Anda di halaman 1dari 15

Konsep Pemberi

Pelayanan Kesehatan
Primer (PPKP)
Kelompok 2
Wulan Elistia 1910070160005
Evrinda Antika 1910070160003
Zahra Wulandari 1910070160001
PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
● “ Primary Health Care “adalah Pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metoda dan teknologi praktis, ilmiah, dan sosial Yang dapat diterima oleh
umum ( masyarakat, keluarga, dan individu ) melalui peranserta mereka
sepenuhnya serta dengan biaya yang terjangkau “

● Pelayanan kesehatan primer (PHC) adalah strategi yang dapat dipakai untuk
menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk
(Lancaster.J dan Stanhope.M, 1997).

● Pelayanan primer berfokus pada pelayanan kesehatan individual, sedangkan


pelayanan kesehatan primer berfokus pada perbaikan kesehatan dari seluruh
populasi (Perry, Potter. 2009).
4,498,300,000
Big numbers catch your audience’s
attention
PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN
PRIMER (PPKP) BERFUNGSI SEBAGAI
GATEKEEPER

Dalam pelaksanaan pelayanan primer harus berfungsi sebagai


gatekeeper yaitu penapis rujukan serta kendali mutu dan kendali biaya
dalam pelaksanaanj aminan kesehatan.

Pemberi Pelayanan kesehatan primer adalah penyelenggara pelayanan


kesehatand asars ebagaik ontak pertama pada pelayanan kesehatanf
ormal dan penapis rujukan sesuai dengan standar pelayanan medik
JENIS PELAYANAN PADA
PPKP
PERPRES NO. 12/2013, Psl22 ayat(1)

Pelayanan kesehatan yang dijamin terdiri atas:


Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik
yang mencakup:
● Administrasi pelayanan
● Pelayanan promotif dan preventif
● Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
● Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun nonoperatif
● Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
● Transfusi darahs esuai dengan kebutuhan medis
● Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratoriumt ingkat pratama
● Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.
TUJUAN PHC

Tujuan Umum Tujuan Khusus


Mencoba menemukan kebutuhan 1) pelayanan harus mencapai
masyarakat terhadap pelayanan keseluruhan penduduk yang dilayani
yang diselenggarakan sehingga 2) pelayanan harus dapat diterima oleh
akan dicapai tingkat kepuasaan penduduk yang dialami
pada masyarakat yang menerima 3) pelayanan harus berdasarkan
pelayanan. kebutuhan medis dari populasi yang
dilayani
4) pelayanan harus secara maksimum
menggunakan tenaga dan sumber-
sumber daya lain dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat.
PRINSIP PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC
sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua.
Lima prinsip PHC sebagai berikut :

a. Pemerataan upaya kesehatan Distribusi perawatan kesehatan


menurut prinsip ini yaitu perawatan primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan
utama dalam masyarakat harus diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin,
usia, kasta, warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.

b. Penekanan pada upaya preventif Upaya preventif


adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta individu agar berprilaku sehat serta mencegah
berjangkitnya penyakit.

c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan


Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan diterima budaya
masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold storage).
PRINSIP PHC
Lanjutan..
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari lokal, nasional dan sumber daya
yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab atas
kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam
pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan. Masyarakat
perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat
lingkungan atau desa karena masalah heterogenitas yang minim.

e. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan


Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya dalam sektor kesehatan formal; sektor lain
yang sama pentingnya dalam mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup,
sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan), pendidikan, komunikasi (misalnya menyangkut masalah
kesehatan yang berlaku dan metode pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum (misalnya
menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar) ; pembangunan perdesaan; industri; organisasi
masyarakat (termasuk Panchayats atau pemerintah daerah , organisasi-organisasi sukarela , dll).
PROGRAM-PROGRAM PHC

1. Asuransi kesehatan 7. Upaya promotif dan


2. Pos obat desa (POD) preventif
3. Tanaman obat keluarga 8. Pelayanan kesehatan
(TOGA) dasar
4. Pos kesehatan 9. Tenaga kesehatan
5. Kemitraan dengan sukarela
sector diluar kesehatan 10.Kader kesehatan
6. Peningkatan 11.Kegiatan peningkatan
pemberdayaan pendapatan
masyarakat (perkreditan, perikanan,
industri rumah tangga)
ELEMEN PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :

1 2 3
Pendidikan mengenai masalah kesehatan Peningkatan penyedediaan makanan Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
dan cara pencegahan penyakit serta dan perbaikan gizi
pengendaliannya

4 5 6
Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Imunisasi terhadap penyakit-penyakit Pencegahan dan pengendalian penyakit
KB infeksi utama endemic setempat

7 8
Pengobatan penyakit umum dan ruda Penyediaan obat-obat essensial
paksa
FUNGSI PHC PHC
hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:

Pencegahan
penyakit
Diagnosis dan
pengobatan

Pemeliharaan
kesehatan

Pelayanan
tindak
lanjut

Pemberian
sertifikat
KOMPENSASI
PPKP
Kompensasi:
Adalah penghargaan berbentuk finansial ● Kompensasi langsung biasanya berbentuk
(uang) dan non-finansial (bukan uang) pendapatan per periodik (pendapatan dasar
yang langsung dan tidak langsung plus insentif yang terkait dengan
diberikan kepada seseorang sebagai produktivitas), sedangkan,
● kompensasi tidak langsung berbentuk
imbalan untuk suatu pekerjaan, dengan
manfaat/imbalan tambahan yang punya nilai
mempertimbangkan nilai pekerjaaan ekonomi (fringe benefits), misalnya: tunjangan
tersebut serta kontribusi dan kinerja kesehatan, jamsostek, THR, bonus tahunan,
seorang dalam melaksanakan pekerjaan mobil perusahaan, program kepemilikan
tersebut. rumah, tunjangan telepon seluler, dan lain-lain.
Perspektif Dokter dan Perspektif Kebijakan Publik terhadap Kompensasi
Perspektif Dokter
Menarik untuk mengetahui perspektif dokter tentang bagaimana seharusnya dokter dibayar dan apa alasannya. Berikut
ini berbagai pandangan para dokter tentang kompensasi yang dihimpun dari berbagai sumber:

1. Dokter seyogianya dibayar sepadan dengan pola pendidikannya yang lebih lama dari profesi lain, dan sepadan
dengan kewajiban belajar sepanjang hayat untuk memelihara dan mengembangkan keterampilan dan
pengetahuannya. Kewajiban ini tidak ada pada profesi lain.
2. Dokter seyogianya dibayar lebih tinggi karena jam kerja dokter umumnya lebih tinggi dari jam kerja profesi lain.
3. Dokter yang menghasilkan pelayanan bermutu tinggi seyogianya dibayar lebih banyak dibandingkan dokter yang
menghasilkan layanan yang berkualitas rendah.
4. Dokter yang menghasilkan kuantitas layanan banyak seyogianya dibayar lebih banyak dibandingkan dokter yang
menghasilkan pelayanan yang lebih sedikit.
5. Pelayanan berupa prosedur atau tindakan medis seyogianya bukan satu-satunya faktor penentu bahwa dokter
dibayar lebih dari dokter lainnya.
6. Cara pembayaran profesi dokter seyogianya tidak mengurangi otonomi profesi dokter dan tidak membatasi
kebebasan profesi dokter dalam memilih dan memberi layanan medik yang dibutuhkan pasiennya.
7. Kompensasi yang diberikan pada profesi dokter seyogianya bukan bersadarkan status kepegawaian, kepangkatan
atau institusi tempat dokter bekerja.
Perspektif Dokter dan Perspektif Kebijakan Publik terhadap Kompensasi
Perspektif Kebijakan Publik
1. Pembayaran dokter hendaknya tidak menjadi hambatan bagi individu pasien untuk memperoleh pelayanan kesehatan
yang dibutuhkannya.
2. Jasa profesi dokter seyogianya mempertimbangkan kemampuan masyarakat (ability to pay) dan kemauan
masyarakat (willingness to pay) membayar pelayanan kesehatan, dan nilainya seyogianya wajar, masuk akal, dan
berkeadilan.
3. Keseimbangan pendapatan antar-dokter dan antar-spesialisasi seyogianya dapat mendorong terwujudnya piramida
pelayanan kesehatan (primary, secondary & tertiary care).
4. Keseimbangan pendapatan dokter antar-wilayah seyogianya dijaga agar pemerataan distribusi dokter di Indonesia
dapat terwujud.
5. Kompensasi dokter integral dengan produktivitas dokter dan seyogianya dihitung berdasarkan kerja dokter dalam
menjalankan praktik kedokteran dengan mempertimbangkan karakteristik profesi dokter, waktu dan intensitas kerja
dokter, dan kontribusi dokter dalam pembangunan kesehatan.
6. Metode pembayaran dokter seyogianya dapat mendorong peningkatan efisiensi dan efektivitas pelayanan kedokteran
bagi sebesar-besarnya kepentingan individu pasien, dokter dan pembayar.
7. Metode untuk menentukan kompensasi dokter seyogianya mempertimbangkan produktivitas dan mutu layanan,
mudah diterapkan, transparan dan akuntabel.
8. Kompensasi dokter dipengaruhi hukum ekonomi (supply and demand), sehingga harus dikawal dengan regulasi
untuk menjamin ketersediaan dan distribusi dokter di seluruh wilayah Indonesia.
9. Dokter seyogianya menerima kompensasi yang seimbang dengan trias peran dokter (agent of change, angent of
development & agent of treatment) yang sangat strategis dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan
kesehatan nasional.
Terima Kasih

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai