Anda di halaman 1dari 42

PERNIKAHAN ‫مرحبا‬

DAN ‫مرحبا‬
HARTA PENINGGALAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ANGGOTA
RENANDA AJRIL
NABILA SYAFIKUL
(2006306) 01 02 HAKIM
(2007357)

KELOMPOK 6
WAFA’FII ARIFIN
MANAAL 03 04 MUHARAM
(2007385) (2008398)
PEMBAHASAN

1 2 3 4
DEFINISI TUJUAN LANGKAH – AKAD DAN
PERNIKAHAN DAN HIKMAH LANGKAH WALIMATUL
MENIKAH MENUJU ‘URSY
PERNIKAHAN
PEMBAHASAN

5 6 7 8
HAK DAN DEFINISI HARTA PRINSIP KETETAPAN
TANGGUNG PENINGGALAN KEWARISAN ALLAH DALAM
JAWAB SUAMI DALAM ISLAM PEMBAGIAN
ISTRI WARISAN
01.
DEFINISI ‫اثنان‬
PERNIKAHAN
1. Kata pernikahan berasal dari bahasa arab, yakni an-nikah. Secara
bahasa, kata nikah memiliki dua makna. Pertama, nikah berarti jimak, atau
hubungan seksual. Selain itu, nikah juga bisa bermakna akad, yaitu ikatan
atau kesepakatan.

2. Nikah menurut bahasa artinya Akad dan Mengumpulkan.

3. Adapun pengertian nikah menurut islam adalah “Akad yang


memunculkan atau menyebabkan kebolehan hubungan khusus (hubungan
seksual) antara laki-laki dan perempuan”
Mazhab Hanafi: Nikah adalah akad yang berarti mendapatkan hak milik
untuk melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang tidak ada
halangan untuk dinikahi secara syari.

Mazhab Maliki: Nikah adalah sebuah akad yang menghalalkan hubungan


seksual dengan perempuan yang bukan mahram, bukan majusi, bukan
budak, dan ahli kitab, dengan sighah.

Mazhab Syafii: Nikah adalah akad yang mencakup pembolehan melakukan


hubungan seksual dengan lafaz nikah, tazwij atau lafaz yang maknanya
sepadan

Mazhab Hambali: Nikah adalah akad perkawinan atau akad yang diakui di
dalamnya lafaz nikah, tazwij dan lafaz yang punya makna sepadan.
02.
TUJUAN DAN ‫اثنان‬
HIKMAH
MENIKAH
TUJUAN MENIKAH
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia
menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (Qs. Ar Rum/ 30 :
21)

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap


apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan.” (Qs. Ali
‘Imran/3 : 14)
TUJUAN MENIKAH
1. Melaksanakan Sunnah Rasul
2. Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
3. Penyempurna Agama Dalam Islam
4. Menguatkan Ibadah sebagai Benteng Kokoh Akhlaq
Manusia
5. Memperoleh Ketenangan
6. Memperoleh Keturunan
7. Investasi di Akhirat
HIKMAH MENIKAH
1. Menguatkan Ibadah
2. Menjaga Kehormatan Diri
3. Mendapatkan keturunan
4. Menyalurkan
5. Membentuk peradaban
03.
LANGKAH- ‫اثنان‬
LANGKAH
MENUJU
PERNIKAHAN
PERSIAPAN MENUJU PERNIKAHAN
“Dari Abdullah bin mas’ud, ia berkata : Rasulullah bersabda kepada kami :
“hai kaum muda, apabila diantara kamu kuasa untuk kawin, hendaklah ia
kawin, sebab kawin itu lebih kuasa untuk menjaga mata dan kemaluan; dan
barang siapa tidak kuasa, hendaklah ia berpuasa, sebab puasa itu jadi
penjaga baginya”. (HR. bukhari dan muslim)
Istitha’ah (kuasa atau kemampuan) yang dimaksud pada hadis diatas
adalah adanya kesiapan untuk memasuki jenjang pernikahan. Kesiapan-
kesiapan tersebut antara lain:
1. Kesiapan fisik
Kesiapan mental
Kesiapan ekonomis
Kesiapan sosial
Kesiapan agama
MENENTUKAN PILIHAN PENDAMPING HIDUP

Kriteria Memilih Pasangan

Islam menggariskan beberapa tuntunan berkaitan memilih pasangan hidup, yaitu:

1. Memilih Calon Istri


Tuntunan rasulullah dalam memilih pasangan diungkapkan dalam hadis :
”Perempuan itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya, atau karena agamanya. Pilihlah berdeasarkan agamanya agar
engkau beruntung”. (HR.Bukhari dan Muslim)
MENENTUKAN PILIHAN PENDAMPING HIDUP

2. Memilih Calon Suami

Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam:

”Apabila ada seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan


akhlaknya datang meminang anak perempuanmu, maka
nikahkanlah dia. Apabila engkau tidak menikahkannya, niscaya
akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas”.
(Hadits Riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Langkah antisipasi Islam sebelum pernikahan

1. Islam memerintahkan masing-masing untuk memilih pasangan hidupnya


atas dasar agama dan akhlaknya.

2. Islam menganjurkan agar lelaki sekufu dengan wanita dari segi nasab,
kedudukan, kekayaan dan profesi.

3. Islam menganjurkan menikahi wanita yang subur (mampu menghasilkan


keturunan).

4. Islam memerintahkan agar peminang melihat terlebih dahulu wanita


pinangannya dan sebaliknya
04.
AKAD DAN ‫اثنان‬
WALIMATUL
'URSY
SYARAT DAN RUKUN NIKAH
1. Calon suami. Adapun syarat calon suami diantaraya adalah bukan
mahram dari calon istri, tidak terpaksa dalam menikah, sudah jelas
orangnya, mengerti nama, nasab, dan kehalalan calon istrinya, serta
laki-laki tulen (Ibrahim al-Baijuri, t.th:100).

2. Calon istri. Syarat calon istri diantaranya adalah bukan mahram dari
calon suami, calon istri harus jelas orangnya, calon istri tidak boleh
dalam ikatan perkawinan atau dalam masa iddah serta calon istri
haruslah perempua tulen (Ibrahim al-Baijuri, t.th:101).

3. Wali. Wali dalam perkawinan harus memenuhi syarat-syarat yaitu Islam,


baligh, berakal, merdeka, laki-laki dan adil (Ibrahim al-Baijuri, t.th:102-
103).
SYARAT DAN RUKUN NIKAH
4. Dua saksi. Perkawinan adalah akad yang sakral yang berisi perjanjian
yang kuat yang akan menimbulkan akibat hukum jangka panjang. Oleh
karena itu adanya saksi diperlukan agar akad yang dilakukan tidak
menimbulkan fitnah.

5. Sebagaimana wali, saksi juga harus memenuhi syarat-syarat yaitu Islam,


baligh, berakal, merdeka, laki-laki dan adil (Ibrahim al-Baijuri, t.th:102-
103).

6. Ijab qabul. Ijab adalah pernyataan penyerahan anak perempuan oleh


walinya kepada calon suaminya dalam bingkai perkawinan. Sedangkan
qabul adalah pernyataan “menerima” dari calon suami atas penyerahan
wali calon isteri kepadanya.
PRINSIP DAN ADAB WALIMATUL ‘RSY
Mengenai hukum mengadakan walimatul ursy ini ulama berbeda pendapat
ada yang mengatakan diwajibkan atas setiap orang yang melangsungkan
perkawinan untuk mengadakan walimahtul ursy. Tetapi jumhur ulama
mangatan hukum mengadakan walimatul ursy itu sunnah.

Adab-adab walimah
1. Tidak ada yang bersifat mungkar dan mengajak kepada kejelekan
2.Tidak adanya ikhtilat (campur baur) antara laki-laki dan perempuan
3. Disunahkan untuk mengundang orang miskin dan anak yatim
4. Tidak berlebih-lebihan
5. Undangan itu merata
6. Boleh mengadakan hiburan berupa nasyid dari rebana
7. Menghindari adanya unsur-unsur berpotensi membawa kepada
kesyirikan.
05.
HAK DAN ‫اثنان‬
TANGGUNG
JAWAB SUAMI
ISTRI
Suami bertanggung jawab sebagai pemimpin keluarga, Allah
berfirman: “Kaum laki-laki (suami) adalah prmimpin bagi kaum wanita
(perempuan)”(QS. An-Nisa: 34).
Sebagai pempimpin seorang suami harus bertanggung jawab terhadap
istrinya. Ia wajib memberikan nafkah, baik itu nafkah lahir seperti
makanan, minuman, sandang, pangan, dan perumahan, maupun nafkah
batin berupa pemenuhan kebutuhan biologisnya. Istri wajib taat tehadap
suaminya, dengan memberikan pelyanan dan juga menjaga harta yang telah
dihasilkan oleh sang suami.
Suami dan istri memiliki kewajiban untuk bekerja sama membina dan
memelihara kelanggengan rumah tangga serta bersama-sama mendidik
anak-anaknya. Kasih sayang terletak pada ranah perasaan, karena itu
untuk mengungkapkannya diperlukan komunikasi agar kasih sayang itu
dapat dirasakan oleh orang yang dikasihinya.
Manajemen konflik keluarga
Konflik antara suam istri sangat mungkin terjadi, karena itu suami maupun istri
harus memilikikemampuan untuk mengelola
Komunikasi, diantara suami-istri hendaknya didasarkan atas dorongan rasa kasih
sayang, dan cara yang di ajarkan oleh Islam

1. Saling menasihati;
2. Pindah tempat tidur;
3. Pelajaran yang lebih keras kepada pihak yang dianggap salah, baik suami ataupun
istri;
4.Meminta bantuan anggota keluarga yang lain sebagai penengah.
Perceraian sebagai solusi terakhir
Islam membolehkan perceraian jika tidak ada lagi cara yang bisa ditempuh untuk
meneruskan perkawinan. Dengan kata lain, perceraian bisa ditempuh apabila tujuan
perkawinan tidak bisa dicapai oleh pasangan tersebut, karena adanya sesuatu yang
menghalangi diantara keduanya.
Perceraian hendaknya menjadi jalan terbaik untuk memecahkan masalah
keluarga. Karena itu merupakan jalan terbaik bagi masing-masing pihak (suami
maupun istri).
Cerai atau talak adalah lepasnya ikatan pernikahan sehungga pasangan itu
haram untuk berhubungan badan. Talak pada dasarnya boleh dilakuakan tetapi Allah
membencinya sebagamana diungkapkan Nabi SAW dalam hadits berikut: “Dari Ibn
Umar, ia berkata; Rasulullah bersabda: sesuatu yang halal, tetapi dibenci Allah adalah
talak” (HR. Abu Daud, Ibn Majah).
06.
DEFINISI ‫اثنان‬
HARTA
PENINGGALAN
Menurut kalangan Fuqaha Hanafiah.
Harta peninggalan adalah harta benda yang ditinggalkan si mati yang tidak
mempunyai hubungan dengan orang lain (dengan pilih ketiga).

Menurut Ibnu Hazm (Ahli Hukum Islam).


Harta peninggalan yang harus dipusakakan itu ialah berupa harta benda
melulu, sedangkan yang berupa hak-hak tidak dapat dipusakakan,
kecuali kalau hak-hak tersebut mengikuti kepada bendanya, seperti
hak mendirikan bangunan atau menanam tumbuh-tumbuhan di atas
tanah.

Menurut Kompilasi Hukum Islam Indonesia.


Dalam Buku II hukum Kewarisan Bab I Ketentuan Umum Pasal 171 poin
d : harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik
yang berupa harta benda yang menjadi miliknya maupun hakhaknya.
07.
PRINSIP ‫اثنان‬
KEWARISAN
DALAM
ISLAM
Prinsip Ijbari. Prinsip ini diartikan bahwa pengalihan hak milik harta waris
berlaku secara otomatis tanpa didasarkan oleh kehendak serta keinginan
pewaris dan ahli waris.

Prinsip Bilateral. dengan prinsip ini, peralihan harta dalam hukum waris
islam bisa terjadi dari dua belah pihak dan dua arah garis keturunan
kerabat.

Prinsip Individual. Prinsip ini berarti bahwa harta yang sudah dialihkan
kepada ahli waris sesuai dengan ketentuannya sudah menjadi hak milik
perorangan.

Prinsip Keadilan Berimbang. Maksud dari prinsip ini adalah bahwa


kewarisan hukum islam didasarkan pada keadilan dan keseimbangan antara
yang diproleh dengan keperluan serta kegunaannya.
>Prinsip Semata Akibat Kematian
>Prinsip Ketulusan
>Prinsip Kehambaan (ta’abbudi)
>Prinsip Hak-Hak Kebendaan
>Prinsip Hak-Hak Dasar Sebagai Manusia
>Prinsip Membagi Habis Harta Warisan
08.
KETETAPAN ‫اثنان‬
ALLAH DALAM
PEMBAGIAN
WARISAN
suami

Venus has a beautiful name and is the second


planet from the Sun. It’s terribly hot—even hotter
than Mercury—and its atmosphere is extremely
poisonous. It’s the second-brightest natural object
in the night sky after the Moon
istri

Venus has a beautiful name and is the second


planet from the Sun. It’s terribly hot—even hotter
than Mercury—and its atmosphere is extremely
poisonous. It’s the second-brightest natural object
in the night sky after the Moon
Hukum bagian waris untuk anak
Apabila pewaris hanya mempunyai seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan, maka harta
peninggalannya dibagi untuk keduanya. laki-laki mendapat 2/3, sedangkan perempuan
mendapatkan 1/3 bagian.
Apabila jumlah anak lebih dari satu, terdiri dari anak laki-laki dan anak perempuan, dan selain itu
terdapat pula ahli waris yang lainnya yang sudah ditetapkan oleh al-Qur’an maka yang diberi
terlebih dahulu adalah mereka
Apabila pewaris hanya meninggalkan anak perempuan lebih dari seorang, maka mereka mendapatkan
2/3 bagian, yakni mereka bersekutu didalam yang 2/3 itu, yakni dibagi sama rata sesuai dengan
jumlah anak perempuan tersebut.
Apabila pewaris hanya meninggalkan anak perempuan saja, tampa adanya anak laki-laki, maka ia
mendapatkan seperdua (1/2) bagian dari harta peninggalan pewaris.
Apabila pewaris hanya meninggalkan anak laki-laki saja, maka anak tersebut mewarisi seluruh sisa
harta peninggalan yanga ada
Adapun bagian untuk keturunan dari anak laki-laki (cucu pewaris), maka jumlah mereka adalah sama
dengan anak, dengan syarat tidak ada pewaris yang masih hidup
Hukum bagian waris untuk orang tua
Ayah dan Ibu masing-masing mendapatkan 1/6 bagian apabila pewaris mempunyai keturunan.

Apabila pewaris tidak mempunyai keturunan, maka Ibunya mendapatkan bagian yang 1/3
bagian sedangkan sisanya yakni 2/3 menjadi bagian dari Ayah

Jika pewaris mempunyai beberapa saudara, baik saudara sekandung, seayah maupun seibu,
dengan jumlah saudara lebih dari satu orang (dua orang atau lebih), dimana pewaris tidak
meninggalkan keturunan, maka ibunya mendapat seperenam (1/6) bagian

Jika pewaris hanya mempunyai seorang saudara, baik saudara sekandung, seibu, atau seayah,
dimana pewaris tidak meninggalkan keturunan, maka ibunya mendapat sepertiga (1/3)
bagian, sedangkan ayah mendapatkan sisanya yaitu dua pertiga (2/3) bagian
Hukum bagian waris untuk anak saudara
seibu lain ayah

saudara laki-laki seibu atau satu orang saudara perempuan seibu, maka bagian yang
diperolehnya adalah seperenam (1/6) bagian.

dua orang atau lebih, baik laki-laki maupun perempuan, maka mereka mendapatkan
satu pertiga (1/3) bagian secara bersekutu.
Hukum bagian waris untuk anak saudara
sekandung
seorang saudara laki-laki sekandung atau seayah dan mempunyai seorang saudara perempuan
sekandung atau seayah, maka yang laki-laki mendapatkan 2/3 bagian, sedangkan 1/3
bagian lagi milik yang perempuan.

banyak saudara laki-laki sekandung atau seayah, dan banyak saudara perempuan sekandaung
atau seayah, maka ketentuannya adalah bagian waris untuk yang laki-laki adalah dua kali
bagian waris untuk yang perempuan

seorang saudara perempuan sekandung atau seayah, maka ia mendapatkan seperdua harta
peninggalan.

saudara perempuan sekandung atau seayah itu terdiri dari dua orang atau lebih, maka mereka
mendapatkan bagian yang dua pertiga bagian yang dibagi secara rata

seorang saudara laki-laki sekandung atau seayah, tampa ada saudara perempuan sekandung
atau seayah, maka seluruh harta peninggalannya menjadi bagian dari saudara laki-laki
sekandung atau seayah
kesimpulan

Pernikahan sangat dianjurkan Allah SWT, dalam beberapa ayat


disebutkan keutamaan menikah oleh karenanya pernikahan merupakan
ibadah, kecintaan kita pada istri atau suami dapat mendorong kita untuk
membimbingnya pada kebaikan yang menghadirkan kecintaan Allah
pada keluarga kita.
Harta peninggalan adalah segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang
yang meninggal dunia, yang mencakup seluruh harta atau tanggungan,
baik berupa harta benda, maupun hak-hak.
TERIMAKASIH
REFERENSI
● Aulia Muthiah, S. H. I. (2018). Hukum
Waris Islam: Cara Mudah dan Praktis
Memahami dan Menghitung
Warisan. Media Pressindo
● Megawati. (2016). Sistem
Pelaksanaan Pembagian Harta
Warisan Pada Masyarakat Islam Di
Desa Parappe, Kecamatan
Campalagian, Kabupaten Polewali
Mandar, Sulawesi Barat.
● Sagala, E. (2017). Ketentuan tentang
Harta Peninggalan (Tarikah) dalam
Hukum Islam. Jurnal Ilmiah Advokasi,
5(1).
● Tim Dosen PAI UPI. (2016).
Pendidikan Agama Islam. Bandung:
Departemen Pendidikan Umum
FPIPS UPI
REFERENSI
● [Online] http://eprints.umpo.ac.id/4508/2/BAB%20II.pdf
● [Online] http://eprints.unisnu.ac.id/1600/3/BAB%20II.pdf
● [Online] https://dalamislam.com (perceraian Menurut islam
dan dalilnya)
● [Online]
https://tirto.id/hukum-nikah-dalam-islam-dan-penjelasanny
a-sesuai-fikih-ekwo

● [Online]
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3873005/tujuan-
pernikahan-dalam-islam-kamu-yang-berniat-menikah-wajib
-tahu
● [Online]
https://www.wijatnikaika.id/2014/05/menikah-adalah-tuga
s-peradaban.html#:~:text=Rasulullah%20Saw%20bersabda
%3A%20%E2%80%9CBarangsiapa%20yang,Albani%20me
ntashihkan%20dalam%20As%20Sahihah

● [Online]
http://repository.uinsuska.ac.id/20446/8/8.%20BAB%20III
%20%281%29.pdf

Anda mungkin juga menyukai