Anda di halaman 1dari 18

Hukum Bisnis

Perikatan Yang Lahir Dari


Perjanjian dan Undang – Undang

Andika Putra Eskanugraha, S.H., M.Kn.


Perikatan adalah hubungan hukum yang
terjadi diantara dua orang (pihak) atau
lebih,yakni pihak yang satu berhak atas
prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi
prestasi.

Pengertian Perikatan
Lahir dari PERJANJIAN atau UU (Ps 1233)
Menghasilkan “Prestasi” yang terbagi 3 jenis :
1. Memberikan sesuatu
2. Berbuat sesuatu
3. Tidak berbuat sesuatu
Pengertian prestasi adalah sesuatu yang wajib
dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. Prestasi
sama dengan objek perikatan.
Pengertian Wanprestasi adalah tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh perikatan.

Akibat hukum bagi debitur yang melakukan wanprestasi adalah sebagai


berikut :
 Debitur wajib membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur
(Pasal 1243 BW).
 Apabila perikatan timbal balik, kreditur dapat menuntut pembatalan
perikatan melalui Hakim (Pasal 1266 BW).
 Dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada debitur
sejak terjadi wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2) BW).
 Debitur wajib memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau
pembatalan disertai pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 BW).
 Debitur wajib membayar biaya perkara, jika diperkarakan di Pengadilan
Negeri dan debitur dinyatakan bersalah.

Wanprestasi
Overmacht artinya keadaan memaksa. Dalam suatu
perikatan jika Debitur dikatakan dalam keadaan
memaksa sehingga tidak dapat memenuhi prestasinya,
Debitur tidak dapat dipersalahkan / di luar kesalahan
Debitur. Dengan perkataan lain Debitur tidak dapat
memenuhi kewajibannya karena overmacht bukan karena
kesalahannya akan tetapi karena keadaan memaksa, maka
Debitur tidak dapat dipertanggung gugatkan kepadanya.
Dengan demikian Kreditur tidak dapat menuntut ganti
rugi sebagaimana hak yang dimiliki oleh Kreditur dalam
wanprestasi.

Overmacht
Pasal 1244 BW:
Jika ada alasan untuk itu si berhutang harus dihukum
mengganti biaya, rugi, dan bunga, apabila ia tidak dapat
membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada waktu
yang tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan
karena suatu hal yang tak terduka, pun tidak dapat
dipertanggung jawabkan padanya, karenanya itu pun jika
itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya.
Pasal 1245 BW:         
Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila
lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu
kejadianntak disengaja si berutang berhalangan
memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau
lantaran hal yang sama telah melakukan perbuatan yang
terlarang.
A. Perikatan bersyarat (voorwaardelijk)
 Perikatan bersyarat adalah suatu perikatan yang digantungkan pada
suatu kejadian di kemudian hari, yang masih belum tentu akan
terjadi. Perikatan itu barulah akan lahir, apabila kejadian yang
diperkirakan itu timbul. Suatu perjanjian yang demikian itu,
menggantungkan adanya suatu perikatan pada suatu syarat yang
menunda atau mempertangguhkan (opschortende voorwaarde).
Menurut Pasal 1253 BW tentang perikatan bersyarat “suatu perikatn
adalah bersyarat mankala ia digantungkan pada suatu peristiwa
yang masih akan datang dan yang masih belum terjadi, baik secara
menangguhkan perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu,
maupun secara membatalkan menurut terjadi atau tidak terjadinya
peristiwa tersebut”.
 Berdasarkan pasal ini dapat diketahui bahwa perikatan bersyarat
dapat dibedakan atas dua, yakni:
a. Perikatan dengan syarat tangguh;
b. Perikatan dengan syarat berakhir

Macam – macam Perikatan


B. Perikatan Dengan ketetapan Waktu (tidjsbepaling)
 Maksud syarat “ketetapan waktu” ialah bahwa pelaksanaan perikatan itu
digantungkan pada waktu yang ditetapkan. Waktu yang ditetapkan itu adalah
peristiwa yang masih akan terjadi dan terjadinya sudah pasti, atau berupa tanggal
yang sudah tetap.
 Menurut KUHperdata pasal 1268 tentang perikatan-perikatan ketetapan waktu,
berbunyi “ suatu ketetapan waktu tidak, menangguhkan perikatan, melainkan hanya
menangguhkan pelaksanaanya”. Pasal ini menegaskan bahwa ketetapan waktu
tudak menangguhkan lahirnya perikatan, tetapi hanya menangguhkan
pelaksanaanya.Ini berarti bahwa perjajian dengan waktu ini pada dasarnya perikatan
telah lahir, hanya saja pelaksanaanya yang tertunda sampai waktu yang ditentukan.
 Perbedaan antara suatu syarat dengan ketetapan waktu ialah yang pertama, berupa
suatu kejadian atau peristiwa yang belum tentu akan terlaksana. Sedangkan yang
kedua adalah suatu hal yang pasti akan datang, meskipun belum dapat ditentukan
kapan datangnya. Misalnya meninggalnya seseorang. Contoh suatu perikatan yang
digantungkan pada suatu ketetapan waktu, banyak sekali dalam praktek seperti
perjanjian perburuhan, suatu hutang wesel yang dapat ditagih suatu waktu
setelahnya dipertunjukan dan lain sebagainya.
C. Perikatan mana suka (alternatif)
 Pada perikatan mana suka objek prestasinya ada dua macam benda.
 Menurut pasal 1272 KUHperdata tentang mengenai perikatan-perikatan
mana suka (alternatif) berbunyi, “tentang perikatan-perikatan mana suka
debitur dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu dari dua barang yang
disebutkan dalam perikatan, tetapi ia tidak dapat memaksa kreditor untuk
menerima kreditor untuk sebagian dari barang yang satu dan sebagian
dari barang yang lainnya”. Dalam perikatan alternatif ini debitur telah
bebas jika telah menyerahkan salah satu dari dua atau lebih barang yang
dijadikan alternatif pemebayaran. Misalnya, yang diajadikan alternatif
adalah dua ekor sapi atau dua ekor kerbau maka kalau debitur
menyerahkan dua ekor sapi saja debitur telah dibebaskan.
 Walaupun demikian, debitur tdak dapat memaksakan kepada kreditur
untuk menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian barang
lainnya. Jadi, debitur tidak dapat memaksa kreditor untuk menerima
seekor sapi dan seekor kerbau.
D. Perikatan Tanggung Menanggung atau Tanggung Renteng (hoofdelijk atau solidair)
 Ini adalah suatu perikatan diaman beberapa orang bersama-sama sebagai pihak yang
berhutang berhadapan dengan satu orang yang menghutangkan atau sebaliknya. Beberapa
orang bersama-sama berhak menagih suatu piutang dari satu orang. Tetapi perikatan
semacam ini, sedikit sekali terdapat dalam praktek.
 Pada dasarnya perikatan tanggung menanggung meliputi:
a.       Perikatan tanggung menanggung aktif
Perikatan tanggung menanggung aktif terjadi apabila pihak kreditor terdiri dari beberapa
orang. Hak pilih dalam hal ini terletak pada debitor. Perikatan tanggung menanggung aktif ini
dapat dilihat pada pasal 1279 menyebutkan : “ adalah terserah kepada yang berpiutang untuk
memilih apakah ia akan membayar utang kepada yang 1 (satu) atau kepada yang lainnya
diantara orang-orang yang berpiutang, selama ia belum digugat oleh salah satu. Meskipun
pembebasan yang diberikan oleh salah satu orang berpiutangdalam suatu perikatan
tanggung-menanggung, tidak dapat membebaskan siberutang untuk selebihnya dari bagian
orang yang berpiutang tersebut”.
b.      Perikatan tanggung menanggung pasif
Perikatan tanggung menanggung pasif terjadi apabila debitor terdiri dari beberapa orang.
Contoh “ X tidak berhasil memperoleh pelunasan pelunasan puitanggya dari debitor Y,
dalam hal ini X masih dapat menagih kepada debitor Z yang tanggung menanggung dengan
Y. Dengan demikian kedudukan kreditor lebih aman”.
E. Perikatan yang dapat dibagi dan perikatan yang tidak dapat
dibagi
 Suatu perikatan dikatakan dapat dibagi atau tidak dapat dibagi
jika benda yang menjadi objek perikatan dapat atau tidak dapat
dibagi menurut timbangan. Lagi pula pembagian itu tidak
boleh mengurangi hakikat dari prestasi tersebut. Jadi, sifat
dapat atau tidak dapat dibagi itu berdasarkan pada.:
a.       Sifat benda yang menjadi objek perikatan
b.      Maksud perikatannya, apakah itu dapat atau tidak
dapat dibagi.
 Persoalan dapat dibagi atau tidak dapat dibagi itu mempunyai
arti apabila dalam perikatan itu terdapat lebih dari seorang
debitor atau lebih dari seorang kreditor. Jika hanya seorang
kreditor perikatan itu dianggap sebagai tidak dapat dibagi.
F. Perikatan Dengan Penetapan Hukuman (strabeding)
Untuk mencegah jangan sampai si berhutang dengan
mudah saja melaikan kewajibannya dalam praktek
banyak dipakai perjanjian diamana siberhutang
dikenakan suatu hukuman apabila ia tidak menepati
janjinya. Hukuman itu, biasanya ditetapkan dalam suatu
jumlah uang tertentu yang sebenarnya merupakan suatu
pembayaran kerugian yang sejak semula sudah
ditetapkan sendiri oleh para pihak yang membuat
perjanjian itu. Menurut pasal 1304 tentang mengenai
perikatan-perikatan dengan ancaman hukuman, berbunyi:

“ ancaman hukuman adalah suatu ketentuan sedemikian


rupa dengan mana seorang untuk imbalan jaminan
pelaksanaan suatu perikatan diwajibkan melakukan
sesuatu manakala perikatan itu tidak dipenuhi”.
Syarat Sahnya Perjanjian
Pasal 1320 BW
1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang diperbolehkan
Catatan:
1 dan 2 merupakan syarat subjektif dengan konsekuwensi jika
tidak terpenuhi maka dapat dibatalkan (perjanjiannya)
sedangkan tidak memenuhi syarat objektif no 3 dan 4 maka
perjanjian batal demi hukum
Hapusnya Suatu Perikatan

1.Pembayaran
2.Penawaran pembayaran diikuti dengan penitipan.
3.Pembaharuan utang (inovatie)
4.Perjumpaan utang (kompensasi)
5.Percampuran utang.
6.Pembebasan utang.
7.Musnahnya barang yang terutang.
8.Kebatalan dan pembatalan perikatan-perikatan.
Adapun dua cara lainnya yang tidak diatur dalam Bab IV Buku III
KUH Perdata adalah :
9.Syarat yang membatalkan (diatur dalam Bab I).
10. Kedaluwarsa (diatur dalam Buku IV, Bab 7).
Jadi dalam BW ada sepuluh cara yang mengatur tentang hapusnya
perikatan.
Saat lahirnya suatu perjanjian
A. Teori Pernyataan (Uitings Theorie)
Menurut teori ini, kontrak telah ada/lahir pada saat
atas suatu penawaran telah ditulis surat jawaban
penerimaan. Dengan kata lain kontrak itu ada pada
saat pihak lain menyatakan penerimaan/akseptasinya.
B. Teori Pengiriman (Verzending Theori).
Menurut teori ini saat pengiriman jawaban akseptasi
adalah saat lahirnya kontrak. Tanggal cap pos dapat
dipakai sebagai patokan tanggal lahirnya kontrak.
C. Teori Pengetahuan (Vernemingstheorie).
Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada
saat jawaban akseptasi diketahui isinya oleh pihak
yang menawarkan.
D. Teori Penerimaan (Ontvangtheorie).
Menurut teori ini saat lahirnya kontrak adalah pada
saat diterimanya jawaban, tak peduli apakah surat
tersebut dibuka atau dibiarkan tidak dibuka. Yang
pokok adalah saat surat tersebut sampai pada alamat
si penerima surat itulah yang dipakai sebagai patokan
saat lahirnya kontrak
 Pasal 1352 KUH Perdata menentukan bahwa perikatan-perikatan
yang dilahirkan karena undang-undang sebagai akibat dari
perbuatan orang. Sehubungan dengan hal ini hendaknya
diperhatikan bahwa dari undang-undang saja tidak akan timbul
perikatan. Untuk terjadinya perikatan berdasarkan undang-undang
harus selalu dikaitkan dengan suatu kenyataan atau peristiwa
tertentu. Dengan kata lain untuk timbulnya perikatan selalu
disyaratkan terdapatnya kenyataan hukum (rechtfeit). Pembedaan
yang dilakukan oleh pasal 1352 KUH Perdata hanya dimaksudkan
untuk menjelaskan bahwa berdasarkan undang-undang dapat timbul
perikatan sebagai akibat perbuatan-perbuatan manusia dan
peristiwa hukum. Misalnya, kematian dan kelahiran.

Perikatan Yang Lahir dari UU


 PMH berasal dari perikatan yang lahir dari undang-undang,
sedangkan wanprestasi lahir dari perikatan karena perjanjian.
 Akibat hukum PMH adalah pemulihan keadaan seperti semula
dan ganti rugi, sedangkan akibat hukum dari wanprestasi
adalah pelaksanaan prestasi dan ganti rugi.
 Bentuk PMH adalah perbuatan melawan kewajiban hukumnya,
atau melanggar hak subjektif orang lain, atau melanggar
kesusilaan atau melanggar kepatutan, ketelitian, dan kehati-
hatian. Sedangkan bentuk wanprestasi adalah keterlambatan,
tidak sesuai dengan isi perjanjian atau tidak melaksanakan
perjanjian.

Perbedaan Wanprestasi dengan


Perbuatan Melawan Hukum

Anda mungkin juga menyukai