Anda di halaman 1dari 13

Nama Kelompok 2 :

 Deka agustin (19.14201.30.08)


 Nur wahyuni (19.14201.30.10)
 Fajar Eka Susanti (19.14201.30.13)
 Dinda Miranda (19.14201.30.15)
Uztazhar anugrah (19.14201.30.17)

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa I

Dosen Pengampu :
Ns. Mareta Akhriansyah, S.Kep., M.Kes., M.Kep
Ns. Raden Surahmat, S.Kep., M.Kes., M.Kep
Pengertian Konsep Dasar Etika
Keperawatan

Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk


ekspresi bagaimana perawat seharusnya mengatur diri
sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan. Aspek legal etik keperawatan adalah aspek
aturan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur
dalam Undang-Undang keperawatan.
Nilai-Nilai Yang Melandasi Etika Keperawatan

Nilai-nilai yang melandasi etika keperawatan yang mengacu pada Canadian Nurses
Association 1997 yang dapat digunakan untuk melandasi terapi keluarga yang diberikan
secara universal (Yani, dkk 2002) :
a. Health and well being
b. Choise
c. Dignity
d. Confidentiality
e. Fairness
f. Accountability
g. Practice environments conductive to safe, competent and ethical care

Selain nilai-nilai yang melandas etik, prinsip yang melandasi etik perlu diketahui oleh
perawat mental psikiatri, yaitu :
h. Otonomi
i. Benefisence
j. Nonmalefisience
k. Veracity
l. Justice
m. Fidelity
Hak Dan Tanggungjawab Perawat Jiwa
Perawat psikiatri mempunyai hak dan tanggung jawab
membantu tiga peran legal yaitu perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan, perawat sebagai pegawai dan perawat
sebagai warga negara. Keterampilan utama yang harus
dimiliki oleh perawat psikiatri dalam praktiknya menurut
Robert (2002) dalam Stuart & Laraia (2005), yaitu :
1. Mampu untuk mengenali pertimbangan etik daalam
praktik psikiatri, meliputi bekerja dengan pengetahuan
mengenai konsep etik sebagai dasar aplikasi dalam
memberikan pelayanan pada penyakit mental.
2. Mampu menyadari mengenai nilai-nilai diri sendiri,
kekuatan dan penyimpangan-penyimpangan
sebagaimana aplikasi dalam merawat pasien, meliputi
kemampuan untuk mengenal rasa ketidaknyamanan
dirinya sendiri sebagai satu indikator dari potensial
masalah etik.
3. Mampu untuk mengidentifikasi keterbatasan
keterampilan dan kompetensi klinik yang dimilikinya.
Aspek Legal Untuk
Kesehatan Mental
Psikiatri

Aspek legal untuk kesehatan mental psikiatri menurut Towsend (2005),


meliputi :
1. confidentiality and right to privacy (kerahasiaan dan hak atas privacy),
2. informed consent,
3. restrain and seclusion.

Menurut Hamid (2005) prinsip etik dalam kesehatan jiwa terkait dengan
hak klien adalah :
4. Self determination
5. Informed concent
6. Least restrictive environment / pengekangan seminimal mungkin
7. Tidak bersalah karena gangguan jiwa
8. Hukum dan sistem perlindungan klien gangguan jiwa
9. Keputusan berorientasi pada peningkatan kualitas kehidupan klien.
Lanjutan....
Berdasarkan fungsi kode etik yang sangat penting tersebut Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) menyusun kode etik keperawatan di Indonesia. Kode etik
keperawatan di Indonesia terdiri atas 5 (lima) pokok etik yaitu :
1. Perawat dan klien
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama serta
kedudukan sosial.
2. Perawat dan praktek
Perawat memelihara dan meningkatkan kompetesisi dibidang keperawatan melalui
belajar terus-menerus.
3. Perawat dan masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai
dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat.
4. Perawat dan teman sejawat.
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama
5. Perawat dan profesi
Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
Legal Etik Keperawatan Jiwa

1. Pertimbangan Legal Dan Etik Keperawatan Jiwa


Klien psikiatri memiliki hak legal, sama seperti klien di tempat lain. Isu
legal dan etik yang dibahas pada bagian ini terutama berkaitan dengan topik
klien yang menunjukkan sikap bermusuhan dan agresif, tetapi berlaku untuk
semua klien di lingkungan kesehatan jiwa.

2. Hospitalisasi Involunter
a. Kebanyakan klien masuk ke tempat rawat inap atas dasar sukarela. Hal
ini berarti mereka ingin mencari terapi dan setuju dirawat di RS dan ada
juga yang tidak mau dirawat di RS.
b. Keinginan klien untuk tidak mau dirawat di rumah sakit dan diobati harus
dihargai, kecuali mereka membahayakan diri mereka sendiri atau orang
lain.
c. Klien dengan kondisi seperti ini dimasukkan ke RS untuk perawatan
psikiatri sampai mereka tidak lagi berbahaya bagi mereka sendiri atau
orang lain.
3. Keluar Dari Rumah Sakit
Klien yang masuk RS secara sukarela memiliki hak untuk
meninggalkan RS jika mereka tidak lagi berbahaya dengan
menandatangani suatu permintaan tertulis.
Apabila klien masih yang berbahaya bagi dirinya maupun orang lain,
ingin pulang, psikiater dapat menahan klien sampai kondisinya benar-
benar aman.

4. Hak-Hak Pasien Jiwa


Klien kesehatan jiwa tetap memiliki semua hak sipil yang diberikan
kepada semua orang, kecuali hak untuk meninggalkan RS dalam kasus
komimen involunter. Klien memiliki hak untuk menolak terap,
lanjutan mengirim dan menerima surat yang masih tertutup, dan menerima atau
.... menolak pengunjung.
Hak-hak pasien berdasarkan American Hospital Association (1992) :
1. Pasien memiliki hak untuk mendapatkan perawatan yang penuh
rasa hormat dan peratian.
2. Pasien memiliki hak dan dianjurkan untuk memperoleh informasi
yang dapat dipahami, terkini dan relevan tentang diagnosa, terapi
dan prognosis dari dokter dan pemberi perawatan langsung lainnya.
Hak-hak pasian jiwa secara umum (Stuart & Laraia, 2001) :
1. Hak untuk berkomunikasi dengan orang lain diluar RS dengan
berkorespondensi, telepon dan mendapatkan kunjungan
2. Hak untuk berpakaian
3. Hak untuk beribadah
4. Hak untuk dipekerjakan apabila memungkinkan
5. Hak untuk menyimpan dan membuang barang
6. Hak untuk melaksanakan keinginannya
7. Hak untuk memiliki hubungan kontraktual
lanjutan 8. Hak untuk membeli barang
....
5. Konservator
Pengangkatan konservator atau pelindung hukum merupakan
proses yang terpisah dari komitmen sipil. Petugas ini memiliki
banyak tanggung jawab untuk individu tersebut, seperti memberi
persetujuan tindakan, menulis cek, dan membuat kontrak.
Lanjutan....

6. Lingkungan Yang Kurang Restriktif


Klien memiliki hak untuk menjalani terapi di lingkungan
yang kurang restriktif yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Hal ini berarti bahwa klien tidak harus dirawat di
Rumah Sakit jika ia dapat diobati di lingkungan rawat jalan
atau group home.

7. Metode Dalam Pengambilan Keputusan Etis


a. Menunjukkan maksud baik
b. Mengidentifikasi semua orang yang pentng
c. Mengumpulkan informasi yang relevan
d. Mengidentifikasi prinsip etis yang penting
e. Mengusulkan tindakan alternative
f. Melakukan tindakan
Lanjutan....

8. Peran Legal Perawat


Perawat jiwa memilki hak dan tanggung jawab dalam tiga
peran legal :
1. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.
2. Perawat sebagai pekerja
3. Perawat sebagai warga negara.

Masalah legal dalam praktek keperawatan :


4. Dapat terjadi bila tidak tersedia tenaga keperawatan yang
memadai, tidak standar praktek dan tidak ada kontrak
kerja.
5. Perawat professional perlu memahami aspek legal untuk
melindungi diri, melindungi hak-hak pasien dan
memahami batas legal yang mempengaruhi praktek
keperawatan.
Lanjutan....

9. Pertanggungjawaban Pidana Terkait Dengan Kondisi Jiwa


Seseorang

1. Tindakan criminal yang dilakukan oleh seseorang yang diduga


memilik kelainan jiwa perlu mendapatkan penyelidikan dari
seorang ahli kesehatan jiwa (Visum et repertum pisikatrikum :
VER).
2. Argumen yang menyebutkan bahwa seseorang yang didakwa
melakukan tindakan criminal dianggap tidak bersalah karena orang
tersebut tidak bisa mengontrol perbuatannya atau tidak mengerti
perbedaan antara benar dan salah yang dikenal sebagai peraturan
M’Naghten.
3. Saat orang tersebur memenuhi kriteria, dia dapat dinyatakan tidak
bersalah karena mengalami gangguan jiwa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai