Anda di halaman 1dari 22

MASALAH PERSALINAN NON KESEHATAN DAN

PERILAKU SOSBUD YANG BERPENGARUH


PELAYANAN KESEHATAN KOMUNITAS

Oleh :

Cintana Nur Aprilia Utami

Windy Fahmuzi Tiani


DEFINISI PERSALINAN

Persalinan adalah serangkaian kejadian pada ibu hamil selama


proses pengeluaran hasil konsepsi melalui jalan lahir yang telah cukup
bulan diikuti dengan pengeluaran plasenta dan selaput ketuban dari
uterus ibu (Depkes, 2008).
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis
seringkali dilakukan oleh seseorang yang disebut sebagai dukun
beranak,dukun bersalin atau peraji.
Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan
masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun
temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya sudah
berumur ± 40 tahun ke atas (Prawirohardjo, 2005).
Kementerian kesehatan telah mewajibkan bahwa persalinan
harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Hal ini
merupakan upaya untuk mencapai target Suistainable
Development Goals (SDG’s) yang salah satunya bertujuan untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) secara global.

Dalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat, AKI pada tahun


2016 mencapai 799 ibu meninggal dan AKB di jawa barat sebesar
3.702 bayi meninggal. Penyebab terbanyak kematian ibu
dikarenakan terjadi pendarahan saat persalinan.
Dukun paraji memiliki keterbatasan pengetahuan tentang tanda bahaya
persalinan, kurang keterampilan, kurang alat dan obat sehingga tidak cepat
dalam mendeteksi kasus komplikasi persalinan yang seharusnya ditangani
dengan cepat dan tepat sehingga terjadi 3T (keterlambatan) yaitu terlambat
dalam mengenali tanda bahaya, terlambat merujuk dan terlambat mendapatkan
pertolongan dengan segera (Purwoastuti dan Walyuni, 2015).
FAKTOR YANG TIDAK TERDITEKSI

4T(Terlalu) yaitu :
 Terlalu muda (<20 tahun),
 Terlalu tua (>35 tahun),
 terlalu banyak (jumlah anak >4), dan
 Terlalu dekat (jarak persalinan dan kehamilan terakhir < 2 tahun).
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali
dilakukan oleh seseorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun
bersalin atau peraji. Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan
kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang
sudah turun temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya
sudah berumur ± 40 tahun ke atas (Prawirohardjo, 2005).
Faktor-faktor Penyebab Mengapa Masyarakat Lebih Memilih Penolong persalinan oleh dukun
atau tenaga non-medis

a. Kemiskinan
b. Masih langkanya tenaga medis di daerah-daerah pedalaman
c. Kultur budaya masyarakat
Masalah Yang Dapat Ditimbulkan Apabila Persalinan Ditolong Oleh
Non- medis

1. Kepala bayi sudah lahir tetapi badannya masih belum bisa keluar
atau partus macet, itu disebabkan karena cara memijat dukun bayi
tersebut kurang profesional dan hanya berdasarkan kepada
pengalaman.
2. Tindakan memijat dan ekpressi (mendorong) yang menyebabkan
Robekan
3. indakan mengurut pada kala uri yang menyebabkan perdarahan
pasca persalinan
4.Perawatan talipusat kurang bersih yang beresiko tetanus neonatorum
PERILAKU SOSIAL BUDAYA YANG
BERPENGARUH PADA KEBIDANAN
KOMUNITAS
Teori budaya dan Kebudayaan

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya


bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.
Aspek social budaya ini mencakup pada setiap trimester
kehamilan dan persalinan yang mana pada zaman dahulu
banyak mitos dan budaya dalam menanggapi hal ini.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu
factor perantara pada derajat kesehatan.
Perilaku yang dimaksud adalah meliputi semua
perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,
angka kesakitan dan angka kematian.
Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan
di komunitas diantaranya

1. Health Believe
Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun-temurun dalam
pemberian makanan bayi. Contohnya di daerah Situbondo ada tradisi
pemberian madu dan kelapa muda pada BBL.
2. Life Style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya
pernikahan dini.
3. Health Seeking Behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila
seseorang sakit tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup
dengan membeli obat di warung atau mendatangi dukun, melahirkan ke
dukun.
Beberapa perilaku dan aspek social budaya
yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di
komunitas diantaranya
keHamilan

1. Tidak boleh duduk di depan pintu, dikhawatirkan akan susah melahirkan.


2. Siraman 7 bulanan.
3. Pantangan keluar waktu maghrib dikhawatirkan kalau diganggu mahluk
halus atau roh jahat.
4. Larangan suami menggunakan surban, khawatir terjadi lilitan tali pusat.
5. Pantangan memakan cumi-cumi dan udang bagi ibu hamil, khawatir
bayinya lahir berkulit hitam dan saat persalinan janin maju mundur.
6. Larangan suami menyakiti dan membunuh hewan, khawatir bayi yang
dilahirkan cacat
Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama
kehamilan :

1. KIE tentang keEsaan Tuhan dan segala sesuatu sudah diatur Tuhan YME
2. KIE tentang kehamilan yang sehat dan ANC teratur, mengkonsumsi makanan
bergizi, membatasi aktivitas fisik
3. Pendekatan dengan tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi negative yang 4.
dapat berpengaruh buruk terhadap kehamilan.
Persalinan

1. Melahirkan di lantai.
2. Minum minyak kelapa memudahkan
persalinan.
3. Minum madu dan telur dapat menambah
tenaga untuk persalinan.
4. Minum air rendaman akar rumput fatimah
dapat memperlancar persalinan, dll.
Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan :

1. Bekerjasama dengan dukun setempat


2. KIE tentang tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan
3. KIE tentang hygiene personal dan hygiene persalinan
4. Nifas dan bayi baru lahir, perilaku social budaya di masyarakat selama nifas dan bayi baru
lahir :
1. Pantang makan makanan yang amis à ikan, telur, daging
2. Pantang makan makanan yang pedas dan asin
3. Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari setelah melahirkan
4. Minum jamu dapat melancarkan produksi ASI
5. Menaruh ramuan pada tali pusat
6. Upacara adat : brokohan, sepasaran, selapanan.
Nifas dan Bayi Baru Lahir

1. Pantang makan makanan yang amis ikan, telur, daging.


2. Pantangan ibu nifas makan ikan, khawatir jika makan
ikan darah yang keluar berbau amis.
3. Ibu nifas diet mutih (nasi dan garam/ krupuk)
3. Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari setelah
melahirkan karena bisa sawan.
4. Menaruh ramuan pada tali pusat, dll.
Peran bidan di komunitas terhadap perilaku masa nifas dan
bayi baru lahir :

1. KIE tentang perilaku positif dan negative


2. KIE tentang masa nifas
3. KIE tentang perawatan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Retna Ambarwati, Eny. 2011. ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Social Dasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Erdila, Mita. 2013. Budaya Kehamilan dan Persalinan. (


http://mitaerdila.wordpress.com/2013/01/06/budaya-kehamilan-dan-persalinan/)

Ola. V, Meninda. 2013. SOSIAL BUDAYA PADA KEHAMILAN.  (


http://nindakittgz.blogspot.com/2013/01/aspek-sosial-budaya-pada-kehamilan.html)

Zahro. 2012. Perilaku Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelayanan Kebidanan.  (


http://mynameiszahro.blogspot.com/2012/06/perilaku-dan-social-budaya-yang.html)
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai