Anda di halaman 1dari 27

Keperawatan

HIV/AIDS
Liza Novitasari Wijaya
STIKes MADANI YOGYAKARTA
Learning Outcome
1. Melakukan asuhan keperawatan pada kasus dengan HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA
2. Melakukan simulasi pendidikan kesehatan pada kasus dengan HIV/AIDS dan penyalahgunaan
NAPZA
3. Mengintegrasikan hasil penelitian yang berhubungan dengan kasus HIV/AIDS dan
penyalahgunaan NAPZA
4. Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada kasus dengan HIV/AIDS dan
Penyalahgunaan NAPZA
5. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada pada kasus dengan HIV AIDS dan
penyalahgunaan NAPZA
Epidemiologi Global HIV AIDS
Pengertian dan Kecenderungan HIV AIDS

Click to edit Master text styles Third level Fifth level


Second level Fourth level
• HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel
darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
• AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome ) adalah sekumpulan gejala yang
timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV.
• Penderita HIV AIDS memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk
menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh agar tidak masuk ke dalam stadium
AIDS, sedangkan penderita AIDS membutuhkan pengobatan ARV untuk menjegah
terjadinya infeksi oportunistik dalam berbagai komplikasinya.

Sumber : Infodatin, 2019


Cara Penularan
HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari
orang yang terinfeksi, seperti darah, ASI (Air Susu Ibu), semen dan
cairan vagina. HIV juga dapat ditularkan dari seorang ibu ke
anaknya selama kehamilan dan persalinan.
Orang tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari-hari seperti
mencium, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagai benda pribadi,
makanan atau air.

Sumber : Infodatin, 2019


Patofisiolosi HIV AIDS
Transmisi dan Fase Infeksi

Patofisiologi HIV
Click to edit Master text(human
styles immunodeficiency virus)
Third level dimulai dari Fifth level
transmisi
Secondvirus
level ke dalam tubuh yang menyebabkan Fourthinfeksi
level yang
terjadi dalam 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).

Transmisi HIV
Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port d’entree yang
terdapat pada tubuh. Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan
menempel pada reseptor CD4 melalui pembungkus glikoprotein.
Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-
transcriptase, memungkinkan terbentuknya DNA-copy, untuk
terbentuk dari RNA-virus. Virus kemudian menempel dan
merusak CD4, sehingga terjadi deplesi nilai CD4 dalam darah,
seiring dengan terjadinya peningkatan replikasi virus yang
Fase Infeksi HIV
Infeksi HIV terdiri dari 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan AIDS.

• Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi
viremia plasma dengan penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari
setelah virus masuk melalui mukosa tubuh. Kondisi ini dapat bertahan
selama beberapa minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak
spesifik, umumnya berupa demam, flu-like syndrome, limfadenopati dan
ruam-ruam. Kemudian, keluhan akan berkurang dan bertahan tanpa gejala
mengganggu. Pada masa ini, umumnya akan mulai terjadi penurunan nilai
CD4, dan peningkatan viral-load.
• Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan
darah. Penderita infeksi HIV dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun
walau tanpa intervensi pengobatan. Pada fase ini, replikasi virus terus
berjalan, virulensi tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan CD4
Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar
yang tinggi. CD4 dapat menurun hingga lebih rendah dari 200/µl.

Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi


oportunistik ini bersifat berat, meliputi dan mengganggu berbagai
fungsi organ dan sistem dalam tubuh. Menurunnya CD4
mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi keganasan
Data HIV AIDS Di Dunia

Sumber : Infodatin, 2019


Jumlah Kasus HIV AIDS Di Indonesia

Sumber : Infodatin, 2019


Laporan Jumlah
Penderita HIV Di
Provinsi

Sumber : Infodatin, 2019


Perilaku Seks yang tidak sehat
Pemakaian alat suntik lainnya (Tatto, Tindik, Donor darah
tidak steril)
Bayi yang ditularkan dari ibu yang terinfeksi
Sumber : Infodatin, 2019
Susilowati, 2010
Perubahan Aspek HIV AIDS
Aspek Fisik, Psiko, Sosial, dan Spiritual

Click to edit Master text styles Third level Fifth level


Perubahan Aspek
Second level Perubahan Aspek Psikologis :
Fourth level

Fisik : 1. Rasa Sedih


1. Diare 2. Putus Asa
Berkepanjangan 3. Menarik Diri
2. Penurunan Berat 4. Kehilangan Motivasi
Badan 5. Keinginan Bunuh Diri
3. Herpes 6. Pada tahap lanjutan, respon setelah lama
4. Penyakit Infeksi terinfeksi AIDS adalah penerimaan diri dan
lainnya peningkatan Motivasi
Sumber : Amalia, R . 2018
Aspek Sosial Aspek Spiritual
1. Perubahan respon 1. Refleksi kehidupan (Kebutuhan
keluarga berbicara dengan seseorang tentang
2. Ketidakterimaan Status makna kehidupan, ketakutan akan
kematian dan kehidupan setelah
3. Stigma dari masyarakat kematian)
4. Menarik Diri 2. Kedamaian Lingkungan
3. Pendekatan dengan tuhan
Diagnosis
Pemeriksaan untuk diagnostic HIV dilakukan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penularan atau
peningkatan kejadian infeksi HIV, berdasarkan prinsip :

 Konfidensialitas (kerahasiaan)
 Persetujuan
 Konseling
 Pencatatan
 Pelaporan
 rujukan
Lanjutan…
Prinsip konfidensialtas artinya hasil pemeriksaan harus dirahasiakan dan hanya dapat
dibuka kepada :

• Orang/pasien yang bersangkutan


• Tenaga Kesehatan yang menangani
• Keluarga terdekat dalam hal yang bersangkutan tidak cakap
• Pasangan seksual
• Pihak lain yang sesuai ketentuan
Konseling
Pemeriksaan diagnostic HIV dilakukan melalui KTS (Konseling dan Tes HIV sukarela /
VCT : Voluntary conseling Testing) dan TIPK (Tes HIV atas Inisiatif Pemberi
Pelayanan Kesehatan / PITC : Provider Initiative Testing dan Conseling)

KTS Proses konseling sukareta dan tes HIV atas inisiatif individu yang bersangkutan

TIPK adalah tes HIV dan konseling yang dilakukan kepada seseorang untuk
kepentingan Kesehatan dan pengobatan berdasarkan insiatif dari pemberi pelayanan
kesehatan
Diagnosis Klinis Diduga AIDS
Bila :
Batuk lebih dari 2-3 minggu
Penurunan berat badan menylok > 10%
Panas > 1 bulan
Diare > 1 bulan
Herpes zozter yang luas, sering kambuh
Sariawan rekuren dan berat
Penyakit kulit (dermatitir, psoriasis)
Infeksi jamur kambuhan (kandidiasis vagina/keputihan)
Pneumonia berat berulang
TBC
Riwayat perilaku seksual, Riwayat narkoba, Riwayat tranfusi
Riwayat pekerjaan : pelaut, supir truk, istri dari suami yang berprofesi serupa
Riwayat perilaku beresiko
Diagnosis Laboratorium
• Serologi/deteksi antibody : rapid test, ELISA (Enzyme-linked immunosorbent
assay), western Blot (untuk konfirmasi
• Deteksi virus : RT-PCR, antigen P-24
• Pemeriksaan penjunjang lainnya :
• Sinar X dada
• Tes Fungsi Pulmonal
• Biopsi
• EEG,MRI,CT Scan Otak, EMG
• dll
Indikasi dilakukan tes
laboratorium
• Pasien yang secara klinis curiga AIDS
• Orang dengan resiko tinggi
• Pasangan infeksi menular seksual
• Pasangan seks atau anak dari pasien positif HIV

• Sebelum tes harus dilakukan konseling dahulu an harus menandatangani surat


persetujuan (inform consent)

• Konseling dapat dilakukan di klinik VCT oleh konselor terlatih dan di tempat
praktek, puskesmas oleh petugas Kesehatan terlatih
Penanggulangan HIV AIDS
• Promosi Kesehatan
• Pencegahan Penularan HIV
• Pengobatan, perawatan dan dukungan
• Rehabilitasi
Pengobatan, Perawatan dan
Dukungan
• Setiap fasilitas pelayanan Kesehatan dilarang menolak pengobatan dan
perawatan ODHA, jika fasilitasi yang ada tidak mampu maka penderita harus
dirujuk
• Setiap orang yang terinfeksi HIV diregistrasi secara nasional
• Pengobatan HIV bertujuan untuk mengurangi resiko penularan HIV,
menghambat pemburukan infeksi oportunisktik dan meningkatkan kualitas
hidup pengidap HIV
• Pengobatan HIV dan AIDS dilakukan dengan 3 cara : terapeutik, profilaksis
dan penunjang
Pengobatan
• Pengobatan terapeutik : meliputi pengobatan ARV (Anti Rero
Viral), pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual) dan
pengobatan infeksi oportunistik
• Pengobatan profilaksis : pemberian ARV pasca pajanan dan
pemberian kotrimoksasol untuk terapi dan profilaksis
• Pengobatan penunjang : tatalaksana gejala (multivitamin,
dukungan nutrisi, Pendidikan Kesehatan, pencegahan komplikasi
dan infeksi oportunistik, perawatan paliatif, dukungan prikologi
Kesehatan)
Lanjutan…
• Diberikan setelah mendapatkan konseling, mempunyai pengingat minum
obat (PMO) dan pasien setuju patuh terhadap pengobatan seumur hidup
• Indikasi :
• Jika penderita HIV yang telah menunjukkan tanda tanda Kesehatan fisik
menurun atau jumlah sel limfosit T CD4 < 350 sel/mm3
• Ibu hamil dengan HIV
• Penderita HIV dengan Tuberkulosis
Jangan memulai ARV Jika
• Pasien tidak memiliki motivasi
• Pengobatan tidak dapat diteruskan seumur hidup
• Pengobatan tidak dapat dimonitor
• Penderita mengalami gangguan fungsi ginjal/hati berat
• Adanya penyakit oportunistik/infeksi oportunistik yang tidak dapat
disembuhkan, mis; limfoma maligna
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai