Pengertian Perikatan
Lahir dari PERJANJIAN atau UU (Ps 1233)
Menghasilkan “Prestasi” yang terbagi 3 jenis :
1. Memberikan sesuatu
2. Berbuat sesuatu
3. Tidak berbuat sesuatu
Pengertian prestasi adalah sesuatu yang wajib
dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. Prestasi
sama dengan objek perikatan.
Pengertian Wanprestasi adalah tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh perikatan.
Wanprestasi
Overmacht artinya keadaan memaksa. Dalam suatu
perikatan jika Debitur dikatakan dalam keadaan
memaksa sehingga tidak dapat memenuhi prestasinya,
Debitur tidak dapat dipersalahkan / di luar kesalahan
Debitur. Dengan perkataan lain Debitur tidak dapat
memenuhi kewajibannya karena overmacht bukan karena
kesalahannya akan tetapi karena keadaan memaksa, maka
Debitur tidak dapat dipertanggung gugatkan kepadanya.
Dengan demikian Kreditur tidak dapat menuntut ganti
rugi sebagaimana hak yang dimiliki oleh Kreditur dalam
wanprestasi.
Overmacht
Pasal 1244 BW:
Jika ada alasan untuk itu si berhutang harus dihukum
mengganti biaya, rugi, dan bunga, apabila ia tidak dapat
membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada waktu
yang tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan
karena suatu hal yang tak terduka, pun tidak dapat
dipertanggung jawabkan padanya, karenanya itu pun jika
itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya.
Pasal 1245 BW:
Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila
lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu
kejadianntak disengaja si berutang berhalangan
memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau
lantaran hal yang sama telah melakukan perbuatan yang
terlarang.
A. Perikatan bersyarat (voorwaardelijk)
Perikatan bersyarat adalah suatu perikatan yang digantungkan pada
suatu kejadian di kemudian hari, yang masih belum tentu akan
terjadi. Perikatan itu barulah akan lahir, apabila kejadian yang
diperkirakan itu timbul. Suatu perjanjian yang demikian itu,
menggantungkan adanya suatu perikatan pada suatu syarat yang
menunda atau mempertangguhkan (opschortende voorwaarde).
Menurut Pasal 1253 BW tentang perikatan bersyarat “suatu perikatn
adalah bersyarat mankala ia digantungkan pada suatu peristiwa
yang masih akan datang dan yang masih belum terjadi, baik secara
menangguhkan perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu,
maupun secara membatalkan menurut terjadi atau tidak terjadinya
peristiwa tersebut”.
Berdasarkan pasal ini dapat diketahui bahwa perikatan bersyarat
dapat dibedakan atas dua, yakni:
a. Perikatan dengan syarat tangguh;
b. Perikatan dengan syarat berakhir
1.Pembayaran
2.Penawaran pembayaran diikuti dengan penitipan.
3.Pembaharuan utang (inovatie)
4.Perjumpaan utang (kompensasi)
5.Percampuran utang.
6.Pembebasan utang.
7.Musnahnya barang yang terutang.
8.Kebatalan dan pembatalan perikatan-perikatan.
Adapun dua cara lainnya yang tidak diatur dalam Bab IV Buku III
KUH Perdata adalah :
9.Syarat yang membatalkan (diatur dalam Bab I).
10. Kedaluwarsa (diatur dalam Buku IV, Bab 7).
Jadi dalam BW ada sepuluh cara yang mengatur tentang hapusnya
perikatan.
Saat lahirnya suatu perjanjian
A. Teori Pernyataan (Uitings Theorie)
Menurut teori ini, kontrak telah ada/lahir pada saat
atas suatu penawaran telah ditulis surat jawaban
penerimaan. Dengan kata lain kontrak itu ada pada
saat pihak lain menyatakan penerimaan/akseptasinya.
B. Teori Pengiriman (Verzending Theori).
Menurut teori ini saat pengiriman jawaban akseptasi
adalah saat lahirnya kontrak. Tanggal cap pos dapat
dipakai sebagai patokan tanggal lahirnya kontrak.
C. Teori Pengetahuan (Vernemingstheorie).
Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada
saat jawaban akseptasi diketahui isinya oleh pihak
yang menawarkan.
D. Teori Penerimaan (Ontvangtheorie).
Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada
saat diterimanya jawaban, tak peduli apakah surat
tersebut dibuka atau dibiarkan tidak dibuka. Yang
pokok adalah saat surat tersebut sampai pada alamat
si penerima surat itulah yang dipakai sebagai patokan
saat lahirnya kontrak
Pasal 1352 KUH Perdata menentukan bahwa perikatan-perikatan
yang dilahirkan karena undang-undang sebagai akibat dari
perbuatan orang. Sehubungan dengan hal ini hendaknya
diperhatikan bahwa dari undang-undang saja tidak akan timbul
perikatan. Untuk terjadinya perikatan berdasarkan undang-undang
harus selalu dikaitkan dengan suatu kenyataan atau peristiwa
tertentu. Dengan kata lain untuk timbulnya perikatan selalu
disyaratkan terdapatnya kenyataan hukum (rechtfeit). Pembedaan
yang dilakukan oleh pasal 1352 KUH Perdata hanya dimaksudkan
untuk menjelaskan bahwa berdasarkan undang-undang dapat timbul
perikatan sebagai akibat perbuatan-perbuatan manusia dan
peristiwa hukum. Misalnya, kematian dan kelahiran.