Anda di halaman 1dari 26

HUKUM

KELUARGA

Hukum Perdata
Perjanjian Kawin (PK)
Diatur dalam Pasal 29 UU No 1 Tahun 1974
Di BW diatur dalam Pasal 139 s/d 154.
Pengertian :
Perjanjian Kawin : Perjanjian yang dibuat oleh calon pasangan
suami istri sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungan untuk
mengatur akibat perkawinan terhadap harta kekayaan mereka.
PK Harus dibuat dengan akta
notaris
Tujuannya :
1. Keabsahan perkawinan
2. Mencegah perbuatan tergesa- gesa
3. Demi kepastian hukum
4. Alat bukti yang sah
5. Mencegah adanya penyelundupan hukum
Perjanjian Kawin dalam Kompilasi
Hukum Islam
Diatur dalam Pasal 45 s/d 51 Inpres No 1 th 1991, antara lain :
• PK dpt dilakukan pada waktu atau sebelum perkawinan
dilangsungkan
• PK dalam bentuk ta’lik talak dan perjanjian lain yang tidak
bertentangan dengan hukum Islam. Biasanya dibuat secara
tertulis dan dan disahkan oleh Pegawai Pencatat Nikah mengenai
kedudukan harta dalam perkawinan.
• Isi PK meliputi percampuran harta pribadi, (yang meliputi semua
harta, baik harta bawaan maupun harta bersama) maupun
pemisahan harta pencarian (dg adanya pemisahan ini tidak
menghilangkan kewajiban suami untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga.
• Kewenangan masing masing pihak untuk melakukan
pembebanan atas hipotek atau hak tanggungan atas harta pribadi
dan harta bersama atau harta syarikat.
Berlakunya Perjanjian Kawin

• Berlaku sejak tanggal perkawinan


• Berlaku untuk para pihak dan juga pihak ketiga.
Akibat Perkawinan

• Adanya Hubungan Suami Istri


• Adanya Hubungan Antara Orang Tua dan Anak
• Hubungan dalam Harta Kekayaan
Hak dan Kewajiban Suami Istri
• Psl 30 UU1/ 74 : S-I berkewajiban menegakkan rumah
tangga yang menjadi sendi dasar susunan masyarakat.
• Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam kehidupan RT dan pergaulan hidup
masyarakat. (Psl 31 (1))
• S-I berhak untuk melakukan perbuatan hukum (Psl 31 (2)).
• S-I wajib mempunyai tempat kediaman yang tetap (32(1))
• S-I wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain (33)
• S wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan RT sesuai dengan kemampuannya (34 (1))
• Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik- baiknya
(34 (2))
Hak dan Kewajiban S-I
menurut Psl 103 BW
• Suami adalah kepala rumah tangga
• Suami harus membantu istri
• Suami harus mengurus harta bawaan istri
• Suami harus mengurus harta seperti bapak rumah
yang baik
• Suami tidak boleh membebankan harta bawaan istri
Hak dan Kewajiban Ortu dan Anak
Psl 45 s/d 49 UU 1/ 74 :
• Ortu wajib memelihara dan mendidik anak2 mereka sebaik- baiknya (45
(1,2))
• Anak wajib menghormati ortu dan menaati kehendak mereka yang baik
(46 (1))
• Anak wajib memelihara dan membantu ortunya, manakala sudah tua
(46(2))
• Anak yang belum dewasa, belum menikah di bawah kekuasaan orang tua
(47 (1))
• Ortu mewakili anak yang belum dewasa mengenai segala perbuatan
hukum di dalam maupun di luar pengadilan. (47 (2)).
• Ortu tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-
barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum dewasa kecuali
kepentingan anaknya menghendakinya (48)
• Meskipun ortu dicabut kekuasaanya, mereka masih berkewajiban untuk
memberi biaya pemeliharaan kepada anak- anaknya. (49)
Kekuasaan Orang Tua

Pengertian :
Kekuasaan yang dilakukan oleh ayah dan ibu
selama mereka itu terikat perkawinan terhadap
anak- anaknya yang belum dewasa.
Terhadap :
1. Pribadi anak
2. Harta benda anak
Terhadap pribadi

• Wajib memelihara dan mendidik, dan anak wajib


menghormati dan menyegani ortunya.
• Jika ortu merasa tidak puas atas kelakuan anaknya,
atas permintaan mereka pengadilan dapat
memerintahkan anak itu supaya ditampung di
dalam suatu lembaga negara atau partikelir yang
ditunjuk oleh Menteri Kehakiman.
Terhadap Harta

Ortu harus mengurus harta kekayaan si anak. Harta


ini dapat berasal dari pendapatan, hibah atau
wasiat.
Kekuasaan ortu dapat dicabut, jika:
Cara penyelenggaraan kekuasaan itu tidak baik.
Harta Benda Dalam Perkawinan

Pasal 35 s/d 37 UU 1/74 :


Ada dua macam :
1. Harta Bersama (Harta yang diperoleh selama
perkawinan)
2. Harta Bawaan (Harta yang dibawa masuk ke
perkawinan, termasuk hadiah dan warisan). Di
bawah penguasaan masing- masing pihak,
kecuali para pihak menentukan lain.
Putusnya Perkawinan

Pengertian :
Berakhirnya perkawinan yang telah dibina oleh
pasangan suami istri yang disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kematian, perceraian, dan atas
putusan pengadilan.
Putusnya Perkawinan Karena
Kematian
Berakhirnya perkawinan yang disebabkan salah
satu pihak, yaitu suami atau istri meninggal dunia.
Putusnya Perkawinan Karena
Perceraian
Perceraian dapat terjadi karena dua hal yaitu talak atau gugat cerai
Talak, yaitu ikrar suami di hadapan PA.
Ada 5 macam talak, yaitu :
• Talak raj’I talak ke satu dan ke dua, suami masih behak rujuk dengan istri
selama masa iddah.
• Talak bain shughraa yaitu talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah
baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah
• Talak bain kubraa yaitu talak yang terjadi kedua kalinya, talak ini tidak dapat
dirujuk dan tidak dapat dinikahkan lagi, kecuali pernikahan itu dilakukan
setelah bekas istri menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian
ba’da al dukhul dan habis masa iddahnya.
• Talak suny adalah talak yang dibolehkan, talak yang dijatuhkan terhadap istri
yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu suci itu
• Talak bid’I adalah talak yang dilarang yaitu talak yang dijatuhan pada waktu
istri dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri pada waktu suci tersebut.
Alasan alasan perceraian
Menurut Pasal 19 PP 9/75 : (1-6)
1. Salah satu pihak berbuat zina atau mjd pemabuk,
pemadat, penjudi yang sukar disembuhkan.
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain
dua tahun berturut- turut tanpa ijin pihak yang
lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal
lain di luar kemampuannya
3. Salah satu pihak mendapat hukuman 5 tahun
penjara atau lebih setelah perkawinan
berlangsung.
Lanjutan alasan perceraian……
4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan
berat yang membahayakan pihak lain
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan sehingga tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri
6. Antara suami atau istri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi
dalamrumah tangga
7. Suami melangar taklik talak
8. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan
ketidakrukunan dalam rumah tangga.
(pasal 39 UU 1/74 dan Pasal 110 Kompilasi Hukum Islam)
Akibat Putusnya Perkawinan
Pasal 41 UU 1/ 74 :
1. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara
dan mendidik anak- anaknya, semata mata
berdasarkan kepentingan si anak.
2. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya
pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak
itu, jika tidak mampu, pengadilan dapat memutuskan
bahwa ibu juga bertanggungjawab.
3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami
untuk membiayai penghidupan dan/ atau menentukan
suatu kewajiban bagi bekas istrinya.
Perwalian

Pengertian :
Pengawasan terhadap pribadi dan pengurusan
terhadap harta kekayaan seorang anak yang
belum dewasa jika anak itu tidak berada di
bawah kekuasaan orang tua.
Jadi, perwalian terjadi jika perkawinan ortu putus
baik karena perceraian atau salah satu atau
dua2 nya ortu meninggal dunia.
Anak dalam perwalian disebut pupil
Macam Macam Perwalian
• Perwalian menurut UU
Jika salah satu ortu meninggal maka demi hukum ortu
yang lain yang masih hidup mjd wali (345 BW)
Jika janda kawin lagi maka suami barunya mjd kawan
wali.
• Perwalian dengan wasiat
355 BW : Tiap ortu yang melakukan kek. Ortu atau
perwalian, berhak mengangkat seorang wali bagi anaknya.
Jika perwalian itu berakhir pada waktu ia meninggal dunia
atau berakhir dengan penetapan hakim.
• Perwalian Datif
Wali yang ditetapkan oleh hakim jika tiada wali UU atau
wasiat.
Siapa yang dapat menjadi wali ?
Tiap orang wajib menerima penetapan sebagai wali
oleh pengadilan.
Orang yang tidak boleh menjadi wali :
1. Pejabat Pengadilan
2. Orang yang sakit ingatan
3. Orang yang belum dewasa
4. Orang yang dibawah pengampuan
5. Orang yang dicabut kekuasaanya sebagai orang
tua
6. Para pimpinan BHP
Wali Pengawas
• Balai Harta Peninggalan
• Dewan Perwalian
Kewajiban Wali pengawas :
1. Mewakili kepentingan si anak jika bertentangan dengan
kepentingan si wali.
2. Mengharuskan si wali membuat inventaris warisan yang
dijatuhkan pada si anak.
3. Tiap tahun meminta perhitungan tanggung jawab secara singkat
dari si wali
4. Menuntut pemecatan si wali jika ada tanda- tanda kecurangan
atau kealpaan yang besar dari si wali, dan meminta pengadilan
untuk menetapkan wali baru bagi pupil.
Kewajiban Wali

• Menginventaris harta pupil dalam waktu 10 hari


sejak diterimanya tugas perwalian, mengurus harta
dengan baik, dilarang menyewa atau mengambil
dalam hak usaha si pupil untuk kepentingan diri
sendiri tanpa ijin pengadilan. Dan pada akhirnya
wali (selain ayah atau ibu) wajib membuat laporan
pertanggung jawaban terhadap pengurusan harta
pupil.
Wali selain ayah atau ibu, dapat
memperhitungkan upah.
• BW 411 : Upah wali :
3 % dari segala pendapatan
2 % dari segala pengeluaran
1 ½ % dari uang modal yang ia terima, selaku
pengurus dari kekayaan si anak.
Berakhirnya Perwalian
• Jika anak yang berada di bawah perwalian sudah dewasa.
• Jika anak itu meninggal dunia
• Jika wali itu meninggal dunia atau dicabut perwaliannya.
Dicabut perwaliannya jika :
1. Berkelakuan jelek
2. Tidak cakap
3. Menyalahgunakan kekuasaanya
4. Pailit
5. Berperkara dengan si anak
6. Dihukum karena kejahatan

Anda mungkin juga menyukai