Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nama Kelompok 7 :
1. Anggy Dyayu N.W (1130016025)
2. Wahyudi Hidayatulloh (1130016118)
D Tumor Willms, atau nefroblasma, adalah suatu tumor ganas pada ginjal yang biasanya dijumpai
pada anak kecil. Tumor willms ialah tumor ganas anak pertama yang mencapai angka
E kesembuhan bermakna, terutama melalui suatu pendekatan multispesialitik dan bentuk studi
I
N Tumor wilms adalah tumor padat intraabdomen yang paling sering dijumpai pada anak. Tumor
I ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal, biasanya muncul sebagai massa asimtomatik di
abdomen atas atau pinggang. Tumor sering ditemukan saat orang tua memandikan atau
mengenakan baju anaknya atau saat dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap anak yang
S tampak sehat (Basuki,2011).
I
Epidemiologi Tumor Wilms
Insidensi Wilms Tumor adalah 0,8 kasus per 100.000 orang. Terdapat 500 kasus baru tiap tahun di Amerika Serikat
dan sebanyak 6% dari melibatkan kedua ginjal. Resiko acak untuk terkena Wilms Tumor adalah 1 diantara 100.000
kelahiran. Wilms Tumor terutama terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Insidensi tertinggi terjadi antara usia 1-3
tahun. Diperkirakan Tumor ini terjadi pada 7 diantara sejuta anak di Amerika Serikat dan lebih banyak mengenai ras
Afro-Amerika. Ratio penderita perempuan dan laki-laki hampir seimbang. Di Indonesia, di RSUD Dr. Soetomo,
jumlah pasien Tumor Wilms yang didiagnosis dari tahun 1989 sampai dengan 2003 sebanyak 70 kasus.
Etiologi Tumor Wilms
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor willms berasal dari proliferasi patologik blastema
metanefron akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan tubuli dan glomeruli yang
berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-34 minggu.
Sehingga diperkirakan bahwa kemampuan blastema primitif untuk merintis jalan ke arah pembentukan Tumor willms, apakah sebagai
mutasi germinal atau somatik, itu terjadi pada usia kehamilan 8-34 minggu.
Meskipun etiologi Tumor Willms yang pasti masih tidak jelas, suatu predisposisi genetik pada banyak pasien dikesankan oleh
perkembangannya pada usia muda, hubungan dengan lesi parenkim ginjal lain dan abnormalitas kongenital, dan penyakit bilateral dan
familial yang kadang-kadang terjadi Tumor Willms dianggap sebagai suatu neoplasma embrional yang tampaknya berkembang bila
jaringan blastemal metanefrik ggal mencapai maturitas (Apriany Dina, 2016).
Anatomi Ginjal
Komponen klasik dari Tumor Wilms terdiri dari tiga komponen yang tampak pada diferensiasi ginjal normal:
blastema, tubulus dan stroma. Terdapat gambaran yang heterogen dari proporsi komponen tersebut dan juga adanya
diferensiasi yang aberan, seperti jaringan lemak, otot lurik, kartilago, dan tulang. Adanya gambaran komponen yang
monofasik juga ditemukan. Tumor ginjal lain yang ditemukan pada anak berupa mesoblastik nefroma, clear cell
sarkoma, dan renal rhabdoid tumor dapat membingungkan.
Gambaran anaplasia merupakan indikator penting dalam prognosis Tumor Wilms. Gambaran anaplastik ditandai
oleh pembesaran inti sel 2-3 kali lipat, hiperkromatisasi, dan gambaran mitosis yang abnormal (Apriany Dina,
2016).
Pathway / WOC Tumor Wilms
Pemeriksaan Diagnostik Tumor
Wilms
4. Nafsu makan baik. 9) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori
dan tipe nutrisi yang dibutuhkan (TKTP).
No Diagnosa Tujuan dan Criteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
4. Kecemasan (orang
Kriteria Hasil : 1) Jelaskan semua prosedur dan dengarkan keluhan
tua) berhubungan
dengan kurang 1. Klien dan keluarga mampu klien.
pengetahuan.
mengidentifikasi dan 2) Pahami harapan pasien dalam situasi stres.
mengungkapkan gejala cemas. 3) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
2. Mengidentifikasi, mengurangi takut.
mengungkapkan, dan
4) Anjurkan keluarga untuk menemani anak dalam
menunjukkan teknik untuk
pelaksanaan tindakan keperawatan.
mengontrol cemas.
3. Tanda vital dalam batas
normal.
Pembahasan Jurnal
Jurnal Indonesia 1
“Pengaruh Terapi Bermain terhadap Kecemasan Anak yang Menjalani Kemoterapi di Ruang Pudak RSUP Sanglah
Denpasar”
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre-experimental dengan rancangan penelitian one group pre-test and post-test
design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan anak yang menjalani kemoterapi.
Pretest dilakukan sebelum diberikan intervensi berupa terapi bermain, kemudian setelah diberikan terapi bermain dilakukan
posttest sebagai test akhir untuk melihat perubahan kecemasan responden dalam menjalani kemoterapi (Ningsih, dkk.
2013).
Hasil identifikasi kecemasan sebelum diberikan terapi bermain rata-rata 11,40 sedangkan setelah diberikan terapi bermain
mengalami penurunan dan nilai kecemasan rata-rata menjadi 10,35. Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji t-
berpasangan dapat diketahui bahwa pada tingkat kemaknaan 5% (α = 0,05) didapat nilai p = 0,000 sehingga p < α yang
berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara terapi bermain terhadap kecemasan anak yang menjalani kemoterapi di
Ruang Pudak RSUP Sanglah Denpasar (Ningsih, dkk. 2013).
Jurnal Indonesia 2
“Terapi Bermain Puzzle terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun) yang Menjalani
Kemoterapi di Ruang Hematologi Onkologi Anak”
Kecemasan merupakan salah satu gangguan psikis yang dapat terjadi pada anak yang menjalani kemoterapi. Puzzle adalah
salah satu bentuk permainan yang diduga mampu menurunkan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah. Tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi menggunakan permainan puzzle terhadap penurunan tingkat kecemasan
pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani kemoterapi di ruang Hematologi Onkologi Anak RSUD Ulin
Banjarmasin. Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimental dengan One Group pre-post test design. Pengambilan
sampel menggunakan teknik consecutive sampling dengan jumlah 14 responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner
kecemasan anak usia prasekolah yang di uji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menggunakan wilcoxon sign rank test
didapatkan p-value 0,005 menunjukkan bahwa terapi bermain puzzle memberikan pengaruh terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada anak usia prasekolah yang menjalani kemoterapi di ruang Hematologi Onkologi Anak RSUD Ulin
Banjarmasin. Terapi bermain menggunakan puzzle dapat disarankan sebagai salah satu terapi bermain untuk menurunkan
tingkat kecemasan (Winda, dkk. 2017).
Jurnal Indonesia 3
“Menurunkan Kecemasan Anak Usia Sekolah selama Hospitalisasi dengan Terapi Bermain All Tangled Up”
Salah satu terapi yang digunakan untuk menurunkan kecemasan pada anak usia sekolah selama hospitalisasi adalah dengan
melakukan terapi bermain all tangled up. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan
anak usia sekolah selama hospitalisasi di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Desain penelitian
quasi experimental pre-post test with control group. Sampel berjumlah 68 orang yang meliputi 34 orang kelompok intervensi
dan 34 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan penurunan skor tingkat kecemasan pada anak usia sekolah
lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol (p value<0.05). Terapi bermain all tangled up
direkomendasikan diterapkan sebagai terapi keperawatan merawat klien anak usia sekolah yang mengalami kecemasan
selama hospitalisasi (Sysnawati, 2016).
TERIMAKASIH , SEMOGA
BERMANFAAT !