Anda di halaman 1dari 6

ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN

1). Asas Kebebasan Berkontrak


Dalam asas ini masyarakat diperbolehkan dan dibebaskan untuk
membuat suatu perjanjian dalam bentuk apapun yang terpenting isi
dari perjanjian itu tidak menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai
Pancasila, serta Undang-Undang. Bahkan asas ini membebaskan
masyarakat untuk membuat ketentuan-ketentuan sendiri dalam
perjanjian. Budiono berpendapat mengenai kebebasan bagai
masyarakat untuk.
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian
2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratan
4. Menentukan bentuk perjanjian yaitu secara tertulis atau tidak
tertulis.
2). Asas Konsensualisme
Perjanjian terbentuk karena adanya perjumpaan
kehendak dari para pihak. Perjanjian pada dasarnya dapat
dibuat secara bebas tidak terikat oleh bentuk apapun dan
perjanjian itu lahir ketika kedua belah pihak menyepakati
suatu perjanjian tersebut. Walaupun berjanjian ini
dibebaskan dalam bentuk apapun, tetapi ada perjanjian
yang memang diharuskan untuk formal dan menaati
peraturan Undang-Undang, seperti perjanjian penghibahan
benda bergerak tanah yang harus dilakukan dengan akta
notaris.
3). Asas Pacta Sunt Servanda
Asas ini berprinsip bahwa semua perjanjian haruslah
dibuat secara sah dan sesuai dengan aturan undang-
undang. Dengan kata lain, asas ini melandasi pernyataan
bahwa sebuah perjanjian akan menyebabkan suatu
kewajiban hukum sehingga para pihak terikat untuk
melaksanakan perjanjian tersebut. Selain itu, ketika ada
orang yang merasa dirugikan, maka hak orang tersebut
dapat dilindungi oleh hukum.
4). Asas Kepribadian
Dalam asas Kepribadian ini dapat disimpulkan dari pasal 1315 KUH perdata yang
berbunyi “pada umumnya tiada seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri
atau meminta ditetapkannya suatu janji, melainkan untuk diri sendirinya”. Didalam asas
ini dikatakan bahwa suatu perjanjian akan mengikatnya hanya pada orang-orang yang
membuatnya. Orang lain yang tidak ikut campur dalam perjanjian, maka tidak akan
terikat. Terdapat dua penguacilan sebagai berikut :
1. Janji untuk pihak ketiga
Pada janji ini, seseorang membuat suatu perjanjian yang insinya menjanjikan hak-
hak bagi orang lain.
2. Perjanjian Garansi
Seorang membuat perjanjian dengan orang lain, sebut saja A dan B. Dalam
perjanjian ini, A menjanjikan kepada C akan berbuat sesuatu dan A menjamin bahwa
C pasti akan melaksanakan. Akan tetapi jika C tidak melaksanakan perjanjian
tersebut maka A bertanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban C tersebut.
5). Asas Iktikad Baik
Menurut Silondae dan Febriana (2010: 12)
mengemukakan bahwa semua perjanjian yang
dibuat harus dilandasi dengan Iktikad baik,
diantaranya :
1. Perjanjian yang dibuat harus sesuai dengan
norma-norma yang ada.
2. Perjanjian harus mencerminkan kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai