dalam pengaturan homeostasis tubuh yang meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan
pemeriksaan penunjang dalam dunia kedokteran dan bertujuan membantu para klinisi dalam menegakkan diagnosis, memantau perjalanan penyakit dan evaluasi tindakan medis.Tujuan tersebut memang sesuai dengan fungsinya sebagai penunjang medik, oleh karena itu hasil pemeriksaan laboratorium harus benar dan baik serta dapat dipercaya. Kesalahan dari hasil pemeriksaan laboratorium akan berakibat fatal, bukan saja merugikan pasien tetapi juga menyesatkan diagnosis. Bilirubin Bilirubin adalah pigmen empedu yang berwarna jingga kekuningan. Bilirubin merupakan produk ampas toksik yang dihasilkan tubuh. Produksi bilirubin rata-rata adalah 4 mg/kg/hari. Sekitar 80% bilirubin berasal dari eritrosit tua yang dikeluarkan dari sirkulasi melalui fagosit dari lien, hepar, dan sumsum tulang. Bilirubin sisanya berasal dari degradasi sumber heme lain seperti isoenzim sitokrom P450, myoglobin, dan pemecahan Hb prematur pada sel erithroid di sumsum tulang. BILIRUBIN
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan
heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air, sehingga disebut bilirubin direk atau glukoroniltransferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk bilirubin terkonjugasi. Proses konjugasi melibatkan enzim glukoroniltransferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk monoglukoronida atau ikatan dengan glukosa, xylosa dan sulfat. terkonjugasi dikeluarkan melalui proses energi kedalam sistem bilier. Penggolongan dan Sifat Bilirubin A. Bilirubin terkonjugasi /direk Bilirubin bebas yang bersifat larut dalam air sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen.
B. Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin)
Merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin, bilirubin yang sukar larut dalam air sehingga untuk memudahkan bereaksi dalam pemeriksaan harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek. Pembentukan Bilirubin Apoprotein dari hemoglobin dihidrolisis menjadi komponen asam-asam aminonya. Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzim yang kompleks yaitu heme oksigenase yang merupakan enzim dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier. Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe 3+ yang dapat digunakan kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin. Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang menggunakan NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III – IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin. Pemeriksaan Bilirubin Metode yang di gunakan antara lain :
A.Metode Jendrasik- Grof
Prinsip : Bilirubin bereaksi dengan DSA ( diazotized sulphanilic acid) dan membentuk senyawa azo yang berwarna merah. Daya serap warna dari senyawa ini dapat langsung dilakukan terhadap sampel bilirubin pada panjang gelombang 546 nm. Bilirubin glukuronida yang larut dalam air dapat langsung bereaksi dengan DSA, namun bilirubin yang terdapat di albumin yaitu bilirubin terkonjugasi hanya dapat bereaksi jika ada akselerator. Total bilirubin bilirubin direk + bilirubin indirek.
B. Colorimetric Test - Dichloroaniline (DCA)
Prinsip :Total bilirubin direaksikan dengan dichloroanilin terdiazotisasi membentuk senyawa azo yang berwarna merah dalam larutan asam, campuran khusus (detergen enables ) sangat sesuai untuk menentukan bilirubin total. Reaksi : Bilirubin + ion diazonium membentuk Azobilirubin dalam suasana asam (Dialine Diagnostik ). Nilai Rujukan
Dewasa : Total: 0,1-1,2 mg/dl Langsung (terkonjugasi): 0,1-0,3 mg/dl
Anak : Total: Bayi baru lahir: 1-12 mg/dl Anak: 0,2- 0,8 mg/dl Urobilinogen
Urobilinadalah pigmen alami dalam urin
yang menghasilkan warna kuning. Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Pembentukan Urobilinogen Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa oleh enzym bakteri β glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida direduksi oleh bakteri usus menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak berwarna. Sejumlah urobilinogen diabsorbsi kembali dari usus ke perdarahan portal dan dibawa ke ginjal kemudian dioksidasi menjadi urobilin yang memberi warna kuning pada urine. Sebagian besar urobilinogen berada pada feces akan dioksidasi oleh bakteri usus membentuk sterkobilin yang berwarna kuning kecoklatan. Prosedur Pengujian 1. Spesimen urin sewaktu Urine harus dalam keadaan masih segar dan harus segera diperiksa. Uji dapat dilakukan sebagai bagian dari analisis urin rutin, menggunakan strip reagen (dipstick) atau pereaksi Erlich. Celupkan strip reagen ke dalam urin, tunggu 30 detik. Amati perubahan warna dan bandingkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual. 2. Spesimen urin 2 jamKumpulkan specimen urin di antara jam 13.00 – 15.00, atau antara jam 14.00 – 16.00, karena urobilinogen mencapai puncaknya di siang hari pada jam-jam tersebut. Urin harus disimpan dalam lemari pendingin dan tempat yang gelap; urin harus segera diperiksa dalam 30 menit karena urobilinogen dapat teroksidasi menjadi urobilin (zat oranye). Uji dapat dilakukan dengan menggunakan strip reagen (dipstick). 3. Spesimen urin 24 jam Kumpulkan urin 24 jam, masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam lemari pendingin. Jika perlu tambahkan bahan pengawet. Jauhkan urin dari pajanan cahaya. Tunda pemberian obat yang dapat mempengaruhi hasil uji selama 24 jam atau sampai uji selesai dilakukan. Jika obat memang harus diberikan, cantumkan nama obat tersebut pada formulir laboratorium. Uji dilakukan dengan menggunakan strip reagen (dipstick). Nilai Rujukan
Urin acak : negatif (kurang dari 2mg/dl
Urin 2 jam : 0.3 – 1.0 unit Erlich Urin 24 jam : 0.5 – 4.0 unit Erlich/24jam, atau 0,09 – 4,23 µmol/24 jam (satuan SI) SGOT dan SGPT SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase, sebuah enzim yang secara normal berada di hati dan organ lain. SGOT dikeluarkan dalam darah ketika hati rusak. Level SGOT darah kemudian dihubungkan dengan kerusakan sel hati, seperti serangan virus hepatitis. SGOT juga disebut aspartate aminotransferase (AST).
SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvat Transminase atau
dinamakan juga dengan sebutan ALT (Alanine Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal, dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis dapat sebaliknya. Pemeriksaan SGOT & SGPT Tujuan pemeriksaan SGOT dan SGPT yaitu untuk menggambarkan fungsi hati atau kondisi hati dan pendeteksian infeksi bahkan kerusakan/cedera pada jaringan otot, jantung bahkan hati.
Prosedur kerja pemeriksaan SGOT dan SGPT (menggunakan fotometer
Byosistem): 1. Bawa reagen dan instrumen ke suhu reaksi 2. Pipet ke dalam kuvet / tabung reaksi : 500 ul sampel reagen SGOT atau SGPT (sesuai parameter pemeriksaan) 50 ul sampel (serum). Kocok/ homogenkan dengan menggunakan rotor. 3. Masukkan ke dalam alat dengan menekan tombol insert maka alat akan menyedot sampel secara otomatis. Alat akan menginkubasi sampel di dalamnya dan biarkan alat membaca hasil. Pembacaan dilakukan pada panjang gelombang 340 nm (diprogram sebelum melakukan pemeriksaan dan jenis parameternya juga ) 4. Setelah alat selesai membaca hasil, catat hasil pemeriksaan. Cont… Pemeriksaan SGOT dan SGPT sering dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi hati akibat dari infeksi atau peradangan hati. Hanya saja pemeriksaan SGOT dan SGPT tidak dapat mewakili fungsi hati yang sebenarnya. Untuk menentukan fungsi hati seseorang memerlukan pemeriksaan yang lebih kompleks diantaranya pemeriksaan Billirubin, direct maupun indirect, albumin, globulin, jika di curigai ada peradangan karena serangan virus hepatitis pasien harus diperiksa HBsAg, HBeAg/anti HBe , Anti HCV, HCV-RNA, TERIMA KASIH