Anda di halaman 1dari 14

Assalamualaikum Wr.

Wb
Andi Wijaya
(08051181823011)
Kelas A

Ilmu Kelautan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Univeristas Sriwijaya
UDANG WINDU (PENAEUS MONODON)

MK : BUDIDAYA LAUT
Pendahuluan
Udang yang mempunyai nama latin Penaeus monodon ini
diklasifikasikan tergolong kedalam ordo Decapoda yang merupakan ordo
krustasea dalam kelas Malacostraca, termasuk banyak kelompok lainnya
seperti lobster, kepiting dan udang. Kebanyakan ordo dekapoda ini adalah
pemakan bangkai atau daging.
Udang Windu memiliki dua jenis yakni jenis Penaeus
monodon (udang hago, pencet) dan jenis udang Penaeus semisu/catus
(udang Krasak). Keberadaan udang windu (Penaeus monodon) di Indonesia
saat ini memang hampir kalah bersaing dengan udang vannamei
(Litopenaeus vannamei). Meskipun harganya sedikit lebih tinggi dari udang
vannamei, namun udang windu (Penaeus monodon) dinilai lebih sulit dalam
proses budidayanya.
KLASIFIKASI UDANG WINDU (PENAEUS MONODON)

● Kingdom: Animalia
● Phylum: Arthropoda
● Subphylum: Crustacea
● Class: Malacostraca
● Order: Decapoda
● Suborder: Dendrobranchiata
● Family: Penaeidae
● Genus: Penaeus
● Species: P. monodon
MORFOLOGI UDANG WINDU (PENAEUS MONODON)
MORFOLOGI
Menurut morfologis, udang windu terbagi dua bagian, yang pertama bagian Cephalothorax atau bagian kepala dan dada
dan bagian Abdomen atau perut. Untuk lebih lanjut berikut morfologi udang windu.
● Bagian Cephalothorax
Bagian Cephalotorax dari udang windu dilindungi oleh kulit chitin yang tebal dan keras, kulit chitin tersebut
dinamakan Carapace. Pada bagian kepala, udang windu memiliki cucuk kepala atau rostrum, rostrum dari udang windu
mempunyai rumus 7/3 yang artinya gigi pada bagian atas cucuk kepala ada 7 buah dan di bawah ada 3 buah, untuk bagian
lainnya dari Cephalotorax sebagai berikuSepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan, mulut di bawah
kepala dengan rahang (mandibula) yang kuat. Sepasang antena, dua pasang antennula. sepasang sirip kepala (Scophocerit),
sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped),Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit
yang dinamakan chela, pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.

● Bagian Abdomen atau Perut


Pada bagian abdomen atau perut udang windu memiliki ciri warna berloreng-loreng besar melintang berwarna hijau kebiru-
biruan, jika hidup dialam liar memiliki warna agak kehitaman dengan kulit relatif keras dan tebal. Morfologis lainnya yang
terletak pada bagian diantaranya dua ruas ekor dan alat kelamin.
ANATOMI UDANG WINDU (PENAEUS MONODON)
HABITAT
Udang windu bersifat bentik, dan menyukai dasar perairan yang lembut,
biasanya terdiri dari campuran lumpur dan pasir. Udang windu lebih suka
bersembunyi di rumpon dan membenamkan diri dalam lumpur pada saat moulting,
hal ini dilakukan udang untuk menghindari pemangsaan. Menurut Mudjiman (2003),
udang dewasa bertelur di laut kemudian larva yang menetas bergerak ke daerah
muara. Semakin dewasa udang akan bergerak secara berkelomok menuju ke laut
untuk melakukan perkawinan.

Udang windu tersebar di sebagian besar daerah Indo-Pasifik Barat, Afrika


Selatan, Tanzania, Kenya, Somalia, Madagaskar, Saudi Arabia, Oman, Pakistan,
India, Bangladesh, Srilangka, Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Philipina,
Hongkong, Taiwan, Korea, Jepang, Australia, dan Papua Nugini (Khairul Amri, 2003
FISIOLOGI UDANG WINDU (PENAEUS MONODON)

Daya tahan hidup organisme dipengaruhi oleh keseimbangan osmotik antara cairan tubuh
dengan air (media) lingkungan hidupnya. Pengaturan osmotik itu dilakukan melalui
mekanisme osmoregulasi. Mekanisme ini dapat dinyatakan sebagai pengaturan
keseimbangan total konsentrasi eklektrolit yang terlarut dalarn air media hidup
organisme. Osmoregulasi ini erat kaitannya dengan daur hidup udang windu tersebut.
Udang Windu memiliki dua lingkungan dalam daur hidupnya yakni laut dan estuary
(muara sungai ) (Musida,2015).

Udang windu mempunyai tekanan osmotik yang berbeda dengan lingkungannya, oleh
karena itu udang harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air, agar proses-proses
fisiologis didalam tubuhnya dapat berlangsung dengan normal (Musida, 2015).
SIKLUS HIDUP UDANG WINDU (PENAEUS MONODON)
TINGKAH LAKU DAN CIRI-CIRI UDANG WINDU
Udang windu (Penaeus monodon) memiliki sifat-sifat dan ciri khas yang membedakannya dengan udang-udang
yang lain. Udang windu (Penaeus monodon) bersifat Euryhaline, yakni secara alami bisa hidup di perairan yang
berkadar garam dengan rentang yang luas, yakni 5-45%. Kadar garam ideal untuk pertumbuhan udang windu
(Penaeus monodon) adalah 19-35%. Sifat lain yang juga menguntungkan adalah ketahanannya terhadap perubahan
temperature yang dikenal dengan eurythemal (Suryanto dkk 2004).
Boyd (1998), menyatakan bahwa selama proses moulting udang menyerap Kalsium dan Magnesium.
Kandungan zat tersebut sangat dibutuhkan dalam jumlah yang tinggi. Pergantian kulit ini merupakan indikator
terjadinya pertumbuhan. Selama udang berganti kulit biasanya udang tidak bernafsu makan, udang tidak banyak
bergerak dan dalam kondisi yang lemah. Ada 3 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada Udang Windu, yaitu
faktor fisika, faktor kimia dan faktor biologi.
Udang windu bersifat omnivora dan seringkali bersifat kanibal karena memakan udang yang sedang moulting. Udang windu
tergolong hewan nocturnal karena sebagian besaraktifitasnya seperti makan dilakukan malam hari. Kulit udang windu tidak elastis dan
akan berganti kulit selama pertumbuhan. Frekuensi pergantian kulit ditentukan oleh jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, usia
dan kondisi lingkungan. Setelah kulit lama terlepas udang windu dalam kondisi lemah karena udang baru belum mengeras. Pada saat ini
udang mengalami pertumbuhan sangat pesat diikuti dengan penyerapan sejumlah air, semakin cepat udang berganti kulit maka
pertumbuhan semakin cepat (Murtidjo 2003).
MANFAAT UDANG WINDU

Udang windu merupakan komoditi ekspor perikanan utama yang mempunyai potensi
cukup tinggi dan dagingnya gurih serta bergizi. Disamping itu udang tersebut sangat
disukai karena seluruh tubuhnya dapat dimanfaatkan sebagai penunjang kebutuhan
ekonomi masyarakat, seperti kulitnya dapat dijadikan campuran pembuatan pelet,
dagingnya dapat diolah sebagai bahan makanan seperti file udang, kerupuk, abon dan
terasi (Pratiwi, 2008).
PERANAN UDANG WINDU DI PERAIRAN

Udang di ekosistem aslinya bersifat pemakan segala (omnivora), detritus dan


sisa-sisa organik lainnya baik hewani maupun nabati. Dalam mencari makan
udang mempunyai pergerakan yang terbatas, tetapi udang selalu didapatkan di
alam oleh manusia, karena udang mempunyai sifat dapat menyesuaikan diri
dengan makanan yang tersedia di lingkungannya dan tidak bersifat memilih
(Pratiwi, 2008).
THANKS


Anda mungkin juga menyukai