Anda di halaman 1dari 45

AKUNTANSI

PERPAJAKAN ATAS
PERSEDIAAN
Disusun oleh :
KELOMPOK 2

1. Aditya Nugroho - 55520120041


2. Irwan - 55520120054
3. Veronica Sonia Kinanti - 55520120050
4. Victoria Sri Padmi Fitriasari 5520120060
PENGERTIAN PERSEDIAAN

Merupakan aktiva :
• Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (barang
dagang & dan produk jadi)
• Berada dalam proses produksi
• Bahan baku dan bahan pembantu
DEFINISI PERSEDIAAN
DALAM AKUNTANSI
(PSAK 14)

• Aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, baik
barang dagangan untuk usaha perdagangan maupun barang jadi untuk
manufaktur; berada dalam proses produksi (barang dalam proses
manufaktur dan pekerjaan dalam proses untuk kontraktor); dan dalam
bentuk bahan baku atau perlengkapan (bahan pembantu) untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
DEFINISI PERSEDIAAN
DALAM AKUNTANSI
(SAK ETAP BAB 11)

• SAK ETAP mendefinisikan persediaan sebagai suatu aset yang


digunakan untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, aset dalam proses
produksi untuk kemudian dijual, atau aset dalam bentuk bahan atau
perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian
jasa.
PERSEDIAAN DALAM
PERPAJAKAN
 Untuk tujuan PPN, pasal 1 bagian (e) UU PPN 1984
menyatakan penyerahan barang kena pajak ke
pedagang perantara dianggap transaksi penyerahan
penjualan. Barang konsinyasi tidak termasuk
persediaan consignee.
 Akuntansi persediaan berkaitan dengan sistem
pencatatan dan penilaian. Untuk tujuan perpajakan,
pasal 10 ayat (6) UU PPh menganut Metode FIFO &
Harga Pokok Rata-rata.
JENIS PERSEDIAAN
 Biaya Bahan Baku dan Bahan Pelengkap (harga beli + ongkos angkut + biaya
gudang + lain-lain yang berhubungan dengan penyimpanan)
 Barang dalam Pengolahan (barang yang msh dalam tahap penyelesaian, untuk
menyelesaikan produk tersebut, perusahaan masih memerlukan tambahan
pekerjaan sehingga membutuhkan Biaya Tenaga Kerja dan biaya tidak langsung
lainnya)
 Barang Jadi (produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dijual)
SISTEM PENCATATAN
PERSEDIAAN
 Dalam UU PPh No 36/2008, sistem pencatatan persediaan tidak diatur secara jelas.
Selama sistem dapat menunjukkan kebenaran pencatatan, konsisten, dan taat asas,
ketentuan perpajakan dapat menerimanya.
 Sistem Pencatatan Periodik
 Sistem Pencatatan Perpetual (UU PPh No.36/2008 menegaskan agar pencatatan
sedapat mungkin dilakukan dengan sistem perpetual
CONTOH PENCATATAN PERSEDIAAN
DALAM PERPAJAKAN
• Pada tanggal 4 April 2020, pada ABC membeli 100 unit barang dagang dengan
harga Rp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN) secara tunai. PD. ABC telah
dikukuhkan sebagai PKP sejak 31 Januari 2010. Pembukuan persediaan dilakukan
dengan sistem perpetual :
Tanggal Keterangan D K
4-April-’20 Persediaan Barang Dagang 5.000.000 ---
PPN Masukan 500.000 ---
Kas/Bank --- 5.500.000
Harga 1 unit barang adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp50.000
CONTOH PENCATATAN PERSEDIAAN
DALAM PERPAJAKAN
• Pada tanggal 30 April 2020, PD. ABC menjual 30 unit barang dagang secara
tunai dengan harga jual Rp70.000/unit (belum termasuk PPN)
Tanggal Keterangan D K
30-4-’20 Kas/Bank Rp 2.310.000 ---
PPN Keluaran --- Rp 210.000
Penjualan --- Rp2.100.000
HPP Rp1.500.000 ---
Persediaan Barang Dagang -- Rp1.500.000

Persediaan barang dagang yang tersisa dan tercatat dalam pembukuan


= Rp 50.000 x 70 = Rp 3.500.000
JIKA PD. ABC BELUM
DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP
• PD. ABC tidak dapat mengkreditkan PPN Masukannya sehingga PPN Masukan
dimasukkan sebagai harga perolehan barang dagang sehingga harga 1 unit
barang adagang adalah Rp5.500.000 : 100 unit = Rp55.000

Tanggal Keterangan D K
4-4-’20 Persediaan barang dagang 5.500.000 ---
Kas/Bank --- 5.500.000

30-4-’20 Kas/Bank 2.100.000 ---


Penjualan -- 2.100.000
HPP 1.650.000 ---
Persediaan barang dagang --- 1.650.000

Karena bukan PKP, maka PD. ABC tidak memungut PPN Keluaran
NILAI PERSEDIAAN DALAM
NERACA
• Penilaian persediaan barang didasarkan pada harga perolehan.
Penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan HPP hanya
boleh dilakukan melalui dua cara menurut ketentuan perpajakan
UU PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 10 ayat (6), yaitu:
• 1. Metode rata-rata (average) atau
• 2. Metode FIFO
• Pemilihan ke dua metode tersebut harus dilakukan secara taat asas,
artinya sekali WP memilih salah satu cara penilaian pemakaian
persediaan untuk perhitungan HPP, maka untuk selanjutnya harus
digunakan cara yang sama.
TEKNIK MENGHITUNG NILAI
PERSEDIAAN AKHIR
1. Metode laba bruto (gross profit method), metode ini biasa
digunakan apabila inventarisasi fisik tidak mungkin dilakukan
dan pencatatan perpetual tidak dilaksanakan
2. Metode harga eceran (retail method), metode ini sering
digunakan oleh pengecer, pasar swalayan dan toserba untuk
menaksir nilai persediaan guna penyusunan penyusunan laporan
perhitungan laba rugi. UU PPh No.36/2008 dalam menghitung
Penghasilan Kena Pajak harus berdasarkan data yang benar dan
bukan berdasarkan penaksiran.
PENGERTIAN
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009:52) adalah:
• Aset untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
• dalam proses produksi untuk kemudian dijual
• dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
• Jadi persedian merupakan aset yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan
usaha normal dalam perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur
yang membutuhkan proses produksi.
PENGELOMPOKAN
PERSEDIAAN
1. Perusahaan Dagang, persediaan disebut persediaan barang dagang yaitu
barang dagang yang dimiliki perusahaan dan sudah langsung dalam bentuk
siap untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan.
2. Perusahaan Manufaktur, awalnya persediaan belum siap untuk dijual
sehingga perlu diolah terlebih dahulu:
• Bahan Mentah
• Barang Setengah Jadi
• Barang Jadi
KEPEMILIKAN BARANG

Harus ditentukan di awal transaksi jual beli, yaitu


berdasarkan pada perjanjianatau syarat-syarat penjualan
yang disepakati.
MENURUT WILD DAN KWOK (2011:157-
158), BIAYA ANGKUT DIBAGI 2:

• FOB Destination

Biaya angkut dibayar oleh penjual dan kepemilikan barang


dagang akan berpindah pada saat barang telah sampai di
gudang pembeli.
• FOB Shipping Point

Biaya angkut dibayar oleh pembeli dan kepemilikan barang


dagang berpindah pada saat barang sampai di pelabuhan
atau barang sampai di perusahaan pengangkutan (carrier)
• Biaya angkut yang dibayar oleh pembeli akan menambah HPP yang dibeli
• Biaya angkut yang dibayar oleh penjual akan dicatat dalam “beban
operasional” pada Laporan Laba Rugi.
• Bila ada barang yang rusak/tidak sesuai pesanan jika pembeli
mengembalikan maka akan dicatat dalam akun retur pembelian (purchase
return) , sebaliknya penjual akan mencatat dalam akun retur penjualan
(sales return)
• Akun diskon pembelian (purchase discount) adalah untuk transaksi
pembelian yang dilakukan secara kredit dimana pembeli melakukan
pembayaran dalam jangka waktu tertentu sehingga pembeli mendapatkan
potongan harga sehingga penjual dapat dengan segera mengonversi piutang
usaha menjadi kas ataupun bank .
• Akun diskon penjualan (sales discount) dicatat apabila potongan
penjualan yang diberikan pihak penjual untuk pembayaran yang segera
dilakukan oleh pembeli, sebesar nilai jual yang tertera dalam faktur setelah
dikurangi retur.
Merupakan suatu kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali
piutang dari para pelanggan. Kebijakan ini diharapkan dapat
mendorong pelanggan untuk segera memenuhi kewajibannya. Contoh:

2/10 – n/90

Penjual akan memberikan potongan/diskon sebesar 2% bila


pembayaran dilakukan paling lama 10 hari setelah transaksi dilakukan,
dan transaksi ini akan jatuh tempo dalam jangka waktu 90 hari.
CONTOH 1
Perusahaan A melakukan pembelian barang secara kredit dengan harga barang
adalah Rp. 25juta.
Penjual memberikan syarat penjualan kredit

5/5 – n/15

Berapa tagihan yang harus dipenuhi perusahaan A apabila membayar pada hari ke
3??
Berapa tagihan yang harus dipenuhi perusahaan A apabila membayar pada hari ke
12??
JAWABAN 1

Harga = 25juta

Sebelum hari ke 5:
25.000.000 - (25.000.000 x 0.05)
25.000.000 – 1.250.000
23.750.000

Setelah hari ke 5:
25.000.000
JENIS PERSEDIAN:
Pengadaan Barang untuk usaha dagang dimaksudkan untuk dijual kembali,
sedangkan pengadaan untuk usaha manufaktur untuk diolah menjadi barang
jadi sebelum dijual. Jenis persedian usaha manufaktur sebagai berikut:
1. Bahan baku (raw material) dan bahan pelengkap
Biaya perolehan bahan baku (raw material) terdiri atas harga
pembelian, ongkos angkut, biaya gudang, dan biaya lain-lain yang
berhubunganungan dengan penyimpanan sampai bahan tersebut dipakai
dalam produksi. Bahan baku digolongkan : bahan baku langsung
(bahan-bahan yang dapat diidentifikasikan langsung dalam produk)
misal : bahan kayu untuk pembuat lemari. dan bahan pembantu
(bahan yang tidak dapat diidentifikasikan langsung dalam produk) misal:
kertas amplas, minyak pelumas
2. Barang dalam pengolahan
Adalah barang yang masih dalam tahap penyelesaian. untuk menyelesaikan
membutuhkan biaya tenaga dan biaya tidak langsung lainnya,
3. Barang jadi (finished good)
Adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dijual. Semua biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya tidak langsung telah selesai
dibebankan.
4. Barang dalam perjalanan (goods in transit)
Adalah barang yang dikirim atas dasar FOB Shipping Point yang masih berada
dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pembeli dan harus
diperhitungkan pada catatan pembeli.
5. Barang konsinyasi (consigned goods)
Adalah barang yang telah diserahkan kepada consignee tetapi merupakan
kepemilikan dari consignor dan dimasukan dalam persediaan consignor sebesar
harga beli atau biaya produksi .
PENGUKURAN PERSEDIAAN:
Dalam PSAK No. 14, biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian,
biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam
kondisi dan lokasi saat ini.
• Biaya pembelian
meliputi harga beli, bea import, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat
ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan,
biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
diartibusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang,
rabat, dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya
pembelian.
• Biaya konversi
Meliputi biaya yang secara lansung terkait dengan unit yang diproduksi
contoh biaya tenaga kerja langsung termasuk juga alokasi sistematis
overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan
menjadi barang jadi.
• Biaya-biaya lain
Hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang timbul, agar
persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN :
1. Sistem Periodik
Setaip pembelian dicatat dalam akun “pembelian” dan penjualan dicatat dalam
akun “penjualan”. perusahaan menentukan HPP hanya pada saat akhir periode
akuntansi dengan rumus:

Persedian Awal + Pembelian (neto) – Persedian Akhir = Harga Pokok


Penjualan

Persedian dihitung dengan melakukan perhitungan fisik pada setiap akhir


periode. dengan sistem ini perhitungan persediaan dapat dilakukan dengan akurat
dan benar.
Kelemahannya jika jumlah dan jenis persediannya banyak, cara ini sangat mahal.
Sistem ini tidak bertentangan dbg perpajakan karena berdasarkan perhitungan
yang benar.
2. Sistem Perpetual
Setiap pencatatan dilakukan secara terus menerus dimana setiap
pembelian dan penjualan barang dagangan dicatat dalam akun
“Persediaan”. perusahaan mencatat secara detail harga pokok dari setiap
persedian barang dagangan yang dijual dan dibeli.
PERBEDAAN SISTEM PERIODIK DAN PERPETUAL :

Tgl 2 Nop PT. ABC mencatat pembelian barang dagangan sebesar Rp


1.200.000 secara kredit dengan syarat 2/10, n/30.
PERIODIK PERPETUAL
Pembelian 1.200.000 Persedian 1.200.000

Utang Dagang 1.200.000 Utang Dagang 1.200.000

PERIODIK PERPETUAL

Pembelian 1.200.000 Utang Dagang 1.200.000


Dis. pembelian
PT. ABC mebayarpembelian 2 24.000
tgl 1.176.000 Persedian
Nop dalam periode 24.000
diskon Rp 1.176.000
Kas kas 1.176.000
( 98%X Rp 1.200.000)
PT. ABC mengembalikan barang dagangan yang dibeli tgl 2 Nop karena cacat.
Biaya dicatat sebesar perolehan (termasuk diskon) sebesar Rp 300.000 dan
mencatat pengembalian barang tgl 15 Nop.

PERIODIK PERPETUAL
Retur Pembelian 300.000 Utang Dagang 300.000
Pembelian 300.000 Persedian 300.000

PERIODIK PERPETUAL

Biaya Angkut 75.000 Persedian 75.000


Kas 75.000 Kas 75.000

PT. ABC membayar biaya angkut sebesar Rp 75.000 . Dalam sistem periodik,
biaya ini dicatat ke dalam akun biaya angkut.
pada sistem periodik, HPP tidak dicatat dalam setiap penjualan tetapi total
HPP dihitung pada akhir periode. pada tgl 3 Nop. PT. ABC mencatat
penjualan sebesar Rp 2.400.000 secara kredit dimana HPP sebesar Rp
1.600.000
PERIODIK PERPETUAL
Piutang 2.400.000 Piutang 2.400.000
Penjualan 2.400.000 Penjualan 2.400.000

HPP 1.600.000
Persedian 1.600.000

PERIODIK PERPETUAL

Retur Penjualan 800.000 Retur Penjualan 800.000


Piutang 800.000 Piutang 800.000
Persedian 600.000
HPP 600.000
Tgl 6 Nop, pelanggan mengembalikan barang yang dibeli dari PT. ABC pada
tgl 3 Nop dengan harga jual Rp 800.000 dan HPP Rp 600.000.
SISTEM PENILAIAN PERSEDIAN:
1. Berdasarkan harga Perolehan
a. Metode Identifikasi Khusus
metode ini berasumsi arus barang harus sama dengan arus biaya,
sehingga setiap kelompok barang diberi identifikasi dan dibuat
kartu. HP untuk setiap barang dapat diketahui, sehingga HPP terdiri
atas HP barang yang dijual dan sisanya sebagai persedian akhir .
Metode ini digunakan untuk perusahaan yang mempunyai persedian
relatif sedikit tetapi harga per unitnya besar. Karena itu HPP dan
HP Persedian menggunakan arus harga pokok sebenarnya (actual)
dari persedian.
b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In Firt Out – FIFO)
metode ini mendasarkan pada asumsi bahwa barang yang masuk
pertama akan dikeluarkan pertama.
c. Masuk Terakhir Keluar pertama (Last In First Out – LIFO )
Cara ini digunakan dengan mendasarkan pada asumsi bahwa arus pembebanan
ke Harga Pokok Penjualan berdasarkan pada harga pembelian terakhir.
d. Metode Rata-rata (Average)
dengan metode rata-rata pembebanan ke harga pokok untuk barang yang dijual
atau untuk persedian akhir menggunakan harga rata-rata. Metode rata-rata terdiri
atas:
- Rata – rata Sederhana (Simple Average), harga rata-rata dihitung dengan cara
menjumlahkan harga pokok per unit (tanpa mengalikan juml barang ) dibagi
dengan banyaknya harga.
- Rata – rata Bergerak (Moving Average)
seperti pada perhitungan rata-rata tertimbang,Pembebanan ke harga pokok
penjualan dilakukan setiap terjadi pembelian. Metode ini digunakan pada
perpetual.
Contoh rata-rata sederhana:
• 2 Jan Persedian awal 200 unit @ Rp 10.000 = Rp 2.000.000
• 10 Jan Pembelian 400 unit @ Rp 11.500 = Rp 4.600.000
• 18 Jan Pembelian 100 unit @ Rp 12.500 = Rp 1.250.000
• 24 Jan Pembelian 200 unit @ Rp 12.000 = Rp 2.400.000
• Persedian per 31 Januari diketahui sebesar 200 unit.

Rata-rata Persedian =
10.000 + 11.500 + 12.500 +12.000
4
= 46.000/4 = 11.500
Jadi nilai persedian per 31 januari = 200 X Rp 11.500 = Rp
2.300.000
Contoh rata-rata bergerak:

TGL URAIA PEMBELIAN PEMAKAINAN/HPP SALDO


N
unit Rp unit Rp Juml unit Rp Juml

2/1 Saldo 200 10.000 2.000.000

10/1 Beli 400 11.500 600 11.000 6.600.000

15/1 Pakai 300 11.000 3.300.000 300 11.000 3.300.000

18/1 Beli 100 12.500 400 11.375 4.550.000

24/1 Beli 200 12.000 600 11.583 6.950.000

30/1 Pakai 400 11.583 4.633.333 200 11.583 2.316.666


2. Berdasarkan Estimasi
Penetapan besarnya nilai persedian akhir dapat dilakukan dengan mendasarkan estimasi pada:
a. Metode laba Kotor
pada metode ini nilai persedian akhir dihitung mundur dan biasanya digunakan dalam
jeadaan khusus. Con : perusahaan dalam keadaan terbakar, sehingga sulit menetapkan
secara fisik nilai persedian akhir.
Contoh:
Data yang diperoleh dari buku perusahaan:
Total Penjualan Rp 20.000.000
Pembelian Rp 10.000.000
Pers.Awal BarangRp 16.000.000
Laba Kotor Penjualan 40 % dari harga jual
Besarnya Nilai Persedaian Akhir dihitung sebagai berikut:
Total Penjualan Rp 20.000.000
Laba Kotor (40% X 20 jt) Rp 8.000.000
HPP Rp 12.000.000
barang tersedia unk dijual: (Rp16.000.000+ Rp10.000.000) = Rp26.000.000
Jadi Taksiran Nilai Persedian Akhir Rp 14.000.000 ( Rp 26.000.000 – Rp 12.000.000 )
b. Metode Eceran (Ritel)
Penetapan nilai persedian akhir berdasarkan pada harga pasar (market value).
Contoh:

HARGA POKOK HARGA JUAL

Persedian Awal 30.000.000 50.000.000


Pembelian 390.000.000 550.000.000
Barang Tersedia Dijual 420.000.000 600.000.000
Persentase Harga Pokok terhadap Harga Jual (Cost to Retail Ratio) :
( 420.000.000 / 600.000.000 ) X 100% = 70 %

Taksiran Persedian Barang Akhir dapat dihitung sebagai berikut:


barang Tersedia Dijual Rp 600.000.000
Penjualan Rp 520.000.000
Pers. barang Akhir (Dsr Harg Jual) Rp 80.000.000
Taksiran Pers. barang Akhir : 70% X Rp 80.000.000 = Rp 56.000.000
Perhitungan Harga Pokok Penjualan:
Pers. Awal Rp 30.000.000
Pembelian Rp 390.000.000
barang Tewrsedia Dijual Rp 420.000.000
Pers. Akhir Rp 56.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 364.000.000
METODE PENILAIAN LAINNYA:
a. harga Terendah antara harga Perolehan dan Harga Pasar (Lower of cost or
Market whichever is Lower –LOCOM)
Jika persedian di gudang secara fisik mengalami kerusakan sehingga
manfaatnya tidak lagi sepadan dengan harga pokok atau akibat lainnya.
Seperti perubahan tingkat harga. Oleh krn itu pada umumnya persedian
dinyatakan sebesar harga Terendah antara harga Perolehan dan Harga Pasar
nya. Selisih penurunan tersebut diakui sebagai kerugian pada saat
terjadinya. Contoh:
Jenis Juml (unit) HP Per HP Pasar Total LOCOM
barang Unit Per Unit
HP H Pasar

1 A 500 10.000 9.000 5.000.000 4.500.000 4.500.000

2 B 400 15.000 20.000 6.000.000 8.000.000 6.000.000

3 C 200 8.000 9.000 1.600.000 1.800.000 1.600.000

4 D 300 12.000 7.000 3.600.000 2.100.000 2.100.000


16.200.000 16.400.000 14.200.000
b. Nilai Jual
terhadap produk yang harga jual dapat ditentukan secara pasti, tetapi harga
perolehannya sulit ditetapkan, maka nilai persedian ditetapkan sebesar
harga jual dikurangi taksiran biaya-biaya penjualan yang dapat terjadi.
Metode ini digunakan untuk menetapkan persedian produk pertanian atau
logam mulia.
PERPAJAKAN:
Dalam UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 10 ayat(6):
• sistem pencatatan yang diperkenankan adalah sistem
pencatan perpetual.
• Penilaian pemakaian persedian untuk perhitungan HPP
ada dua yaitu metode rata-rata (average) atau FIFO
(First In First out). Pemilihan metode ini harus taat azas,
artinya sekali WP memlilih salah satu cara penilaian
pemakaian persedian untuk perhitunga HPP, maka untuk
selanjutnya harus digunakan cara yang sama.
Contoh:

Tgl 3 Maret 2020 PT. ABC membeli 100 unit barang dagangan
dengan harga Rp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN ) secara
tunai. PT. ABC telah dikukuhkan sebagai PKP sejak 31 Januari
2020. Pembukuan atas persedian dilakukan secara perpetual.
Jurnal untuk transaksi tersebut:
Tanggal Keterangan Debet Kredit

03/03/20 Persedian barang dagangan 5.000.000


Pajak Masukan 500.000
Kas/Bank 5.500.000

Catatan:
Pajak Masukan : 10% X Rp 5.000.000 = Rp 500.000
Harga 1 unit barang dagangan adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp 500.000
pada tgl 31 Maret 2020, PT. ABC menjual 30 unit barang
dagangan secara tunai dengan harga jual per masing-masing unit
sebesar Rp 70.000 (belum termasuk PPN) .
Jurnal transaksi tersebut:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31/03/20 Kas/bank 2.310.000
Pajak Keluaran 210.000
Penjualan 2.100.000
Harga Pokok Penjualan 1.500.000
Persedian Barang dagangan 1.500.000
(30 unit X Rp 50.000)
Catatan:
Pajak Keluaran : 10 % X Rp 2.100.000 = Rp 210.000
Persedian barang dagangan yang tersisa dan tercatat dalam pembukuan PT. ABC per tanggal 31 Maret 2020
adalah : 70 unit X Rp 50.000 = Rp 3.500.000
Jika PT. ABC belum dikukuhkan sebagai PKP maka jurnal pada
saat pembelian barang dagangan sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Debit Kredit

03/03/20 Persedian barang dagangan 5.500.000


Kas/ Bank 5.500.000

PT. ABC tidak dapat mengkreditkan Pajak Masukannya sehingga


Pajak Masukan dimasukkan sebagai harga perolehan barang
dagangan. Jadi I unit barang dagangan adalah Rp 5.500.000 : 100
unit = Rp 55.000.
Jurnal transaksi penjualan:

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31/03/20 Kas/Bank 2.100.000
Penjualan 2.100.000

Harga Pokok Penjulan 1.650.000


Persedian barang dagangan 1.650.000
(30 unit X Rp 55.000)

Karena bukan PKP maka PT. ABC tidak memungut Pajak keluarn.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai