Anda di halaman 1dari 40

“Penyakit dalam Kehamilan”

(DM, Hipertiroid, SLE)


Penyaji :
1. Deny Febriwijaya (6120019018)
2. Yunita Ayu (6120019013)
3. Aina Zurohidah (6120019028)
4. Cici Dita Virliana (6120019046)
5. Atina Hasanah (6120019030)
6. Habil Yoga L. (6120019016)

Pembimbing :
Dr. M.D. Junaedi, Sp.OG

SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi


RSI Jemursari Surabaya Kepaniteraan Klinik
2020
DM PADA KEHAMILAN
Diabetes Pragestasional Diabetes Gestasional

 ibu hamil yang sudah diketahui mengidap Adanya intoleransi karbohidrat dengan
diabetes sebelum kehamilan derajat bervariasi yang terjadi atau
 Riwayat kadar gula tinggi dengan glukouri atau diketahui pertama kali pada saat
ketoasidosis kehamilan. Setelah ibu melahirkan,
 Kadar gula sewaktu ˃ 200 mg / dl dengan gejala keadaan DMG sering akan Kembali ke
trias (polidipsi, poliuri dan berat badan turun regulasi glukosa normal.
yang tidak bisa dijelaskan )

 Kadar gula puasa ˃ 125 mg/dl

 Tergantung Insulin

3
Faktor Resiko DMG
Risiko tinggi

Risiko rendah a. Usia > 30 tahun

b. Obesitas
a. Usia < 25 tahun
c. Polycystic ovary sindrome
b. Berat badan normal sebelum hamil
d. Kehamilan yang lalu ada intoleransi glucosa
c. Tidak ada histori keluarga/orang tua DM
e. Kehamilan yang lalu dengan bayi besar (> 4000g)
d. Tidak ada histori kelainan toleransi glukosa f. Riwayat kematian janin dalam rahim yang tidak diketahui

e. Tidak ada histori obstetri yang jelek sebabnya

g. Keluarga dengan DM tipe 2 (first-degree relatives)


f. Bukan dari kelompok etnis dengan prevalensi
h. Dari kelompok etnis dengan prevalensi tinggi untuk DM antara
tinggi untuk DM
lain : Hispanic, African, Native American & South East Asian.

4
SKRINING DAN DIAGNOSIS

 skrining universal (ACOG) yakni dilakukan untuk setiap ibu hamil dimulai sejak kunjungan
pertama (trimester 1) untuk menapis DM Pragestasi (DMpG), bila negatif diulangi pada
kehamilan 24-28 minggu untuk menapis DM Gestasi (DMG).

 Skrining dan diagnosis yang direkomendasikan adalah satu tahap (One Step Approach
menurut WHO) yakni dengan TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral), dengan memberikan
beban 75 gram glukosa anhidrus setelah berpuasa selama 8 – 14 jam.

 (+) apabila hasil glukosa puasa = 126 mg/dL dan 2 jam = 200 mgh/dL.

 Bila hasil negatip diulangi dengan cara pemeriksaan yang sama pada usia hamil 24-28
minggu.

5
PERAWATAN ANTENATAL pasien DMG

 dilaksanakan secara multi disiplin terdiri dari Bagian Kebidanan, Penyakit Dalam, Gizi, Neonatus dan Anesthesia.

 Perawatan antenatal, kunjungan setiap 2 minggu sampai dengan usia hamil 36 minggu kemudian 1 minggu sekali
sampai dengan aterm (bila kadar glukosa darah terkendali dengan baik).
 Target glukosa darah senormal mungkin dengan kadar glukosa puasa = 100 mg/dL dan 2 jam pp = 140 mg/dL yang
dicapai dengan diet, olahraga dan insulin.
 OAD tidak dianjurkan karena dapat menembus barier plasenta, dikhawatirkan efek teratogenik dan lebih merangsang
sel beta Langerhans pada janin.

6
PERAWATAN SELAMA PERSALINAN

 Untuk pasien yang kadar glukosa terkendali dengan diet saja diperbolehkan melahirkan sampai dengan aterm. Bila sampai
dengan 40 minggu belum terjadi persalinan maka mulai dilakukan pemantauan kesejahteraan janin 2 kali seminggu.

 Pasien dengan HDK dan pernah stillbirth sebelumnya harus dilakukan pemantauan kesejahteraan janin 2 kali seminggu
mulai usia hamil 32 minggu

 Perkiraan berat lahir secara klinis dan pemeriksaan USG dilakukan untuk mendeteksi adanya tanda-tanda makrosomia.
Untuk mengurangi kelainan janin akibat trauma kelahiran dianjurkan untuk mempertimbangkan SC efektif pada
EFW=4500 g.

 Pasien dengan DMG yang dalam terapi insulin disertai diet untuk mengendalikan kadar glukosa direncanakan program
pemantauan/evaluasi janin antennal\tal (anterpartum fetal surveillance) seperti pada DMpG.

 Perawatan insentive untuk mendeteksi dan mengatasi kejadian hipoglikemia, hipokalsemia dan hiperbilirubinemia pada
neonatus.

7
PERAWATAN PASCA PERSALINAN

 Evaluasi untuk mengantisipasi intoleransi karbohidrat yang menetap.


 -  Self monitoring untuk mengevaluasi profil glucose darah
 -  Pada 6 minggu pasca persalinan, dilakukan TTGO dengan loading 75 g glucose
 (lihat persyaratan diagnosis DMG) kemudian diukur kadar glucose darah (plasma)
 saat puasa dan 2 jam.

 -  Bila TTGO diatas menunjukkan kadar yang normal, evaluasi lagi setelah 3 tahun
 dengan kadar glucose puasa, olah raga teratur dan menurunkan berat badan pada
 yang obesitas.

 Kontrasepsi oral dosis rendah ( Low-dose oils) dikatakan tidak pernah dilaporkan
berpengaruh terhadap kejadian intoleransi karbohidrat.

 Reccurrence risk untuk DMG sekitar 60 %. 8


Kepustakaan
 PANDUAN PENETALAKSANAAN KEHAMILAN DENGAN DIABETES MILITUS

 Koordinator : Prof Dr. Dr. Agus Abadi, SpOG(K) Anggota : Tim Fetomaternal FK-UNAIR

9
HIPERTIROID DALAM
KEHAMILAN
 Hipertiroid adalah kondisi
klinik dan biokimiawi
yang menunjukkan meningkatnya kadar hormon
tiroid
 Hiperaktivitas kelenjar tiroid
 Ditemukan 0,1 -0,4% dalam kehamilan dan banyak
disebabkan oleh penyakit Grave (85%)
Perubahan fisiologis
Kehamilan akan peningkatan hormon tiroid
menyebabkan perubahan 40-100% untuk keperluan
struktur dan fungsi ibu dan janin
kelenjar t i r o i d ibu

Menyulitkan penegakan diagnosis


penyakit atau menentukan adanya
kelainan tiroid

Gejala seperti cemas, berkeringat , dispneu,


takikardi, murmur sistole pada jantung juga sering
ditemukan pada kehamilan normal
Hipertiroid yang tidak terdeteksi dan tidak diberi penanganan
maksimal → Meningkatkan risiko keguguran, solusio plasenta,
persalinan prematur

komplikasi pada ibu : aritmia jantung, gagal jantung kongestif

Badai tiroid → dalam kasus yang memburuk → morbiditas dan


mortalitas
Klasifikasi Hipertiroid

Primer: Sekunder:

 Karena permasalahan dari organ tiroid  Permasalahan pada kelenjar pituitary atau
sendiri ditandai dengan FT3 naik tetapi hypothalamus (misalnya: tumor sehingga
TSH turun (misalnya: goiter, autoimun sekresi tsh berlebih dan negative feedback
grave diseases, Transient hipertiroidisme) tidak berjalan)

14
Faktor pencetus
hipertiroid dalam
kehamilan
 Hipertiroid dalam kehamilan pada umumnya disebabkan oleh
penyakit autoimun Grave. Penyebab yang lainnya, adalah
struma multinodular, adenoma toksik, tiroiditis
 Grave’ disease → proses autoimun → antibody tiroid →
menempel dan mengaktivasi reseptor TSH →hiper fungsi
dari kelenjar tiroid
 Episode kekambuhan → riwayat hipertiroid
 Transien hipertiroidisme didiagnosis pada sekitar 3-5 % dari
kehamilan dan termasuk wanita dengan hiperemesis gravidarum ,
kehamilan kembar dan mola hidatidosa

 BHCG meningkat pada trimester pertama puncaknya pada


minggu 10-12 kehamilan

 TSH menurun
DIAGNOSIS
 Pada kasus yang jelas diagnosis
klinis kehamilan dengan hipertiroid
mudah ditegakkan

 Sebaliknya pada kasus yang ringan


secara klinis maupun
laboratorium sulit untuk membuat
diagnosis

 Diagnosis hipertiroidisme harus


selalu dikonfirmasi oleh pengukuran
FT 4 dan TSH

 TSH < 2.5 mIU/L (trimester


pertama) setelah < 3.0 mIU/L

 Hipertiroidisme , TSH< 0,1 mIU/L


PRINSIP PENATALAKSANAAN
Implementasi bertujuan memberikan perawatan
terbaik untuk ibu hamil dan mencegah efek
buruk pada ibu , janin dan neonatus

1. Observasi

2.Obat anti tiroid

3.β Blocker

4.Operatif
( Tiroidektomi)
KONSEKUENS PENGGUNAAN
OBAT ANTI TIROID

EFEK SAMPING OAT

EFEK TERATOGENIK OAT

RESIKO HIPOTIROID BAYI


Pertimbangan pemberian
Beta- blocker dalamkehamilan

Peran obat beta blocker dalam mengontrol gejala


hipermatabolik pada kehamilan harus dibatasi.
Penggunaan hanya dapat digunakan selama beberapa
minggu karena penggunaannya secara terus menerus
dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan intra
uterine.
Penggunaan beta blocker yang berkepanjangan pada
kehamilan juga dikaitkan dengan perkembangan apnea
janin dan bradikardia.
Konsekuensi pemberian OAT pada janin

 Dosis tinggi OAT dapat menyebabkan hipotoroid


 Karbimasol → scalp defect ( aplasia kutis)
 Dosis PTU dibawah 150 mg/hari dan karbimasol 15 mg/hari umumnya
tidak menyebabkan masalah pada fetus
KRISIS TIROID DAN
PELAKSANAANNYA
Kejadian akut atau eksaserbasi akut dari hipertiroid
SKOR: Burch & Wartofsky

24
Rekomendasi:
1 TSH adalah tes skrining lini pertama untuk menilai
status tiroid pada kehamilan.
2. TSH dan FT4 harus diukur untuk mendiagnosis
penyakit tiroid pada kehamilan.
3. Wanita hamil dengan hipertiroidisme yang jelas
harus ditangani dengan thioamide untuk
meminimalkan hasil yang merugikan risiko.
4. FT4 harus dipantau pada wanita hamil dengan
hipertiroidisme dan thioamide dosis disesuaikan.
 Mempertahankan euthyroidism pada pasien sangat penting.
 Beberapa studi telah menunjukkan bahwa penatalaksanaan
maksimal pasien hipertiroid dalam kehamilan akan
meningkatkan berdampak baik pada ibu dan bayi.
SLE PADA KEHAMILAN
DEFINISI
 Sistemik lupus eritematosus (SLE) adalah penyakit
autoimun, multisistem, yang melibatkan mekanisme
patogenetik kompleks.

 Usia reproduksi antara 15-40 tahun dengan rasio wanita


dan laki laki 5 : 1

 Dari berbagai laporan kejadian LES ini tertinggi didapatkan


di negara Cina dan Asia Tenggara

 Di Indonesia, RS Dr Soetomo Surabaya melaporkan 166


penderita dalam 1 tahun (Mei 2003 - April 2004). Dari 2000
kehamilan dilaporkan sebanyak 1-2 kasus LES.

29
Kriteria Diagnosis SLE
American College
of Rheumatology (ACR):

4 kriteria dari 11 kriteria sudah


dapat ditegakkan diagnosa SLE

30
Malar Rash Diskoid Rash

Oral Ulcer Atritis

31
6. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gillstrapp III LC, Hanth JC, Wenstrom KD. Connective tissue disorders. William Obstetrics. 22 nd ed. New
York: Mc Graw Hill; 2005.p.1211-4. 32
Antenatal Care
Kunjungan 1: pemeriksaan lengkap
(DL, elektrolit, fungsi liver, fungsi ginjal,
urinalisis, antibodi anti DNA, anti bodi anti
kardiolipin, antikoagulan Lupus, C3, C4 dan
Anti SSA/R0 dan AntiSSB/La)

Pem. Lab. diulang tiap trimester,


apabila antti SSA/Ro dan Anti SSB/La positif
maka dilakukan pemeriksaan ekokardiograpi
janin pada usia kehamilan 24-26 minggu untuk
mendeteksi adanya blok janin kongenital

Ditemukan adanya blok jantung janin


kongenital maka diberikan dexametason 4
mg per-oral/hari selama 6 minggu/sampai
gejala menghilang kemudian dosis
diturunkan sampai lahir.

33
2 hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan LES dengan kehamilan yaitu:

1. Kehamilan dapat mempengaruhi perjalanan penyakit LES

2. Plasenta dan fetus dapat menjadi target dari otoantibodi maternal sehingga dapat berakhir
dengan kegagalan kehamilan dan terjadinya lupus eritemtousus neonatal

34
TATALAKSANA KEHAMILAN DENGAN LES

 Pemberian kostikosteroid memiliki peran yang sangat penting pada kehamilan dengan LES

 Pemakaian kortikosteroid jangka panjang seperti prednison, prednisolon, hidrokortison


pada kehamilan umumnya aman, oleh karena glukokortikoid itu segera akan mengalami
inaktifasi oleh ensim 11-beta-hidroksidehidrogenase menjadi metabolik 11-keto yang inaktif,
sehingga hanya 10% dari dosis yang dipakai dapat memasuki janin.

 Pada manifestasi klinis LES yang ringan umumnya diberikan prednison oral dalam dosis
rendah 0,5 mg/kgBB/hari sedangkan pada manifestasi klinis yang berat diberikan prednison
dosis 1 mg- 1,5 mg/kgBB/hari.

35
 Pemberian imunosupresan diberikan pada penderita yang tidak respon terhadap terapi
glukokortikoid selama 4 minggu.

 Siklofosfamid diberikan bolus intravena 0,5 gr/m2 dalam 150 cc NaCL 0,9% selama 60 menit
diikuti dengan pemberian cairan 2-3 liter/24 jam.

36
Indikasi pemberian siklofosfamid

1. Penderita LES yang membutuhkan steroid dosis tinggi

2. Penderita LES yang dikontraindikasikan terhadap steroid dosis tinggi

3. Penderita LES yang kambuh setelah terapi steroid jangka panjang/berulang

4. Glomerulonefritis difus awal

5. LES dengan trombositopenia yang resisten terhadap steroid

6. Penurunan laju filtrasi glomerulus atau peningkatan kreatinin tanpa disertai dengan faktor
ekstra renal lainnya

7. LES dengan manifestasi susunan saraf pusat

37
Pemilihan kontrasepsi yang efektif dan aman

Kontrasepsi oral yang hanya mengandung progesteron dan depot progesteron merupakan
alternatif yang lebih aman untuk penderita LES pasca persalinan.

38
 Hampir semua obat untuk penderita LES diekskresikan bersama air susu dalam jumlah yang
bervariasi antara 0,1%-2% dosis obat, kecuali Imunosupresan yang dikontraindikasikan
untuk ibu menyusui.

39
40

Anda mungkin juga menyukai