Anda di halaman 1dari 22

PENERIMAAN AKDR PASCA PLASENTA PADA

KLIEN YANG DIKONSELING SATU KALI DENGAN


YANG DIKONSELING DUA KALI BERDASARKAN
TINGKAT PENDIDIKAN

Disusun oleh
Ary Rinaldzi
PENDAHULUAN
2017, Jumlah penduduk Indonesia menempati peringkat keempat
sebanyak 264 juta setelah China, India, dan Amerika Serikat Kaneda &
Dupuis 2017). Maka Pmerintah meningkatkan Program Keluarga
Berencana (KB)

Rumusan Masalah
1. Apakah konseling 2 x menaikkan penerimaan AKDR pasca salin
2. Apakah pendidikan mempengaruhi penerimaan AKDR pasca salin
Tujuan Penelitian
•Mengetahui angka penerimaan AKDR berdasarkan jumlah konseling
satu kali dan dua kali
•Mengetahui angka penerimaan AKDR berdasarkan tingkat Pendidikan
•Mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi penerimaan AKDR
Manfaat Penelitian
1. Mendapatkan gambaran penerimaan AKDR
2. Menggali faktor-faktor lain yang mempengaruhi penerimaan
kontrasepsi IUD
3.Sebagai sumber informasi bagi pihak yang terkait untuk
melaksanakan program KB dengan tepat guna
TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka konsep

Informasi Budaya
Pemberi pelayanan Fasilitas pelayanan - Tenaga kesehatan - Keyakinan
Kesehatan Kesehatan - Media massa/TV - Tradisi
- Bidan - Ketersediaan - Kelompok masyarakat - Agama
- Dokter - Keterjangkauan - Keluarga - Nilai
- Kualitas - Pengalaman orang lain

Karakter individu - Pengetahuan


- Umur - Pengalaman
- Pendidikan
- Pekerjaan
Persepsi
- Sosial ekonomi

Tidak menerima IUD Menerima IUD

outcome
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Variabel bebas : Variabel


1.Konseling tergantung :
2 kali 1.Menerima
1 kali 2.Tidak
2. Pendidikan menerima

Variabel luar :
a.Umur
b.Pendapatan
c.Paritas
d.Riwayat AKDR
sebelumnya
Kerangka Konsep
Hipotesis
1.Penerimaan AKDR pasca plasenta pada klien yang dikonseling 2 kali
lebih tinggi daripada yang dikonseling 1 kali.
2. Penerimaan AKDR pasca plasenta pada klien yang berpendidikan
tinggi lebih tinggi dibandingkan yang berpendidikan rendah
Pasang IUD

Pendidikan
tinggi
KRITERIA KELAYAKAN
tidak pasang IUD
Konselin
Konselin
g
g22 kali
kali
Kriteria inklusi :
Pasang IUD
-Semua pasien pascasalin vaginal yang membutuhkan
Pendidika
n rendah IUD sebagai alat kontrasepsi
tidak pasang IUD
Subyek
Penelitian
-Kontraksi uterus pasca lepas plasenta kuat
Pendidikan
Pasang IUD -Tidak ada perdarahan vaginal (perdarahan post
tinggi
Konseling
Konseling tidak pasang IUD
partum)
1
1 kali
kali
Kriteria eksklusi
Pendidikan
rendah
Pasang IUD
-Persalinan vaginal traumatis sehingga membutuhkan
-waktu segera untuk merepair vulva dan vagina, misal
tidak pasang IUD
ruptur perineum derajat 3 atau derajat 4.
-Ada tanda infeksi intrapartum
Rancangan penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini melibatkan 160 subjek yang diambil dari RS


Muhammadiyah dan Rumah Bersalin Ananda di Palembang. 80 subjek
(50%) dikonseling 2 x saat ANC dan pasien dirawat (jika klien datang
pada fase laten/fase aktif), dan 80 subjek (50%) diberikan konseling 1
x saat pasien dirawat saja.
Tabel 1. Deskripsi subyek penelitian
------------------------------------------------------------------------------------------------
Karakteristik Jumlah (N) Persentase (%)
------------------------------------------------------------------------------------------------
Asal Pasien
•Luar kota 76 47,5
•Dalam kota 84 52,5
Umur
•20 – 35 140 87,5
•<20 dan >35 20 12,5
Paritas
•Multipara 67 41,9
•Primipara 93 58,1
Pasang AKDR
•Ya 93 58,1
•Tidak 67 41,9
Riwayat KB
•Pernah KB 124 77,5
•Tidak KB 36 22,5
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Tabel 2. Pengaruh variabel luar terhadap penerimaan AKDR pasca salin
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Variabel Luar Dipasang AKDR Nilai p RR (95%CI)
Ya Tidak
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Usia (Thn)
•20 – 35 84 56 0,20. 1,33(0,80-2,20)
•<20 dan >35 9 11
Pendapatan
•Tinggi 75 47 0,12 1,29(0,90-1,87)
•Rendah 18 20
Riwayat KB
•Pernah KB 76 48 0,13 1,29(0,89-1,88).
•Tidak KB 17 19
Paritas
•Multipara 44 23 0,10. 1,25(0,96-1,61)
•Primipara 49 44
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengaruh variabel luar terhadap penerimaan AKDR pasca salin didapatkan tidak ada satupun
perbedaan yang bermakna.
- bertentangan dengan penelitian Yilmazel et al. (2013)  hubungan
bermakna penggunaan kontrasepsi sebelum hamil dengan keinginan
menggunakan kontrasepsi pascasalin. tingkat kepuasan penggunaan
metode sebelumnya menjadi alasan untuk menggunakan AKDR,
meningkatkan motivasi klien menggunakan AKDR pascasalin.
- Penelitian di Turki (2013) faktor usia, tingkat pendidikan dan jumlah
anak tidak berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi.
- penelitian di Malawi yang mengatakan faktor paling penting pada
pengunaan KB pascasalin termasuk usia, pendidikan, jumlah anak
yang dilahirkan, dan kunjungan oleh tenaga medis.
Tabel 3. Deskripsi variabel bebas
__________________________________________________________
Karakteristik Jumlah (N) Persentase (%)
__________________________________________________________
Konseling
•2x 80 50
•1x 80 50
Pendidikan
•Tinggi 108 67,5
•Rendah 52 32,5
__________________________________________________________
 Dari tabel 3 didapatkan gambaran konseling 2 x 80 (50%) 1x 80 (50%)
dan Pendidikan tinggi sejumlah 108 (67,5%)
Tabel 4. Pengaruh variabel bebas terhadap penerimaan AKDR pasca salin
___________________________________________________________________
Variabel Dipasang AKDR Persen Nilai P RR (95%CI)
Bebas Ya Tidak
___________________________________________________________________
Konseling
•- Dua Kali 56 24 70% 0,002 1,54 (1,15-1,99)
•- Satu Kali 37 43 46%
Pendidikan
•- Tinggi 63 45 58% 0,94 1,01(0,76-1,34)
•- Rendah 30 22. 57%
_________________________________________________________
Dari tabel 4 terlihat hubugan pengaruh variabel bebas terhadap penerimaan AKDR
pasca salin pada konseling dengan p 0,002 RR 1,54 95%CI 1,54(1,15-1,99)
• Hasil ini sesuai dengan Bima (2018) dan penelitian yang dilakukan di
Amerika Serikat  konseling yang dilakukan 2 kali sejak sebelum
persalinan dan setelah persalinan berhubungan dengan pemakaian
metode kontrasepsi bila dibandingkan dengan mereka yang tidak
mendapatkan konseling sebelum persalinan.
• memilih metode kontrasepsi yang lebih efektif.
• Konseling adalah jalan mempermudah pemahaman klien mengenai
AKDR pasca salin.
• meningkatkan pengetahuan pasien mengenai AKDR
• pendidikan tinggi (>9 tahun) yang dianggap memiliki pengetahuan
tinggi dibandingkan klien dengan pendidikan rendah (<9 tahun) tidak
bermakna dalam menerima AKDR.
• penelitian yang dilakukan di Mesir (2003) dan di India (2012) yang
mendapatkan hasil pendidikan formal meningkatkan pengetahuan
AKDR bila dibandingkan dengan yang tanpa pendidikan dan
peningkatan pengetahuan klien yang berpendidikan menengah
keatas tentang AKDR tapi tidak bermakna dalam penerimaan AKDR.
Hal ini mungkin dikarenakan klien dengan pendidikan lebih tinggi
lebih mudah memahami materi konseling yang diberikan sehingga
penerimaanya lebih tinggi, namun tidak signifikan.
Tabel 5. Pengaruh konseling terhadap penerimaan AKDR pasca plasenta yang distratifikasi
dengan pendidikan
___________________________________________________________________________
Pendidikan Penerimaan Persen RR (95% CI) Nilai P
---------------
Ya Tidak
___________________________________________________________________________
Tinggi
•Konseling 2 x 39 16 71% 1,58(1,11-2,20) 0,007
•Konseling 1 x 24 29 45%
Rendah
•Konseling 2 x 17 8 68% 1,41(0,88-2,27) 0,15
•Konseling 1 x 13 14 48%
_________________________________________________________________________
 Setelah dilakukan konseling terhadap penerimaan AKDR pasca plasenta yang distratifikasi dengan
pendidikan didapatkan hubungan yang bermakna dengan Pendidikan tinggi yang dikonseling 2x
sebanyak 71% dengan p = 0,007 RR 1,58 95%CI 1,58(1,11-2,20)
Hal ini bermakna bahwa tingkat Pendidikan klien memiliki efek positip
terhadap penerimaan konseling. Hal ini dimungkinkan karena klien
yang memiliki Pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah untuk
memahami materi konseling yang diberikan sehingga penerimaan lebih
tinggi.
Tabel 6. Analisis Multivariat regresi logistic pengaruh variabel luar terhadap hubungan antar jumlah
konseling dengan penerimaan AKDR
 _________________________________________________________________________
Variabel B p EXP(B) 95% CI for EXP(B)
__________________________________________________________________________
Jumlah Anak. 0,574 0,103 1,78 0,81 - 3,54
Konseling 0,950 0,005 2,58. 1,33 - 5,04
Pendidikan 0,341 0,390 1,41 0,65 - 3,06
Umur. 0,493 0,335 1,64 0,60 – 4,47
Konstanta -3,667
___________________________________________________________________________
Setelah dilakukan analisis multivariat regresi logistik pengaruh variabel luar terhadap hubungan
antar jumlah konseling dengan penerimaan AKDR didapatkan pada konseling p = 0,005 dengan RR
2,58 95%CI (1,33 – 5,04). Pendidikan disini dengan p 0,390 dengan RR 1,41 95%CI (0,65 – 3,06)
• Hal ini berbeda dengan penelitian Kurniawan (2016) yang
menyatakan bahwa konseling saat ANC saja tidak mempengaruhi
angka pemasangan AKDR pasca salin. Semakin sering dilakukan
konseling maka klien akan mempunyai pengertian yang lebih baik dan
memberikan pemahaman dan mudah menerima pemasangan AKDR
pasca salin. Hal ini dikarenakan klien perlu menjaga jarak kehamilan
dan perlunya metode kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan.
• Dari hasil analisis logistik regresi didapatkan bahwa penerimaan AKDR
hanya berhubungan dengan jumlah konseling
Kesimpulan :
•Klien yang dikonseling 2 kali, saat ANC dan diulang saat dirawat,
memiliki hubungan yang bermakna untuk menerima AKDR pascasalin
dibandingkan yang dikonseling 1 kali
•Pendidikan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam
penerimaan AKDR. Tapi hal ini dapat memungkinkan dengan
pendidikan lebih tinggi lebih mudah memahami materi konseling yang
diberikan sehingga penerimaanya lebih tinggi, namun tidak signifikan.
Saran :
•Untuk meningkatkan penerimaan AKDR, setiap petugas kesehatan
sebaiknya melakukan konseling 2 x sejak ANC dan diulang pada saat
pasien dirawat.
•Sosialisasi KB lebih ditingkatkan agar timbul kesadaran masyarakat
untuk ikut program KB
•Akses pelayanan makin ditingkatkan sehingga bisa menjangkau setiap
pelosok
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai