Anda di halaman 1dari 14

Ahlu Sunnah Waljama’ah

Asal usul
• Didirikan oleh Abu Hasan ‘Ali ibn Ismail
Al-’Asy’ari dan Abu Manshur Muhammad ibn
Muhammad ibn Mahmud al-Mathuridi.
• Disebut juga Aliran ‘Asy’ariah / Maturidiyah,
dikenal sekarang dengan Sunni.
• Pada mulanya, al-Asy’ari adalah penganut
setia paham teologi Mu’tazilah yang tengah
berada dalam kejayaannya pada masa itu.
• Al-Asy’ari pernah tercatat sebagai murid
kebanggaan al-Jubba’i, salah seorang tokoh
utama Muktazilah.
• Akan tetapi, setelah sekitar 40 tahun berada
dalam kelompok mu’tazilah, al-Asy’ari dalam
tempo sekejap saja langsung meninggalkan
aliran Muktazilah dan membangun aliran
teologi sendiri, yang kemudian menjadi
populer dengan sebutan aliran Asy’ariyah.
• ia keluar dari Muktazilah karena merasa tidak puas
atas berbagai jawaban gurunya dalam menjawab
sejumlah pertanyaan yang diajukannya, terutama
tentang kepastian status orang mukmin, orang kafir,
dan anak kecil.
• Al-Jubba’i menyatakan bahwa yang mukmin masuk
surga, yang kafir masuk neraka, dan anak kecil tidak
masuk neraka karena belum berdosa dan tidak dapat
pula masuk surga karena tidak berbuat amal yang
dapat mengantarkan ke surga.
• obsesi al-Asy’ari ketika itu sehingga ia
mempersoalkannya ke pada al-Jubba’i.
• Al-Asy’ari menanyakan bagaimana kalau anak
kecil itu ingin memperoleh kedudukan yang
lebih baik, yakni masuk surga.
• Anak kecil itu tentu akan menyalahkan Tuhan
mengapa dia tidak diberi usia panjang untuk
dapat menjadi mukmin yang sempurna,
sehingga sempat untuk berbuat kebajikan.
• Harun Nasution menyebutkan bahwa kelahiran
aliran ini merupakan reaksi terhadap aliran
Mu’tazilah yang tidak begitu banyak berpegang
pada As-Sunnah atau tradisi Nabi Muhammad SAW
dan jumlah pengikutnya tidak banyak.
• Adapun Ahlu As-Sunnah adalah golongan yang
berpegang pada As-Sunnah Nabi Muhammad SAW
secara ketat dan pengikutnya merupakan mayoritas
dari umat Islam. Ungkapan lain menyatakan bahwa:
• “Ahlu As-Sunnah adalah mazhab kebanyakan
fuqaha’ (para ahli fiqih), qurra’ (ahli baca dan
tafsir Al-Qur’an), kaum sufi, dan para pengikut
hadits’, mazhab para sahabat Nabi SAW dan
tabi’in, yang pada intinya berpegang teguh
pada As-Sunnah Nabi Muhammad SAW.”
Ajaran Pokok
• Pelaku dosa besar tidak kafir, ia mukmin. Masih
terbuka pintu taubat.
• Menunjuk pempimpin berdasarkan musyawarah
dan pilihan sah.
• Al-Quran sbg kalam Allah adalah Qadim bukas
hadits/diciptakan. Adapun huruf2nya
baru/diciptakan.
• Allah dapat dilihat dgn mata kepala di akhirat
nanti
• Manusia dan perbuatannya adalah ciptaan
Allah, sebagaiman Dia Pencipta alam semesta
ini.
Perbandingan
Mu’tazilah & Aswaja
Perbuatan Tuhan
MU’TAZILAH ASWAJA
Tuhan selalu berbuat baik, dan punya Tuhan berbuat sesuai kehendakNya,
kewajiban kepada manusia utk memberi artinya Allah tidak punya kewajiban kpd
yang terbaik hambaNya, krn Dia adalah Pencipta dan
Pemiliknya.
Perbuatan Manusia
MU’TAZILAH ASWAJA
Perbuatan manusia diciptakan oleh Manusia dlm posisi yg lemah,
dirinya sendiri, Allah tetap pencipta awal perbuatannya diciptakan Allah
tapi manusia punya kreasi untuk
mengubah bentuknya
Sifat-sifat Tuhan
MU’TAZILAH ASWAJA
• Tuhan tdk mempunyai sifat, krn yang Tuhan mempunyai sifat krn perbuatannya
bersifat tentu ada ukuran Tuhan mempunyai pengetahuan dan
• Tuhan bersifat immateri tidak bisa daya.
dilihat dgn mata jasmani
Kehendak Mutlak Tuhan
dan Keadilan Tuhan
Tuhan itu adil, tidak mungkin berbuat Perbuatan Tuhan itu tdk memiliki tujuan,
zhalim kpd hambanya dgn memaksakan krn dorongan dari perbuatanNya berasal
kehendak kpd hambanya. dari kekuasan dan kehendakNya
Maka manusia bebas dlm perbuatannya Keadilan diartikan mnempatkan sesuatu
dan bertanggung jawab atasnya di tempat yang sebenarnya, yaitu punya
kekuasaan mutlak terhadap harta yang
dimilkiNya.

Anda mungkin juga menyukai