Anda di halaman 1dari 17

Hukum Bisnis

Peran Eksekutif Dalam


Menjalankan Sistem
Pemerintahan
Andika Putra Eskanugraha, S.H., M.Kn.
Triaspolitika Dan Perwujudannya

Trias Politika merupakan konsep


pemerintahan yang kini banyak dianut
diberbagai negara di aneka belahan dunia.
Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di suatu
negara tidak boleh dilimpahkan pada satu
struktur kekuasaan politik melainkan harus
terpisah di lembaga-lembaga negara yang
berbeda.
John Locke (1632-1704)
◦ Pemikiran John Locke mengenai Trias Politika ada di
dalam Magnum Opus (karya besar) yang ia tulis dan
berjudul Two Treatises of Government yang terbit tahun
1690. Dalam karyanya tersebut, Locke menyebut bahwa
fitrah dasar manusia adalah “bekerja (mengubah alam
dengan keringat sendiri)” dan “memiliki milik (property)."
Oleh sebab itu, negara yang baik harus dapat melindungi
manusia yang bekerja dan juga melindungi milik setiap
orang yang diperoleh berdasarkan hasil pekerjaannya
tersebut.
◦ Negara ada dengan tujuan utama melindungi
milik pribadi dari serangan individu lain,
demikian tujuan negara versi Locke. Untuk
memenuhi tujuan tersebut, perlu adanya
kekuasaan terpisah, kekuasaan yang tidak
melulu di tangan seorang raja/ratu. Menurut
Locke, kekuasaan yang harus dipisah tersebut
adalah Legislatif, Eksekutif dan Federatif.
Montesquieu (1689-1755)
Baron Secondat de Montesquieu

◦ Montesquieu mengajukan pemikiran politiknya


setelah membaca karya John Locke. Buah
pemikirannya termuat di dalam magnum
opusnya, Spirits of the Laws, yang terbit tahun
1748.
◦ Setelah pecah revolusi Perancis pada tahun 1789,
barulah paham mengenai kekuasaan yang tertumpuk di
tangan raja menjadi lenyap. Pada saat itu timbul
gagasan baru mengenai pemisahan kekuasaan yang
dipelopori oleh Montesquieu. Yang membagi
kekuasaan negara menjadi 3 kekuasaan yaitu :
1. Kekuasaan Legislatif (kekuasaan untuk membuat
UU).
2. Kekuasaan Eksekutif (kekuasaan untuk menjalankan
UU).
3. Kekuasaan Yudikatif (kekuasaan untuk mengawasi
dan mengadili).
◦ Lembaga eksekutif artinya lembaga yang memegang kekuasaan
pemerintahan. Lembaga ini merupakan lembaga yang paling luas
wewenang dan tugasnya dibanding lembaga negara legislatif dan
yudikatif. Lembaga inilah yang mengendalikan dan
melaksanakan pembangunan sesuai UU. Lembaga ekskutif
dipimpin oleh presiden dan wakil presiden. Presiden dan wakil
presiden juga dibantu menteri-menteri dan lembaga negara
lainnya.
◦ Lembaga legislatif adalah lembaga negara yang memegang
kekuasaan membentuk undang-undang. Lembaga ini terdiri atas
DPR, MPR, dan DPD.
◦ Lembaga yudikatif adalah lembaga yang memegang kekuasaan di
bidang kehakiman. Lembaga ini bebas dari campur tangan siapa
pun. Lembaga yudikatif juga yang menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan. Lembaga yudikatif
terdiri atas Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
Eksekutif Sebagai Pembuat Dan Pelaksanan
Regulasi Dalam Pemerintahan

◦ Kekuasaan Eksekutif adalah kekuasaan untuk


menjalankan UU. Kekuasaan menjalankan UU ini
dipegang oleh kepala negara. Kepala negara tentu
tidak dapat dengan sendirinya menjalankan segala UU
ini. Oleh karena itu kekuasaan dari kepala negara
dilimpahkannya (didelegasikannya) kepada pejabat-
pejabat pemerintah atau negara yang bersama-sama
merupakan suatu badan pelaksana UU (badan
eksekutif). Badan inilah yang berkewajiban
menjalankan kekuasaan eksekutif.
UUDN RI Tahun 1945

Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan
undang-undang kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
(2) Presiden menetapkan peraturan
pemerintah untuk menjalankan undang-
undang sebagaimana mestinya.
Pasal 20
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-
undang.
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama,
rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan
Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-undang.
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut
tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak
rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undangundang
tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
Hirarki Peraturan Perundang – Undanganan

Indonesia sebagai negara hukum berdasar pasal 1 (3) UUDN RI


Tahun 1945, mengedepankan aturan atau hukum itu sendiri
sebagai penglima. Negara dengan peraturan perundang -
undangannya, diharapkan dapat memberi keadilan bagi setiap
warga negara. Dengan banyaknya peraturan perundang
undangan dimungkinkan saling tumpang tindih diantara
peraturan tersebut. Dengan memahami hirarki (urutan atau
tingkatannya) kita dapat memilah mana peraturan yang
bertentangan dengan peraturan diatasnya ataupun suatu peraturan
yang saling tumpang tindih dengan strata yang sejajar.
UU No 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang – Undangan

Pasal 7
(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 8
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah
Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan,
Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga,
atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-
Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota,
Kepala Desa atau yang setingkat.
Pemerintah Daerah Dalam Kewenangannya
Atas Otonomi Daerah

◦ Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan


kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. (Ps 18 (2) UUDN RI Tahun 1945)

◦ Pemerintahan daerah menjalankan otonomi


seluasluasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat. (Ps 18 (5) UUDN RI Tahun 1945)

Anda mungkin juga menyukai