Anda di halaman 1dari 15

KONJUNGTIVITIS

GONORE
Disusun oleh :
Dellia Pramesty Ananta 030001600029
Gina Lusiania 030001600063
Muhammad Zikri 030001700143 PEMBIMBING :
Tania Callista Maheswari P 030001700112 dr. Anggraeni Adiwardhani,Sp.M
PENDAHULUAN
 Konjungtivitis bakteri akut sering disebabkan Streptokokus, Pseudomonas, Neisserria
gonorrhoeae
 Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan
adanya sekret purulent
 Pada tahun 2011, prevalensi konjungtivitis gonore pada negara berkembang yang terjadi pada
neonatus diperkirakan berjumlah 20-75%.
 Pada kelompok usia yang lebih tua, konjungtivitis gonore dikaitkan dengan infeksi menular
seksual (IMS) tetapi bisa juga muncul tanpa adanya infeksi genital
 Pada oftalmia neonatorum, terdapat sekret purulen padat dengan masa inkubasi antara 12 jam
sampai 5 hari, disertai perdarahan subkonjungtiva dan pada orang dewasa konjungtivitis
gonore dapat berlangsung selama 6 minggu
ANATOMI

1. Konjungtiva palpebral/ tarsal


2. Forniks konjungtiva
3. Konjungtiva bulbi
DEFINISI
 Konjungtivitis Gonore adalah radang pada
konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri
Neiserria gonorrhoeae, bersifat akut dengan
disertai adanya sekret yang purulen

ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO


 Konjungtivitis gonore disebabkan oleh infeksi mata dengan Neisseria
gonorrhoeae, yang merupakan bakteri diplococcus Gram negative
 Pada neonatus terjadi selama persalinan dan karena adanya faktor
paparan sekresi vagina yang menular
 Pada orang dewasa dapat terjadi melalui kontak seksual langsung
EPIDEMIOLOGI

 Tahun 2011, prevalensi konjungtivitis gonore pada negara


berkembang yang terjadi pada neonatus diperkirakan berjumlah 20-
75%.
 prevalensi infeksi gonokokus pada kehamilan mendekati 5% di
beberapa bagian Afrika.
 Pada non-neonatal, konjungtivitis gonore jarang terjadi.
KLASIFIKASI
 Di Amerika Serikat, prevalensi IMS sekitar 146 kasus gonore per
Klasifikasi konjungtivitis gonore
100.000 populasi.
pada dewasa secara umum terdiri
 penelitian terbaru yang dilakukan di Irlandia memperkirakan bahwa dari 3 stadium :
prevalensi konjungtivitis gonore berkisar 0,19 kasus per 1000 pasien
yang dievaluasi untuk keadaan darurat mata dengan mayoritas 1. Stadium Infiltrat
terjadi pada pria dewasa muda. 2. Stadium Supurativa/Purulenta
3. Stadium Konvalesen
(penyembuhan)
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI
KLINIK
PENEGAKAN DIAGNOSIS

1. Anamnesis
a. Identitas  Nama, usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan
b. Keluhan utama
c. Riwayat Penyakit Sekarang  lokasi, onset, progresivitas,
durasi, keparahan
 Mata merah
 Hiperemia + Nyeri
 Fotofobia
a. Riwayat Penyakit Dahulu  riwayat penyakit menular
seksual, pernah ada riwayat keluar cairan
b. Riwayat Penyakit Keluarga
c. Riwayat Pengobatan  sudah coba lakukan pengobatan atau
belum
d. Riwayat Kebiasaan  Aktif secara seksual atau tidak
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan
Oftalmologi  Segmen
Anterior
b. Pemeriksaan Kelenjar
Getah Bening

3. Pemeriksaan Penunjang
a. swab konjungtiva untuk
pewarnaan gram
b. Pewarnaan gram atau giemsa
c. PCR atau kultur dalam media
Thayer-Martin atau agar
coklat dari hasil scraping
conjunctiva bisa digunakan
untuk N.gonorrhoeae.
DIAGNOSIS
BANDING
TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA


seftriakson 25-50 mg/kg/BB secara intramuskular atau intravena dengan maksimum 125
mg dosis tunggal

sefotaksim 100 mg/kgBB intramuskular atau intravena

TATALAKSANA NON-MEDIKAMENTOSA


membersihkan sekret mata secara rutin setiap 5 menit menggunakan lidi kapas basah

irigasi mata dengan NaCl steril dua kali sehari

Untuk mengurangi iritasi diberikan sulfas atropin 1% topikal 1-2 kali sehari.
KOMPLIKASI

 Keratitis
 Ulserasi Kornea
 Perforasi Kornea PROGNOSIS
 Kebutaan Konjungtivitis gonore dapat
menyebabkan kerusakan
 Endoftalmitis
permanen apabila tidak
 Penyakit sistemik  meningitis, septikemia, artitis septik ditangani dengan cepat.

Ad Vitam: Bonam
Ad Fungsionam: Dubia ad
Malam
Ad Sanantionam: Dubia ad
Bonam
KESIMPULA
N
 Konjungtivitis gonore merupakan infeksi pada konjungtiva dengan manifestasi hiperakut yang
disebabkan N. gonorrhoeae.
 Sering terjadi pada dewasa yang aktif secara seksual dan terdapatnya riwayat kontak dengan urin atau
cairan tubuh.
 Bisa terjadi pada populasi neonatus yang dinamakan oftalmia neonatorum et causa infeksi gonokokal.

 Manifestasi yang muncul adalah injeksi konjungtival, sekret kuning kehijauan kental dengan jumlah
banyak (hiperpurulen), pseudomembran, nyeri, kemosis berat, fotofobia dan limfadenopati preauricular.
 Menyebabkan komplikasi ulkus kornea, perforasi kornea, endoftalmitis, kebutaan dan penyakit sistemik
seperti septikemia bila tidak segera ditangani
 Perlu dilakukan rujukan ke oftalmologis pada kasus konjungtivitis gonore.
REFERENSI
 Sitorus RS, Sitompul R, Widyawati S et al. Anatomi Bola Mata dan Orbita. Buku Ajar Oftalmologi: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2017: 109-10
 Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi 5. 2014: 127-9

 Fiorito TM, Noor A, Silletti R, et al. Neonatal Conjunctivitis Caused by Neisseria cinerea: A Case of Mistaken Identity.
J Pediatric Infect Dis Soc. 2019;8(5):478-480
 Lessing JN, Slingsby TJ, Betz M. Hyperacute Gonococcal Keratoconjunctivitis. J Gen Intern Med. 2019;34(3):477-
478
 Belga S, Gratrix J, Smyczek P, Bertholet L, Read R, Roelofs K, Singh AE. Gonococcal Conjunctivitis in Adults: Case
Report and Retrospective Review of Cases in Alberta, Canada, 2000-2016. Sex Transm Dis. 2019;46(1):47-51
 Costumbrado J, Ng DK, Ghassemzadeh S. Gonococcal conjunctivitis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2020.
 Surasmiati dan Ayu NM. Konjungtivitis Gonore Pada Bayi. FK Universitas Udayana.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/2a4a3b6aedf62e404cb3ec83ff45e696.pdf
 Rini A, Yusran M. Oftalmia Neonatorum et Causa Infeksi Gonokokal. Majority Unila.
2017;6(3):58-9
 Salmon JF. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 9 th edition. Amsterdam:
Elsevier 2019
 Azari AA, Arabi A. Conjunctivitis: A Systematic Review. J Ophthalmic Vis Res. 2020;15(3):372-
395. Published 2020 Aug 6. doi:10.18502/jovr.v15i3.7456
 Duker JS, Yanoff M. Ophthalmology. 5th edition. Amsterdam: Elsevier. 2019

 Yeu E, Hauswirth S. A Review of the Differential Diagnosis of Acute Infectious Conjunctivitis:


Implications for Treatment and Management. Clin Ophthalmol. 2020;14:805-813. Published 2020
Mar 12. doi:10.2147/OPTH.S236571
 Das S, Jhanji V. Infections of Cornea and Conjunctiva. Singapore: Springer. 2020

 Ryder EC, Benson S. Conjunctivitis. [Updated 2020 Nov 18]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021

Anda mungkin juga menyukai