (-/-),
 gusi berdarah (-),
 skleraikterik (-/-),
 papil lidah atrofi (-),
 konjungtiva suffusion (-/-),
 luka pada sudut bibir (-),
 pupil isokor dengan diameter (3 mm/3 mm),
 oral thrush (-)
 reflek cahaya (+/+),
 edema palpebra (+/+),
 strabismus (-/-)
 Leher :
 JVP R+2 cm,
 Hidung :
 trakea ditengah,simetris,
 Nafas cuping (-),
 pembesaran kelenjar tiroid (-),
 deformitas (-),
 pembesaran kelenjar getah bening leherv(-),
 sekret (-),
 darah (-)
 leher kaku (-),
 distensi vena-vena leher (-)
 Telinga :
 Sekret (-),
 darah (-),
 nyeri tekan mastoid (-),
 nyeri tekan tragus (-)
 Pemeriksaan Thorax
Pemeriksaan Abdomen

 Inspeksi
Dinding perut sejajar dengan dinding dada, ascites (-), venektasi (-), striae (-),
sikatrik (-), caput medusae (-), ikterik (-), tampak kulit berskuama tebal dengan dasar
eritem generalisata
 Auskultasi
Bising usus (+) 11 x / menit, bruit hepar (-), bising epigastrium (-)
 Perkusi
Timpani (+), pekak alih (-), undulasi (-), area traube pekak (-)
 Palpasi
Distended (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muskuler (-), hepar dan lien
tidak teraba, hemoroid (-), nyeri ketok costovertebrae (-/-).
STATUS DERMATOVENEROLOGI (STDV)
 Lokasi : seluruh tubuh
 UKK : Tampak skuama tebal dengan dasar eritem generalisata,
Linekifikasi
Pemeriksaan Penunjang
Initial Plan
 Diagnosis Kerja :
Eritroderma et causa Psoriasis

 Differential Diagnosis :
psoriasis, drug eruption , dermatitis seboroik

Terapi :
 Rawat inap
 Monitoring keadaan umum serta tanda-tanda vital
 Infus RL 24 tpm
 Inj. Omeprazole 1 x 1 ampul
 Per oral cetrizine 1x1 tablet ( sore )
 Per oral Methilprednisolon 16 mg 2x1 tablet
 Per oral Cefadroxil 500 mg 3x1 tablet
 Hidrocortison 10
 Vaseline album ad 50
 Mf zalf da in pot No. 1
 Sue (pagi – sore)
 Edukasi :
 Memberikan penjelasan kondisi pasien serta obat-obatan yang diduga menjadi
penyebab.
 Mengedukasi pada pasien untuk mencegah konsumsi ulang obat penyebab serta
memberikan tanda alergi bagi pasien
 Istirahat yang cukup.
 Banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi
 Diet extra protein
 Jangan menggaruk lesi
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

 Eritoderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red = merah) + derma,
dermatos skin = kulit Eritroderma, juga dikenal sebagai dermatitis
eksfoliatif merupakan kelainan pada kulit dengan gambaran dermatologis
berupa eritema difusa dan skuama yang meliputi lebih dari 90% area
permukaan kulit
 Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan dari penyakit kulit yang telah ada
sebelumnya (psoriasis, dermatitis atopik dan dermatosis spongiotik lainnya),
reaksi hipersensitivitas obat (antiepilepsi, antihipertensi, antibiotika, calcium
channel blocker, dan bahan topikal), penyakit sistemik termasuk keganasan,
serta idiopatik (20%).
Epidemiologi

 Inseden eritroderma berdasarkan beberapa studi sangat bervariasi antara 0.9


– 71 tiap 10.000.
 Rasio kejadian penyakit eritroderma pada laki-laki lebih tinggi di bandingan
dengan perempuan yaitu 2:1 hingga 4:1.
 Eritroderma lebih banyak terjadi pada rentang usia 40-60 tahun lebih dari 50%
kasus eritroderma dilatarbelakangi oleh penyakit yang mendasarinya
Etiologi

 Penyakit yang mendasari eritroderma ini bisa berupa penyakit yang terbatas
pada kulit ataupun penyakit yang bersifat sistemik
 Dermatosis yang menyebabkan eritroderma merupakan penyakit yang
terbanyak mendasari timbulnya eritroderma yakni mencapai 52% dari kasus-
kasus eritroderma. 23% dari kasus-kasus eritroderma dicetuskan oleh
psoriasis, spongiotic dermatitis menyebabkan eritroderma sebesar 20%,
eritroderma akibat reaksi obat sebesar 15% dan akibat cutaneous T cell
lymphoma (CTCL) atau sezary syndrome sebesar 5%. Sekitar 20% dari kasus-
kasus eritroderma tidak dicetuskan oleh penyakit yang mendasarinya dan
diklasifikasikan sebagai eritroderma idiopatik
Patofisiologi

 Tergantung faktor penyebab


 Pada eritroderma terjadi peningkatan EPIDERMAL TURN OVER  terbentuk skuama
berlebihan
 Skuama tersebut mengandung protein, asam nukleat dan asam amino bebas
 Kehilangan skuama dapat menyebabkan kehilangan protein (hipopreteinemia) dan
oedem
 Eritema : pelebaran pembuluh darah  aliran darah ke kulit meningkat  kehilangan
panas bertambah :
 Akan terjadi kedinginan/mengigil
 Hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit
 Dehidrasi akibat penguapan cairan yang meningkat
 Pengaturan suhu terganggu
Gejala Klinis

 ONIKOLISIS

 Hiperkeratosis

 Skuama
 Eritem
Pengobatan
Manajemen awal
 1. pengawasan dan pengontrolan asupan cairan dan elektrolit
 2. Cegah dehidrasi
 3. Menghindari faktor pencetus eritroderma, harus dihentikan
 4. diet cukup protein
 5. hindari garukan
 6. menjaga kelembapan kulit
 7. mencegah infeksi sekunder  pemberian antibiotik lokal maupun sistemik
 8. mengurangi edema berat oleh karena hipoalbumin yang berat diberikan obat-obat
antidiuretik
 9. kortoko steroid sistemik
 10. imunosupresif
Diagnosis Banding

DERMATITITS ATOPI DERMATITIS SEBOROIK  m


 peradangan kulit yang
 peradangan kulit kronis ditandai dengan
kronis yang terjadi plak eritema yang
di lapisan epidermis sering terdapat pada
dan dermis, sering daerah tubuh yang
banyak mengandung
berhubungan dengan kelenjar sebasea
riwayat atopik pada seperti kulit kepala,
keluarga asma alis, lipatan nasolabial,
bronkial, rhinitis belakang telinga,
cuping hidung, ketiak,
alergi, konjungtivitis
dada, antara skapula
 gambaran klinisnya  disebabkan oleh faktor
terdapat lesi pra- kelelahan, stress
existing, pruritus emosional, infeksi,
atau defisiensi imun
yang parah,
likenifikasi dan
prurigo nodularis
Komplikasi

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit


2. Gangguan termoregulator
3. Infeksi
4. Sindrom gawat nafas karena proses dehidrasi yang tinggi
5. Syok hipovolemik
6. Sepsis

Anda mungkin juga menyukai