Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK 1

I N D A H P E R M ATA S A R I 1 8 1 4 1 9 0 0 11

A D I N D A M A H A R A N I S A L S A B I L A 1814190017

A M A L I N A H A N U N 1814190028

A H M A D N A U FA L A Z Z A M I 1814190088

S A L S A B I L A F E R N A N D A 1614190097
1. Governance System

Governance system dapat diartikan bahwa sistem yang mengelola dengan baik
sehubung dengan pelayanan terhadap masyarakat luas.

Governance system merupakan suatu tata kekuasaan yang terdapat didalam


perusahaan yang terdiri dari 4 (empat) unsur yang tidak dapat terpisahkan,
yaitu :
 Commitment on Governance
Commitment on Governance adalah komitmen untuk menjalankan perusahaan
yang dalam hal ini adalah dalam bidang perbankan berdasarkan prinsip kehati-
hatian berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
 Governance Structure
Governance Structure adalah struktur kekuasaan berikut persyaratan pejabat
yang ada di bank sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh peraturan perundangan
yang berlaku
 Governance Mechanism
Governance Mechanism adalah pengaturan mengenai tugas, wewenang dan tanggung
jawab unit dan pejabat bank dalam menjalankan bisnis dan operasional perbankan
 Governance Outcomes
Governance Outcomes adalah hasil dari pelaksanaan baik dari aspek hasil kinerja
maupun cara-cara/praktek-praktek yang digunakan untuk mencapai hasil kinerja
tersebut

Dalam kasus PT. Megasari Makmur, tanggung jawab atas tindakan perusahaan
sering didistribusikan kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. Tindakan
perusahaan biasanya terdiri atas tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda
yang bekerja sama sehingga tindakan atau kelalaian mereka bersama-sama
menghasilkan tindakan perusahaan.
2. Budaya Etika

Konsep etika bisnis tercermin pada corporate culture (budaya perusahaan).


Corporate culture (budaya perusahaan) merupakan konsep yang berkembang
dari ilmu manajemen serta psikologi industry dan organisasi. Budaya
perusahaan adalah suatu system dari nilai-nilai yang dipegang bersama tentang
apa yang penting serta keyakinan tentang bagaimana dunia itu berjalan.  

Menurut Kotler (1997) budaya perusahaan merupakan karakter suatu perusahaan


yang mencakup pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma bersama yang
dianut oleh jajaran perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari cara karyawannya
berpakaian, berbicara, melayani tamu dan pengaturan kantor.
3. Mengembangkan Struktur Korporasi

Dalam mengembangkan struktur etika korporasi, suatu perusahaan harus


memiliki good corporate governance. Good corporate governance adalah
tindakan untuk mengarahkan, mengendalikan atau memengaruhi setiap
kegiatan perusahaan agar dapat memenuhi keinginan dari masyarakat yang
bersangkutan. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dapat
didorong dari dua sisi, yaitu etika dan peraturan. Pemerintah tentu ikut serta
dalam mengembangkan struktur etika korporasi, salah satunya dengan
menyusun Pedoman Umum Good Corporate Governance. Dalam Pedoman
Umum Good Corporate Governance Indonesia yang disusun oleh Komite
Nasional Kebijakan Governance, terdapat acuan-acuan bagi perusahaan
dalam menjalankan etika korporasinya, salah satu contohnya terdapat dalam
pedoman perilaku, antara lain:
 Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, anggota Dewan Komisaris dan
Direksi serta karyawan perusahaan harus mendahulukan kepentingan ekonomis
perusahaan diatas kepentingan ekonomis pribadi dan pihak lainnya.
 Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan
dilarang memberikan atau menawarkan hadiah ataupun donasi kepada pejabat
negara atau individu yang mewakili mitra bisnis yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan.
 Organ perusahaan dan karyawan perusahaan harus melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan peraturan perusahaan.
 Dewan Komisaris berkewajiban untuk menerima dan memastikan bahwa
pengaduan tentang pelanggaran terhadap etika bisnis, pedoman perilaku,
peraturan perusahaan dan peraturan perundang-undangan diproses secara
wajar dan tepat waktu.
 Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang saham serta
karyawan perusahaan dilarang menyalahgunakan informasi yang berkaitan
dengan perusahaan, termasuk tetapi tidak terbatas pada informasi rencana
pengambil-alihan, penggabungan usaha dan pembelian kembali saham.
4. Kode Perilaku Korporasi (Corporate Code of
Conduct)

Code Of Conduct adalah pedoman internal perusahaan yang berisikan system


nilai, etika bisnis, etika kerja, komitmen, serta penegakan terhadap peraturan-
peraturan perusahaan bagi individu dalam menjalankan bisnis, dan aktivitas
lainnya serta berinteraksi dengan stakeholders.

Dalam kasus kelompok ini yaitu kasus pada PT. Megasari Makmur sudah sangat
dipastikan kalau kasus yang berada di PT tersebut sudah sangat melanggar
beberapa pelanggaran yang ada di peraturan beretika dalam berbisnis.
5. Evaluasi Terhadap Kode Perilaku Korporasi
(Corporate Code of Conduct)

Pelaksanaan Code of Conduct diawasi oleh Dewan Kehormatan yang bertugas


mengawasi pelaksanaan pedoman ini. Pembentukan Dewan Kehormatan (terdiri dari
unsur Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan yang ditunjuk, dan Serikat Pekerja) dan
mekanisme kerjanya diatur dalam Surat Keputusan Direksi. Evaluasi terhadap kode
perilaku korporasi sangat perlu dilakukan secara rutin sehingga perusahaan selalu
berada dalam pedoman dan melakukan koreksi apabila diketahui terdapa kesalahan.

Apabila perusahaan menemukan adanya pelanggaran Code of Conduct maka tahap


pelaporannya adalah :
 Setiap individu wajib melaporkan setiap pelanggaran Code of Conduct yang
dilakukan individu lain dengan bukti yang cukup kepada Dewan Kehormatan.
 Dewan Kehormatan wajib mencatat setiap laporan pelanggaran pedoman perilaku
perusahaandan melaporkannya kepada Direksi dengan bukti yang cukup dan dapat
dipertanggungjawabkan
 Dewan Kehormatan wajib memberikan pelindungan terhadap pelapor
KASUS PT. MEGASARI MAKMUR

Kasus ini bermula pertama kalinya karena PT. Megasari Makmur membuat suatu
produk yaitu obat anti nyamuk HIIT yang mengandung bahan berbahaya. Obat HIIT
ini adalah obat anti nyamuk terampuh dengan harga minim pada saat itu.
Kasus ini menyebabkan gangguan kesehatan dan sudah terbukti terdapat 1 korban
pada kasus ini yang disebebkan menghirup obat anti nyamuk HIIT yang
mengandung propoxur dan disklorvos
Alhasil, lembaga bantuan kesehatan umum melaporkan PT. Megasari Makmur dalam
kasus ini ke kepolisan dan setelah itu obat nyamuk hiit diberhentikan paksa
peredarannya
Setelah itu, PT. Megasari Makmur harus bertanggung jawab atas kasus ini dan
berurusan oleh hukum. Oleh sebab itu, PT. Megasari Makmur tekena pelanggaran
beberapa pasal dan harus melanjuti proses hukum yang ada.
(sumber bacaan dari :
https://www.kompasiana.com/gandiwijaya/5ca99a04a8bc150ad13ff783/kasus-pelan
ggaran-etika-bisnis-oleh-pt-megasari-makmur
)
Prinsip – Prinsip Etika Bisnis
Menurut Sony Keraf (1998)

1. PRINSIP OTONOMI
Prinsip otonomi pada etika bisnis adalah kemampuan dan sikap seseorang saat mengambil
tindakan dan keputusan yang berdasarkan kesadarannya sendiri mengenai apa yang
dianggapnya baik yang bisa dilakukan. Jika orang sadar dalam melakukan kewajibannya
dalam berbisnis maka dikatan orang tersebut sudah memiliki prinsip otonomi dalam
beretika bisnis. (sumber bacaan dari : https://salamadian.com/pengertian-etika-bisnis/)

Dalam kasus PT. Megasari Makmur, beberapa pihak ada yang menggunakan
kewenangannya untuk mengambil tindakan kecurangan untuk menekan biaya produksi
pabrik. Mereka sadar atas apa yang dilakukannya salah dan tidak baik makanya
perusahaan sudah meminta maaf dan juga mengganti barang dengan memproduksi barang
baru yang tidak mengandung zat berbahaya tapi seharusnya perusahaan juga memikirkan
efek buruk apa saja yang akan konsumen rasakan bila dalam penggunaan jangka panjang.
Sebagai produsen memberikan kualitas produk yang baik dan aman bagi kesehatan
konsumen selain memberikan harga yang murah yang dapat bersaing dengan produk
sejenis lainnya.
2. PRINSIP KEJUJURAN
Prinsip kejujuran dalam etika bisnis merupakan nilai yang paling mendasar dalam
mendukung keberhasilan kinerja perusahaan. Kegiatan bisnis akan berhasil jika
dikelola dengan prinsip kejujuran. Baik terhadap karyawan, konsumen, para pemasok
dan pihak-pihak lain yang terkait dengan kegiatan bisnis ini. Prinsip yang paling
hakiki dalam aplikasi bisnis berdasarkan kejujuran ini terutama dalam pemakai
kejujuran terhadap diri sendiri. Namun jika prinsip kejujuran terhadap diri sendiri ini
mampu dijalankan oleh setiap manajer atau pengelola perusahaan maka pasti akan
terjamin pengelolaan bisnis yang dijalankan dengan prinsip kejujuran terhadap semua
pihak terkait. (sumber bacaan dari :
https://mariaulfah56.wordpress.com/2015/12/05/prinsip-otonomi-kejujuran-dan-kead
ilan-pada-etika-bisnis/
)
Dengan adanya prinsip kejujuran diatas, tentunya memang semua oknum dalam
perusahaan telah melanggar prinsip kejujuran karena telah merugikan banyak
konsumen yaitu dengan menggunakan bahan –bahan aktif berbahaya dalam product
obat anti-nyamuk tersebut yang menyebabkan beberapa akibat fatal yaitu gangguan
kesehatan dan paling parahnya dapat menyebabkan kanker hati dan kanker lambung.
3. Prinsip Keadilan
 Adil dalam hal ini berarti bahwa semua pihak yang terlibat dalam bisnis
memiliki hak untuk endapatkan perlakuan yang sama sesuai dengan
aturan yang berlaku. Dengan begitu, semua pihak yang terlibat dalam
bisnis harus berkonstribusi pada keberhasilan bisnis yang dilakukan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. (sumber bacaan dari :
https://guruakuntansi.co.id/etika-bisnis/)

 dengan adanya Prinsip Keadilan diatas, memang sudah pasti semua pihak
yang ada didalam nya pun ikut serta dalam melanggar etika berbisnis
tersebut dengan menggunakan beberapa zat aktif kedalam produk nya
yang berakibat fatal bagi para pelanggan yang menggunakannya. bahkan
sudah ada 1 korban yang jaruh sakit akibat pelanggaran tersebut.
4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle)

Prinsip saling menguntungkan berarti bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan


memberikan manfaat bagi semua pihak. Dalam praktiknya, prinsip ini terjadi
dalam proses bisnis yang baik di mana pengusaha ingin mendapat untung dan
konsumen ingin mendapatkan barang atau jasa yang memuaskan.

Dalam kasus ini seharusnya PT Megasari Makmur tidak menggunakan zat aktif
yang dilarang karna akan merugikan konsumen. Mencari keuntungan boleh saja
tapi yang tepenting adalah kepuasan dan kualitas produk yang baik untuk para
konsumen karena yang terpenting adalah konsumennya dulu, jika kita
memproduksi sebuah produk dengan zat zat yang aman dan juga kualitas yang
baik maka konsumen pun akan terus memakai produk yang kita produksi dan
akan saling menguntungkan antara konsumen dengan perusahaan tersebut.
5. Prinsip Integritas Moral
 Prinsip ini menekankan untuk tidak merugikan orang lain dalam segala
tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini menekankan bahwa setiap orang
memiliki harkat dan martabat yang harus dihormati.

 Dalam Prinsip Integritas Moral, PT. MAGASARI MAKMUR sudah


melanggar etika berbisnis, dengan menggunakan zat aktif kedalam produk
tersebut yang mengakibatkan memakan 1 orang korban.
Bertens (2013) mengemukakan tiga ukuran moralitas
dalam bisnis yang dapat digunakan untuk mengukur sudut
pandang moral dan prinsip integritas moral, yaitu :

1. Hati Nurani
2. Kaidah emas
3. Pemilihan umum
1. Hati nurani

Setiap keputusan yang diambil menurut hati nurani adalah baik.


Orang yang mengambil keputusan dengan mengingkari hati
nuraninya, secara tidak langsung dia juga menghancurkan integritas
pribadinya.
Pada kasus PT Megasari Makmur adalah contoh perusahaan yang
tidak memakai prinsip hati nurani karena perusahaan tersebut
memakai zat yang berbahaya untuk bahan bakunya seperti pestisida
yang efeknya dapat menganggu kesehatan manusia seperti
keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan,
gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung
sudah terbukti bahwa PT Megasari Makmur hanya memikirkan
keuntungan saja tanpa memikirkan kesehatan konsumennya.
2. Kaidah Emas

Cara lebih obyektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral


adalah mengukurnya dengan Kaidah Emas (positif), yang berbunyi :
"Hendaklah memperlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri
ingin diperlakukan" mengapa? Karena tentunya siapapun
menginginkan dirinya diperlakukan dengan baik. Namun orang
tersebut akan berperilaku dengan baik (dari sudut pandang moral).
Rumusan Kaidah Emas secara negatif : "Jangan perlakukan orang lain,
apa yang Anda sendiri tidak ingin akan dilakukan terhadap diri Anda".
Dari kaidah ini terjadi bahwa seseorang tidak konsisten dalam tingkah
laku, bila dia melakukan sesuatu terhadap orang lain, dia tidak mau
akan sesuatu yang buruk dilakukan terhadap dirinya. Namun, dia
berperilaku dengan cara yang tidak baik (dari sudut pandang moral).
Dalam kasus ini, kaidah emasnya adalah orang harus
berbuat baik jika ingin di nilai orang dengan baik
(positif). PT MAGASARI MAKMUR dapat menjual
produk obat nyamuk dengan banyak karena murah dan
tahan lama, Namun negatifnya adalah jangan melakukan
keburukan jika tidak ingin dinilai orang lain buruk.
Seperti yang sudah diktahui bahwa PT MAGASARI
MAKMUR sudah memakan korban.
3. Pemilihan Umum

Pemilihan umum adalah untuk menentukan baik buruknya suatu


perbuatan atau perilaku adalah menyerahkan kepada masyarakat umum
untuk menilai. Cara ini bisa disebut juga audit sosial. Sebagaimana
melalui audit dalam arti biasa sehat tidaknya keadaan finansial suatu
perusahaan dipastikan, demikian juga kualitas etis suatu perbuatan
ditentukan oleh penilaian masyarakat umum.

Dalam kasus ini, tentunya PT. Megasari Makmur sudah menuai negative
perspektif dari masyarakat. Dikarenakan perusahaan ini tidak bisa
selective dalam mengeluarkan suatu produk yaitu baik atau buruknya
suatu bahan dalam produk. Sehingga, dengan peristiwa ini pastinya
masyakarkat akan menilai buruk kualitas perusahaan ini karena
kesalahan yang mereka perbuat.
Lima Prinsip Dasar Etika Untuk Akuntan

a). Integritas : Bersikap Lugas dan Jujur Dalam Semua Hubungan Profesional
dan Bisnis.

 Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota


harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan
dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.
Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
Dalam kasus ini, PT. Megasari Makmur tidak memenuhi
prinsip integritas. Sebab, perusahaan ini tidak jujur dan tidak
bertanggung jawab dalam hasil product yang ia jual ke
konsumen. Perusahaan ini sudah menghancurkan kepercayaan
masyarakat pada product perusahaannya sendiri, dan juga
perusahaan ini lebih mementingkan keuntungan pribadi dan
mengesampingkan keselamatan serta kesehatan konsumen
yang menyebabkan 1 korban pada kejadian ini. Alhasil, obat
anti-nyamuk hiit dari PT. Megasari Makmur harus ditarik ari
peredaran dan perusahaan ini harus bertanggung jawab pada
pasal-pasal yang berlaku di jalur hokum.
b). Objektivitas : tidak mengompromikan pertimnbangan professional atau bisnis
karena adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya ari
pihak lain

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Objektivitas adalah suatu kualitas yang
memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka serta bebas dari benturan kepentingan atau di bawah pengaruh pihak
lain.

kalau menyangkut kasus yg dilakukan PT tersebut, anggota atau pekerjanya tidak


melakukan objektivitas dengan benar karena anggota nya bekerja dibawah tekanan,
tidak jujur dengan menggunakan zat aktif yg berakibat fatal bagi orang yang
menghirup zat aktif berbahaya yang ada didalam produk nya
c). Kompetensi dan kehati-hatian professional untuk :

1. Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional pada level yang
disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi tempatnya bekerja
memperoleh jasa profesional yang kompeten, berdasarkan standar profesional dan
standar teknis terkini serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
2. Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan standar teknis
yang berlaku

• Dalam kasus ini, PT. Megasari Makmur tentu tidak memenuhi prinsip kompetensi dan
kehati-hatian profesional. Karena, perusahaan bisa menjual bebas produk yang dapat
berdampak buruk pada konsumen. Seharusnya perusahaan mengkaji ulang zat-zat yang
terkandung didalam produknya tersebut. Walaupun perusahaan sudah menarik semua
produk-produknya tapi masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan kualitas produk
tersebut yang dapat merugikan perusahaan itu sendiri,
d). Kerahasiaan : menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil
hubungan professional dan bisnis

Mengingat akuntan adalah profesi yang berhubungan langsung dengan


data keuangan, maka sudah sepatutnya harus mampu memegang prinsip
kerahasiaan. Seorang akuntan tidak boleh Menggunakan informasi rahasia
untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga. Informasi yang diperoleh
baik melalui hubungan profesional maupun hubungan bisnis.
Seperti halnya dalam kasus PT Megasari Makmur, seorang akuntan tidak
boleh membocorkan atau membeberkan permasalahan yang bersangkutan
dengan perusahaan tersebut tanpa seizin pemilik perusahaan, terkecuali
jika mempunyai hak dan kewajiban secara hukum atau profesional untuk
mengungkapkan kerahasiaan tersebut.
e). Perilaku professional : mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan menghindari perilaku apapun yang iketahui oleh akuntan mungkin
akan mendiskreditkan profesi akuntan

 Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk


mematuhi ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku serta menghindari
setiap perilaku yang Akuntan Profesional tahu atau seharusnya tahu yang
dapat mengurangi kepercayaan pada profesi. Hal ini termasuk perilaku, yang
menurut pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang cukup,
setelah menimbang semua fakta dan keadaan tertentu yang tersedia bagi
Akuntan Profesional pada waktu itu, akan menyimpulkan, yang
mengakibatkan pengaruh negatif terhadap reputasi baik dari profesi.
Dalam kasus ini, PT harus mendapatkan informasi yang cukup, jelas, tepat,
dan teliti terhadap suatu produk, agar konsumen mendapatkan kepercayaan
dari PT MAGASARI MAKMUR,sehingga reputasi perusahan baik dimata
konsumen. Kemudian pada akhirnya terdapat penyelesaian dalam kasus ini
yaitu, pihak produsen (PT. Megasari Makmur) menyanggupi untuk menarik
semua produk HIT yang telah dipasarkan dan mengajukan izin baru untuk
memproduksi produk HIT Aerosol Baru dengan formula yang telah
disempurnakan, bebas dari bahan kimia berbahaya. HIT Aerosol Baru telah
lolos uji dan mendapatkan izin dari Pemerintah. Pada tanggal 08 September
2006 Departemen Pertanian dengan menyatakan produk HIT Aerosol Baru
dapat diproduksi dan digunakan untuk rumah tangga (N0. RI. 2543/9-
2006/S).Sementara itu pada tanggal 22 September 2006 Departemen
Kesehatan juga mengeluarkan izin yang menyetujui pendistribusiannya dan
penjualannya di seluruh Indonesia
KESIMPULAN

 PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan yang sangat merugikan dengan memasukkan
2 zat berbahaya pada produk mereka yang berdampak buruk pada konsumen yang menggunakan
produk mereka. Salah satu sumber mengatakan bahwa meskipun perusahaan sudah melakukan
permintaan maaf dan berjanji menarik produknya, namun permintaan maaf itu hanyalah sebuah
klise dan penarikan produk tersebut seperti tidak di lakukan secara sungguh –sungguh karena
produk tersebut masih ada dipasaran.

 Pelanggaran Prinsip Etika Bisnis yang dilakukan oleh PT. Megarsari Makmur yaitu Prinsip
Kejujuran dimana perusahaan tidak memberikan peringatan kepada konsumennya mengenai
kandungan yang ada pada produk mereka yang sangat berbahaya untuk kesehatan dan perusahaan
juga tidak memberi tahu penggunaan dari produk tersebut yaitu setelah suatu ruangan disemprot
oleh produk itu semestinya ditunggu 30 menit terlebih dahulu baru kemudian dapat dimasuki
/digunakan ruangan tersebut.

 Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh dilakukan asal tidak
merugikan pihak mana pun dan tentu saja pada jalurnya. Disini perusahaan seharusnya lebih
mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakan produknya karena dengan meletakkan
keselamatan konsumen diatas kepentingan perusahaan maka perusahaan itu sendiri akan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas konsumen terhadap
produk itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai