Anda di halaman 1dari 9

KEWENANGAN

SUAMI ISTRI TERHADAP


HARTA BENDA PERKAWINAN
Kelompok 3
Muhammad Iqbal
Mutia Anggraeni
Tut Wuri Handayani
Livya Roska Pingkan Pua

Magister Kenotariatan
Universitas Pelita Harapan
2021
RUMUSAN MASALAH

Bagaimana kewenangan Suami - Istri terhadap harta benda


perkawinan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, Hukum
Islam dan Hukum Adat?
PEMBAHASAN

KUH Perdata

Kewenangan
Suami-Istri
Hukum Adat terhadap harta UU No. 1/1974
benda
perkawinan

Hukum Islam
KUH PERDATA
Pengaturan Harta Benda Perkawinan

• Pasal 119 – Pasal 138 KUH Perdata

Status Harta Benda Perkawinan

• Dalam hal suami-isteri melangsungkan perkawinan tanpa membuat perjanjian perkawinan maka menurut
undang-undang,semua aktiva dan pasiva yang dimiliki oleh kedua suami-isteri pada saat pelangsungnya
perkawinan dan semua aktiva dan pasiva yang diperoleh selama berlangsungnya perkawinan menjadi satu harta
campuran bulat.

Pembubaran Harta Campuran

• Dalam waktu berlangsungnya harta persatuan,maka dapat terjadi bahwa harta campuran menjadi bubar. Hal
tersebut disebabkan karena :
1)Putusnya perkawinan, baik karena ;
2)Meninggalnya salah seorang suami-isteri ;
3)Perceraian ;
4)Dilakukan perkawinan baru dengan izin pengadilan oleh salah seorang dari suami-isteri ;
5)Pemisahan harta kekayaan perkawinan sebagai akibat dari perpisahan meja dan tempat tidur atau tututan pihak
isteri (Pasal 126 KUHPerdata).
UU No. 1/1974
Pengaturan Harta Perkawinan

• Pasal 35 - 38 UU No.1/1974

Status Harta dalam Perkawinan

• Menurut Pasal 35, harta benda perkawinan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1.Harta bersama; dan
2.Harta pribadi/ Harta Bawaan
• Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.
• Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah
dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Pembubaran Harta Bersama dalam Perkawinan

• Hukum perceraian terhadap harta bersama diatur Menurut Pasal 37 yang berbunyi : “Bila perkawinan putus karena perceraian, harta
bersama diatur menurut hukumnya masing-masing.”
• Yang dimaksud dari “hukumnya masing-masing” ialah hukum agama, hukum adat dan hukum-hukum positif yang lain. Jadi, akibat
suatu perceraian terhadap harta bersama bagi setiap orang dapat berbeda-beda, tergantung dari hukum apa yang ingin digunakan para
pihak untuk mengatur harta bersama.
HUKUM ISLAM
Pengaturan Harta Perkawinan

• Pasal 85 - 97 KHI

Status harta dalam Perkawinan

• Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 85 yaitu : “Adanya harta bersama di dalam perkawinan itu tidak
menutup kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami istri.”
• Menurut Pasal 86, pada dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan harta istri karena perkawinan.
Harta istri tetap menjadi hak istri dan dikuasai olehnya, demikian juga harta suami tetap menjadi hak suami
yang dikuasai penuh olehnya.
• Hukum Islam mengatur sistem terpisahnya antara harta suami dan harta istri sepanjang yang bersangkutan tidak
menentukan lain (tidak ditentukan dalam perjanjian perkawinan).

Pembagian Harta Bersama dalam Perkawinan

• Pembagian harta bersama dapat ditempuh melalui putusan Pengadilan Agama atau melalui musyawarah. Dalam
Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 97 mengatur : “janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak
seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.”
HUKUM ADAT
Harta Perkawinan Menurut Hukum Adat

• Semua harta yang dikuasai suami dan isteri selama mereka terikat dalam perkawinan, baik harta kerabat yang dikuasai, maupun
harta perseorangan yang berasal dari warisan, hibah harta penghasilan sendiri, harta pencarian hasil bersama suami istri, dan barang-
barang hadiah.

Status Harta dalam Perkawinan

• Menurut Ter Haar, Harta Perkawinan dalam hukum adat dapat dipisah menjadi tiga macam yaitu :
1.Harta yang diperoleh suami atau istri sebagai warisan atau hibah dari kerabat masing-masing dan dibawa ke dalam perkawinan;
2.Harta yang diperoleh suami atau istri untuk diri sendiri serta jasa diri sendiri sebelum perkawinan atau dalam masa perkawinan;
3.Harta yang dalam masa perkawinan diperoleh suami dan istri sebagai milik bersama pada waktu pernikahan.

Penyelesaian Sengketa

• Terpisahnya harta bersama dan harta bawaan selama dalam ikatan perkawinan adalah demi hukum, untuk memudahkan penyelesaian
jika kemudian hari terjadi perselisihan atau cerai hidup. Jika terjadi perceraian (cerai hidup) dalam keluarga yang bersangkutan, dan
penyelesaian secara damai atas dasar kekeluargaan tidak tercapai, maka para pihak dapat mengajukan tuntutannya kepada pengadilan.
KESIMPULAN

• Menurut KUHPerdata Pasal 119, setelah perkawinan itu dilangsungkan (tanpa melakukan
perjanjian perkawinan) maka harta bawaan suami – istri tersebut menjadi harta bulat/harta
campuran sepanjang perkawinan itu dilangsungkan.
• Dalam Undang - Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, harta benda perkawinan terdiri
dari harta bersama dan harta bawaan / harta pribadi.
• Kedudukan harta benda perkawinan dalam hukum adat tergantung pada bentuk perkawinan yang
terjadi, hukum adat setempat dan keadaan masyarakat adat bersangkutan, apakah masyarakat itu
masih kuat mempertahankan garis keturunan patrilineal, matrilineal atau parental/bilateral
ataukah berpegang teguh pada hukum agama atau sudah maju dan mengikuti perkembangan
zaman.
• Dalam Hukum Islam, tidak terdapat percampuran harta suami dan isteri karena perkawinan. Harta
bersama suami dan isteri yaitu harta benda yang diperoleh selama perkawinan yang menjadi harta
bersama.
CONTOH PUTUSAN
PENGADILAN
Putusan Nomor 3636/Pdt.G/2007/PA.Kab.Mlg

Yang mana hasil putusannya :


- Menghukum Penggugat untuk menyerahkan ½ dari harta gono gini yang dikuasai oleh Penggugat
kepada Tergugat
- Menghukum Tergugat untuk menyerahkan ½ dari harta gono gini yang dikuasai oleh Tergugat
kepada Penggugat

Anda mungkin juga menyukai