Anda di halaman 1dari 35

Laporan Kasus

Stase anastesi

Disusun oleh :

KHOLID SHOFI
Pendahuluan
Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur
intravena

Setelah berada di dalam pembuluh darah vena, obat – obat ini akan
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya
akan menuju target organ masing–masing

Anestesi yang ideal akan bekerja secara cepat dan baik serta
mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian
dihentikan
Pemilihan teknik anestesi merupakan hal yang sangat penting,
membutuhkan pertimbangan yang sangat matang

Pemahaman tentang sirkulasi darah


sangatlah penting sebelum obat dapat
diberikan secara langsung ke dalam aliran
darah
hal tersebut yang menjadi dasar pemikiran
sebelum akhirnya anestesi intravena berhasil
dilakukan
TUJUAN
Menelaah tindakan anestesi dengan teknik total
intra vena anesthesia (TIVA) dari persiapan, durante
hingga post kuretase pada kasus abortus inkomplet.
Definisi
Teknik anestesi intra vena (TIVA) merupakan
suatu teknik pembiusan dengan memasukkan obat
langsung ke dalam pembuluh darah secara parenteral,
obat-obat tersebut digunakan untuk premedikasi
seperti diazepam dan analgetik narkotik.
INDIKASI
Obat induksi anesthesia umum
Obat tunggal untuk anestesi pembedahan singkat
 Obat tambahan anestesi regional
 Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan
susunan saraf pusat (SSP sedasi)
Cara pemberian
Sebagai  obat tunggal :
Induksi anestesi
Operasi singkat: cabut gigi, curetase
 Suntikan berulang :
  Sesuai kebutuhan : curetase
Diteteskan lewat infus :
Menambah kekuatan anestesi
Obat yang biasa digunakan
• Propofol : Obat induksi anestesia IV terbaru, Larut dalam lemak seperti
susu, Hangover sedikit, Juga digunakan utk rumatan dlm bentuk drip/infus
pada tehnik anestesi TIVA, Juga digunakan untuk sedasi moderat dan
sedasi dalam.
 Propofol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh GABA.
 Propofol adalah obat anestesi umum yang bekerja cepat yang efek
kerjanya dicapai dalam waktu 30 detik.
 Dosis induksi 1-2 mg/kgBB.
 Cara pemberian bisa secara suntikan bolus intravena atau secara
kontinyu melalui infuse
Obat-obatan
 Midazolam
 Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek untuk premedikasi,
induksi, dan pemeliharaan anestesi.
 Dosis premedikasi dewasa 0.05 – 0.1 mg/kgBB
 Efek sampingnya terjadi perubahan tekanan darah arteri, denyut nadi
dan pernafasan, umumnya hanya sedikit.
 Fentanyl
 Fentanil ialah zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100x morfin.
Lebih larut dalam lemak dibanding petidin dan menembus sawar
jaringan dengan mudah.
 Dosis 1-3 ug/kgBB analgesinya kira-kira hanya berlangsung 30 menit,
karena itu hanya dipergunakan untuk anestesia pembedahan dan tidak
untuk pasca bedah.
 Efek tak disukai ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat
dicegah dengan pelumpuh otot.
Antiemetik : obat yang dapat mengatasi muntah dan mual.
Antimuntah biasanya diberikan untuk mengobati penyakit mabuk
kendaraan dan efek samping dari analgesik opioid, anestetik umum
dan kemoterapi terhadap kanker
LAPORAN KASUS
identitas
Nama : Ny. N
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Anamnesis
 Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada perut
 Riwayat Penyakit Sekarang:
Klien mengatakan lemas dan pusing, pada saat dilakukan palpasi pada daerah perut bagian
bawah klien mengeluh nyeri, skala nyeri 5 (1-10). Nyeri dirasakan apabila diberi tekanan.
Klien mengatakan cemas, takut dengan tindakan yang akan di lakukan.
 Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada riwayat penyakit yang sama.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Asma : Disangkal
Penyakit Paru : Disangkal
Penyakit Jantung : Disangkal
Hipertensi : Disangkal
Diabetes : Disangkal
Penyakit Hati dan Ginjal : Disangkal
Riwayat Kejang/Pingsan : Disangkal
 Riwayat Operasi dan Anestesi :
Tidak ada riwayat operasi dan anestesi.
 Riwayat Alergi :
Obat : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
 Riwayat Kebiasaan :
Merokok : Disangkal
Konsumsi alkohol : Disangkal
PRIMARY SURVEY
 Airway
 Clear, Mallampati 2, tidak terdapat gigi ompong dan tidak terdapat
gigi palsu.
 Breathing
 Napas spontan, gerak dada simetris, RR 18x per menit, reguler,
tidak terdapat retraksi, trakea terletak di median, tidak terdengar
suara ronki dan suara wheezing.
 Circulation
 Kulit hangat, TD 100/60 mmHg, nadi 88x per menit, reguler, isi
dan tegangan cukup.
 Disability
 Keadaan umum baik, gizi baik, kesadaran : compos mentis, GCS
E4V5M6 = 15, pupil bulat, isokor, 3mm/3mm dan reflek cahaya +/+.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :Baik
Kesadaran :Compos mentis
(E4M6V5)
BB : 50 kg
TB : 150 cm
Vital Sign :
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,8 °C
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan 4-6-2012 Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 10.8 12,0-16,0 g/dL
Leukosit 10.000 4800-10800/L
Hematokrit 37 37-47%
Eritrosit 4,2 juta 4,2-5,4x106/
Trombosit 396.000 150000-450000/L
PT 13 11,5-15,5 detik
APTT 30 25-35 detik
Kimia Klinik
SGOT 29 15-37 U/L
SGPT 41 30-65 U/L
Ureum 38 14,98-38,52 mg/dL
Creatinin 0.8 0,60-1,00 mg/dL
GDS 96 ≤ 200 mg/dL
Natrium 142 136-148 mmol/L
Kalium 5.1 3,5-8,1 mmol/L
Klorida 101 98-107 mmol/L
Pemeriksaan USG
 Kesan : Abortus inkomplit

DIAGNOSIS
G3P1A1, 29 tahun dengan Abortus Inkomplit
PENATALAKSANAAN
Anestesi
Dokter Sp.OG
Informed consent pembiusan
IVFD RL 20 tpm
Puasa 6 jam sebelum operasi
Cefotaxim 2 x 1 gram
Dilakukan operasi dengan
Ranitidine 2 x 1 ampul
anestesi umum dengan status
Konsul ke Bagian Anestesi
ASA II dengan diagnosis pasca
untuk acc kuretase
bedah sesuai dengan diagnosis
awal
LAPORAN ANESTESI
Diagnosis Pra Bedah
G2P1A0, 29 tahun dengan Abortus Inkomplit
Penatalaksanaan Preoperasi
Puasa 6 jam
Balance cairan
 Maintenance = 100 cc
 Pengganti puasa = 600 cc

 Stress operasi = 200 cc

 EBV = 3250 cc

 ABL = 650 ccc


Pemberian cairan
Maintanance = 2cc x BB (kg)
= 2 x 50
= 100 cc
Pengganti Puasa (PP) = 6 x maintenance
= 6 x 100
= 600 cc
Stress Operasi = 4cc/kgBB (Ringan)
= 4cc x 50
= 200 cc
Jam I = ½ PP + M + SO
= 300 + 100 + 200
= 600 cc
Jam II = ¼ PP + M + SO
= 150 + 100 + 200 cc
= 450 cc
Jam III = ¼ PP + M + SO
= 450 cc
Jam IV = M + SO
= 100+200
= 300 cc
Continue..
Jenis Pembedahan : Kuretase
Jenis Anestesi : GA
Teknik Anestesi : TIVA
Mulai Anestesi : 1 Feb 2020 pukul 09.00 WIB
Mulai Operasi : 1 Feb 2020 pukul 09.05 WIB
Premedikasi : Ondansentron 4 m
Posisi : Litotomi
DURANTE OPERASI
Waktu Hasil Pantauan Tindakan
09.00 WIB TD 110/70 mmHg Pasien masuk ke ruang kuretase, Infus RL
HR 88x/m terpasang pada tangan kanan. Premedikasi :
Ondansetron 4mg.
Mulai anestesi dengan GA TIVA , Fentanil 100
mcg, Propofol 100mg, lidocain 40mg

09.05 WIB TD 110/70 mmHg Dimulai kuretase


HR 88x/m
09.10 WIB TD110/70 mmHg Ketorolac 30 mg
HR 80x/m
09.15 WIB TD 110/70 mmHg Kuretase selesai
HR 80x/m

09.20 WIB TD 110/70 mmHg Anestesi selesai


HR 90 x/m Pasien distabilkan kemudian dikirim ke
BANGSAL
Post operasi
 Diagnosis Pasca Bedah
Post kuretase atas indikasi Abortus Inkomplet
 Pengawasan
 Aldrette Score bernilai 8, dengan rincian sebagai berikut:
 Warna kulit merah muda (nilai 2)
 Pasien dapat bernapas dalam dan teratur (nilai 2)
 Tekanan darah + 20 % dari tekanan darah praanestesi (nilai 2)
 Pasien bangun bila dipanggil (nilai 1)
 Ekstremitas atas dapat digerakkan (nilai 1)
 Program pasca operasi
Setelah pasien memiliki Aldrette Score > 8, pasien dikirim ke Bangsal:
 Awasi tanda vital secara ketat
 Awasi kesadaran
 Infus cairan Ringer Laktat 20 tpm 
 Terapi lain sesuai dengan bagian obsgyn
PEMBAHASAN
Preoperatif
 ASA II yaitu pasien dengan kelainan sistemik ringan-sedang.
 Pada pasien hamil, ASA II merupakan hal fisiologis. Pada
pasien terdapat anemia, penurunan Hb menjadi 10.8 g/dl.
Anemia kehamilan didefinisikan kurang dari 11 mg/dl.
 Pada kasus ini, pasien dianjurkan puasa 6 jam sebelum operasi.
 mencegah terjadinya aspirasi isi lambung

 Pemeriksaan lab lain dalam batas normal


 Pasien diberikan premedikasi ondansetron sebagai profilaksis mual
Pre kuret
 Ds : klien mengatakan nyeri ketika di lakukan palpasi pada daerah perut.
 Do : klien tampak meringis, skala nyeri 3(0-5). TD 100/80 nadi 80
kali/menit

Faktor stres Perdarahan nekrosis Hasil konsepsi terlepas dari

uterus uterus berkontraksi Hasil konsepsi tidak keluar

Tidak keluar secara sempurna Nyeri Gangguan rasa nyaman

nyeri
Diagnosa keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri
 Tupan : setelah dilakukan tindakkan keperawatan 3 x 24 jam masalah nyeri berkurang.
 Tupen : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam masalh teratasi sebagian dengan
kriteria hasil:
·      Nyeri berkurang
·      TTV dalam batas normal
TD 120/80, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/ menit
Intervensi & Implementasi
1.    Observasi tanda – tanda vital
2.    Observasi skala nyeri, lokasi, frekuensi,
3.    Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
4.    Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
Rasional
1.Mengetahui keadaan umum klien
2.Mengetahui tingkat nyeri yang di alami klien
3.Mengurangi nyeri pada klien
4.Untuk menghilangkan nyeri
 Ds : klien mengatakan tidak tahu tentang prosedur operasi, dan takut
dengan tindakan yang akan dilakukan
 TD 100/80 nadi 80 kali/menit 
 Do : klien tampak bingung, cemas, dan bertanya-tanya tentang tindakan
kuret yang akan dilakukan

Perdarahan nekrosis Hasil konsepsi terlepas dari uterus uterus


berkontraksi Hasil konsepsi tidak keluar Tidak keluar secara
sempurna Tindakan kuretase cemas
Dx. Keperawatan
Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang prosedur kuretase yang akan
di lakukan
Tupan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam cemas teratasi
Tupen : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam masalah
teratasi sebagian, dengan kriteria hasil :
Cemas berkurang
1.      Observasi tanda – tanda vital
2.      Kaji tingkat ansietas klien
3.      Dengarkan masalah klien
4.      Jelaskan prosedur kuretase
5.      Evaluasi/ validasi tentang informasi yang di berikan
Rasional
1.     Untuk mengetahui keadaan umum klien
2.     Untuk mengetahui sejauh mana tingkat ansietas klien
3.     Meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi
4.     Pengetahuan dapat membantuan menurunkan tingkat ansietas
5.     Mengetahui sejauh mna informasi dapat di terima
DURANTE OPERASI
Pada pasien ini dilakukan teknik General Anestesi
(GA) dengan TIVA.
TIVA adalah teknik anestesi umum dengan hanya
menggunakan obat-obat anestesi yang dimasukkan
lewat jalur intravena tanpa penggunaan anestesi
inhalasi termasuk N2O
Dx. Keperawatan Intra Operasi
Hipovolemi b.d kekurangan cairan aktif akibat prosedur pembedahan
Ds: -
Do:TD : 110/82 mmHg
HR : 82 x/m
RR : 13 x/m
SPO2 : 96 %
1.Monitor tanda vital
2.Monitor status cairan
3.Kolaborasi pemberian cairan iv
4.Kolaborasi pemberian farmakologi
POST OPERASI
Pasien diberikan ketorolac 30mg iv.
Ketorolac 30mg diindikasikan untuk penatalaksanaan
jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat
setelah prosedur pembedahan.
Ketorolac adalah anti inflamasi non steroid dengan durasi
kerja sedang dengan waktu paruh 4-6 jam sehingga
digunakan sebagai analgesik dalam penggunaan intravena
bukan sebagai antiinfalamasi.
Dx. Keperawatan Post Kuret
Ds : klien mengatakan mengalami perdarahan
Do : 1 pembalut penuh, warna merah segar, bau khas darah
TD 100/80 nadi 80 kali/menit

Perdarahan nekrosis Hasil konsepsi terlepas dari uterus uterus

berkontraksi Hasil konsepsi tidak keluar Tidak keluar secara

sempurna Tindakan kuretase Perdarahan Resiko infeksi


Resiko infeksi b.d perdarahan, keadaan vulva lembab
 Tupan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infeksi teratasi.
 Tupen : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam masalah teratasi sebagian,
dengan kriteria hasil :
Intervensi & Implementasi
 TTV dalam batas normal. TD 120/80, nadi 80 x/menit, respirasi 21x/menit
 Tidak terdapat tanda – tanda infeksi (tubor, lubor, dolor, kalor, fungsiolesa)
1.    Pantau TTV, setiap 4 jam sekali
2.    Kaji kondisi pengeluaran darah, warna dan bau.
3.    Anjurkan klien melakukan personal hygiene : ganti balutan
4.    Berikan penyuluhan pendidikan kesehatan tentang perawatan post kuret di rumah
5.    Anjurkan klien makan makanan berprotein
6.    Kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi :
 Rasional
1.    Peningkatan tekanan darah, nadi respirasi, suhu dapat mengetahui adanya infeksi
2.    Mengetahui adanya pengeluaran darah, warna, bau.
3.    Untuk mencegah infeksi
4.    Untuk mencegah infeksi dan membantu proses penyembuhan
5.    Membantu mencegah infeksi
CONTINUE..
Pemulihan adalah suatu proses yang secara tradisional
dibagi atas 3 bagian yang saling tumpang tindih yaitu
early recovery, intermediate recovery, dan late recovery.
Aldrete merancang suatu sistem skoring untuk
menentukan kapan pasien dapat dipindah dari ruang
pengawasan post operasi.
Nilai skoring 0, 1, atau 2 ditujukan untuk aktifitas
motorik, respirasi, sirkulasi, kesadaran, dan warna
kulit. Total skor maksimal adalah 10
Pada pasien ini didapatkan Aldrete Score 8 sehingga
pasien bisa dipindahkan ke bangsal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai