Anda di halaman 1dari 16

Asuhan Keperawatan

Pada ODHA
LIZA NOVITASARI WIJAYA
STIKES MADANI YOGYAKARTA
VCT dan Dasar Konseling
o Voluntary Counseling and Testing (VCT) adalah konseling dan tes HIV sukarela yang
merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat sebagai awal penanganan HIV dan
AIDS berkelanjutan.
o VCT dilakukan berdasarkan kebutuhan klien baik yang HIV positif maupun negatif.
o Layanan ini termasuk pencegahan primer melalui konseling dan KIE (komunikasi,
informasi, dan edukasi) seperti pemahaman HIV, pencegahan penularan dari ibu ke anak
(Prevention of Mother To Child Transmission – PMTCT) dan akses terapi infeksi
oportunistik, seperti tuberkulosis (TBC) dan infeksi menular seksual.
o Adapun sifat dari Tes HIV antara lain:
o Sukarela, yang berarti bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan atas
kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan / tekanan orang lain.
o Rahasia, yang berarti apa pun hasil tes ini nantinya (baik positif maupun negatif) hasilnya hanya boleh
diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan.
o Mengingat begitu pentingnya untuk memperhatikan Hak Asasi Manusia di dalam masalah tes HIV ini,
maka untuk orang yang akan melakukan tes harus disediakan jasa konseling, yaitu:
o Konseling Pre-Test
Konseling pre-test yang berarti konseling yang dilakukan sebelum darah seseorang yang menjalani tes itu
diambil. Konseling pre-tes juga bermanfaat untuk meyakinkan orang terhadap keputusan untuk melakukan
tes atau tidak, serta mempersiapkan dirinya bila hasilnya nanti positif.
o Konseling Post-Test
Konseling post- test sangat penting untuk membantu mereka yang hasilnya HIV positif agar dapat
mengetahui cara menghindari penularan pada orang lain, serta untuk bisa mengatasi dan menjalin hidup
secara positif. Bagi mereka yang hasilnya HIV negatif, konseling post-test bermanfaat untuk memberitahu
tentang cara-cara mencegah infeksi HIV di masa datang.
Pengkajian dan Masalah
Keperawatan
o Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS, sejalan dengan
penurunan derajat imunitas pasien. Terjadi penurunan imunitas tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, faktor yang penting menjadi perhatian tenaga kesehatan adalah stresor
psikososial. Reaksi pertama kali yang ditunjukkan setelah didiagnosis mengidap HIV
adalah menolak (denial) dan shock (disbelief). Mereka beranggapan bahwa sudah tidak
ada harapan lagi dan merupakan penderitaan sepanjang hidupnya.
Masalah
Masalah Fisik Masalah Psikologis Masalah Sosial
Ketergantungan
• Sistem Pernapasan: • Intergritas Ego: • Perasaan minder dan tak • Perasaan membutuhkan
Dyspnea, TBC, Perasaan tak berdaya/ berguna di masyarakat pertolongan orang lain
Pneumonia) putus asa Interaksi Sosial:
• Sistem Pencernaan • Faktor stress: baru/ lama • Perasaan terisolasi/
(Nausea-Vomiting, • Respons psikologis: ditolak
Diare, Dysphagia, BB Denial, marah, Cemas,
turun 10%/3 bulan) irritable
• Sistem Persarafan:
letargi, nyeri sendi,
encepalopathy.
• Sistem Integumen:
Edema yg disebabkan
Kaposis Sarcoma, Lesi
di kulit atau mukosa,
Alergi.
• Lain – lain : Demam,
Risiko menularkan
o Pada klien dengan HIV/AIDS, bisa ditemukan beberapa diagnosis keperawatan dan masalah kolaboratif,
antara lain: Risiko komplikasi / Infeksi skunder: Wasting sindrom, keganasan (misalnya sarkoma kaposi,
limfoma) meningitis, infeksi oportunistik (misalnya kandidiasis, sitomegalovirus, herpes, pneumocystis
carinii pneumonia).
o Beberapa diagnosa yang bisa ditegakkan pada ODHA adalah :
o Intoleransi aktifitas berhubungan dengan: kelemahan, kelelahan, efek samping pengobatan, demam,
malnutrisi, gangguan pertukaran gas (sekunder terhadap infeksi paru atau keganasan).
o Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: penurunan energi, kelelahan, infeksi respirasi,
sekresi trakheobronkhial, keganasan paru, pneumothoraks.
o Kecemasan berhubungan dengan: prognosis yang tidak jelas, persepsi tentang efek penyakit dan
pengobatan terhadap gaya hidup.
o Gangguan gambaran diri berhubungan dengan: penyakit kronis, alopesia, penurunan berat badan, dan
gangguan seksual.
o Koping tidak efektif berhubungan dengan: kerentanan individu dalam situasi krisis (misalnya penyakit
terminal).
o Harga diri rendah (kronik, situasional) berhubungan dengan penyakit kronis, krisis situasional.
Penatalaksanaan pada ODHA
o Pasien yang didiagnosis dengan HIV mengalami stres persepsi (kognisi: penerimaan diri, sosial,
dan spiritual) dan respons biologis selama menjalani perawatan di rumah sakit dan di rumah
(home care). Peran perawat dalam perawatan pasien terinfeksi HIV adalah melaksanakan
pendekatan Asuhan Keperawatan agar pasien dapat beradaptasi dengan cepat. Peran tersebut
meliputi:
o Perawatan Fisik
o Memfasilitasi strategi koping
o Dukungan sosial.
o Dukungan spiritual
A. Perawatan Fisik
o Aspek perawatan fisik meliputi (a) universal precautions; (b) Pengobatan Infeksi Skunder dan Pemberian ARV; (d)
Pemberian Nutrisi; dan (e) aktifitas dan istirahat.

Universal Precautions
o Adalah suatu pedoman untuk mencegah transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan cairan tubuh, baik dari pasien
ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya.
o Tindakan pencegahan universal meliputi : mencuci tangan, menggunakan APD, pengelolaan limbah medis,
pengelolaan linen, pemeliharaan kebersihan layanan kesehatan

Peran Perawat dalam Pemberian ARV


o Pemantauan konsumsi ARV tanpa putus

o Pertimbangan memilih obat, yaitu memilih obat berdasarkan jadwal kerja dan pola hidup.

o Efek samping jangka pendek adalah: mual, muntah, diare, sakit kepala, lesu dan susah tidur. Jangka Panjang adalah
gangguan pada hati, ginjal, dan syaraf. Efek samping pada wanita lebih berat dari pada pada laki-laki, salah satu cara
mengatasinya adalah dengan menggunakan dosis yang lebih kecil. Beberapa wanita melaporkan menstruasinya lebih
berat dan sakit, atau lebih panjang dari biasanya, namun ada juga wanita yang berhenti sama sekali menstruasinya.
o Kiat untuk rutin meminum obat :
o Minumlah obat pada waktu yang sama setiap hari,
o Harus selalu tersedia obat di tempat manapun biasanya pasien berada, misalnya di kantor, di rumah,
o Bawa obat kemanapun pergi (di kantong, tas, dll asal tidak memerlukan lemari es)
o Pergunakan peralatan (jam, HP yang berisi alarm yang bisa diatur agar berbunyi setiap waktunya minum obat

o Pemenuhan nutrisi yang cukup

o Aktivitas olahraga untuk meningkatkan imunitas dan istirahat cukup.

B. Memfasilitasi strategi Koping


o Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan individu untuk menghadapi perubahan yang diterima. Apabila
mekanisme koping berhasil, maka orang tersebut akan dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut.
o Koping yang efektif menempati tempat yang central terhadap ketahanan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap
gangguan maupun serangan suatu penyakit baik bersifat fisik maupun psikis, sosial, spiritual. Perhatian terhadap koping
tidak hanya terbatas pada sakit ringan tetapi justru penekanannya pada kondisi sakit yang berat
o Strategi Koping (cara penyelesaian masalah) :
o Koping Negatif, yaitu penyangkalan, menyalahkan diri sendiri, pasrah
o Koping Positif, yaitu pikiran positif, mencari tahu informasi, mengontrol diri, dapat merawat diri sendiri,
menenukan makna penyakit.
C. Dukungan Sosial
o Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada ODHA yang kondisinya sudah sangat parah. Individu
yang termasuk dalam memberikan dukungan sosial meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak,
sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor.
o Dukungan sosial dapat berupa :
o Dukungan emosional, mengcakup dukugan emosi, kepedulian dan perhatian terhadap yang
bersangkutan
o Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat/ positif, dukungan untuk maju
o Dukungan instrumental, mencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang, kepada
orang yang membutuhkan atau menolong dengan memberi pekerjaan pada orang yang tidak punya
pekerjaan.
o Dukungan Informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.
D. Dukungan Spiritual

Asuhan keperawatan pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien terhadap sakit yang
dideritanya. Sehingga ODHA akan dapat menerima dengan ikhlas terhadap sakit yang dialami dan mampu
mengambil hikmah. Asuhan keperawatan yang dapat diberikan adalah:
o Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan. Perawat harus meyakinkan
kepada pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan, misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan
pasien untuk berobat.
o Pandai mengambil hikmah. Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada
pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya.
o Ketabahan hati, Perawat dapat menguatkan diri pasien dengan memberikan contoh nyata dan atau
mengutip kitab suci; bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan kepada umatNYA, melebihi
kemampuannya (Al. Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang diberikan pasti
mengandung hikmah, yang sangat penting dalam kehidupannya.
Askep pada Ibu Hamil dengan
HIV/AIDS
o Pada ibu hamil dengan HIV mempunyai berbagai komplikasi kehamilan yang diantaranya
adalah; adanya ruptur saat persalinan, bayi lahir cacat, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), bayi
lahir prematur dan janin tertular HIV.
o Gejala fisik yang muncul selama kehamilan pada ibu dengan HIV/ AIDS adalah
ketidaknyamanan perinatal antara lain karena keletihan yang hebat, anoreksia, dan penurunan
berat badan. Sedangkan dampak psikologis, dimana kondisi yang dialaminya bisa
menyebabkan, anxietas, depresi hingga distress janin.
o Syarat ODHA yang ingin hamil yaitu jika viral load sudah tidak terdeteksi. Selain itu CD4 nya
berada di rentang 500 - 1500
oTata laksana pada Ibu Hamil adalah :
o Pendampingan dari perencanaan hamil, selama kehamilan, hingga perencanaan kelahiran.
o Kaji gejala fisik yang muncul selama kehamilan dan pengobatan pendamping.
o Pemantauan nutrisi, stressor, aktivitas dan istirahat
o Dukungan sosial dan emosional dari keluarga.
Askep pada Anak dengan
HIV/AIDS
o Bayi yang lahir dari ibu dengan HIV/AIDS harus segera dilakukan tes serologi maupun virologi.

o Angka kematian bayi dengan dengan infeksi sangat tinggi, terutama pada daerah dengan tingkat
HIV/AIDS tinggi dan faskes yang kurang memadai.
o Tata laksana setelah diagnosis ditegakan adalah :
o Kaji kebutuhan nutrisi dan pertumbuhan serta kebutuhan intervensinya
o Pemberian vitamin A berkala
o Kaji status imunisasi
o Kaji tanda dan gejala infeksi oportunistik dan pajanan TB. Bila dicurigai terdapat infeksi
oportunistik, lakukan diagnosis dan pengobatan profilaksis sebelum pemberian ART.
o Bayi yang lahir dari ibu dengan HIV/AIDS harus segera dilakukan tes serologi maupun virologi.

o Angka kematian bayi dengan dengan infeksi sangat tinggi, terutama pada daerah dengan tingkat
HIV/AIDS tinggi dan faskes yang kurang memadai.
o Tata laksana setelah diagnosis ditegakan adalah :
o Kaji kebutuhan nutrisi dan pertumbuhan serta kebutuhan intervensinya
o Pemberian vitamin A berkala
o Kaji status imunisasi
o Kaji tanda dan gejala infeksi oportunistik dan pajanan TB. Bila dicurigai terdapat infeksi oportunistik,
lakukan diagnosis dan pengobatan profilaksis kotrimoksazol sebelum pemberian ART.
o lakukan pengkajian imun secara berkala
o Kaji apakah anak sudah memenuhi kriteria penerima ARV
o Kaji tingkat pengetahuan keluarga, pola pengasuhan dan kebutuhan ekonomi.
o Kaji hasil pengobatan dan efek samping.
TUGAS :
BUATLAH ARTIKEL TENTANG PENCEGAHAN
PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER PADA HIV/AIDS

Jazakillahu Khoir

Anda mungkin juga menyukai