Anda di halaman 1dari 12

Manajemen Trauma Abdomen

Kelompok 4:
Riki Ramadhani (1032171022)
Fitri Widiastuti (1032171023)
Diyah Nur Hidayah (1032171026)
Cindi Aprilia (1032171030)
Lisa rahayu (1032171031)
Mardiana A D Ridju (1033181001)
Anatomi Abdomen
Pengertian
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusa
kan terhadap struktur yang terletak diantar
a diafragma dan pelvis yang diakibatkan ole
h luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicu
s & Workman, 2006).
Trauma abdomen dibagi menjadi dua tipe yait
u :

Trauma Tumpul Abdomen


Trauma Tembus Abdomen.
Patofisiologi Trauma
1. Benturan langsung terhadap organ intra abdomen diant
ara dinding abdomen anterior dan posterior
2. Cedera avulsi yang diakibatkan oleh gaya deselerasi
pada kecelakaan dengan kecepatan tinggi atau jatuh d
ari ketinggian. Gaya deselerasi dibagi menjadi desel
erasi horizontal dan deselerasi vertikal.
3. Gaya kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan
tekanan intraabdomen yang tiba-tiba dan mencapai pun
caknya biasanya menyebabkan cedera organ berongga.
4. Laserasi organ intraabdomen yang disebabkan oleh fra
gmen tulang (fraktur pelvis, fraktur tulang iga).
5. Peningkatan tekanan intraabdomen yang masif dan mend
adak dapat menyebabkan cedera diafragma bahkan ceder
a kardiak.
Beberapa cedera organ yang sering terjadi p
ada pasien yang mengalami trauma tumpul abd
omen antara lain:
1. Cedera Hati/Hepar
2. Cedera Limpa/Lien
3. Cedera usus
4. Cedera Ginjal
5. Cedera Pankreas
6. Cedera Ureter
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi, perlu diperhatikan :
1. Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat memberikan p
etunjuk adanya kemungkinan kerusakan organ di bawahnya.
2. Adanya perdarahan di bawah kulit, dapat memberikan petunjuk pe
rkiraan organ-organ apa saja yang dapat mengalami trauma di ba
wahnya. Ekimosis pada flank (Grey Turner Sign) atau umbilicus
(Cullen Sign) merupakan indikasi perdarahan retroperitoneal, t
etapi hal ini biasanya lambat dalam beberapa jam sampai hari.
3. Adanya distensi pada dinding perut merupakan tanda penting kar
ena kemungkinan adanya  pneumoperitonium, dilatasi gastric, at
au ileus akibat iritasi peritoneal.
4. Pergerakan pernafasan perut, bila terjadi pergerakan pernafasa
n perut yang tertinggal maka kemungkinan adanya peritonitis.
Lanjutan...
Pada auskultasi, perlu diperhatikan : Ditentukan apak
ah bising usus ada atau tidak, pada robekan (perforas
i) usus bising usus selalu menurun, bahkan kebanyakan
menghilang sama sekali. Adanya bunyi usus pada auskul
tasi toraks kemungkinan menunjukkan adanya trauma dia
fragma.

Pada palpasi, perlu diperhatikan : Adanya defence mus


cular menunjukkan adanya kekakuan pada otot-otot dind
ing perut abdomen akibat peritonitis. Ada tidaknya ny
eri tekan, lokasi dari nyeri tekan ini dapat menunjuk
kan organ-organ yang mengalami trauma atau adanya per
itonitis.
Lanjutan...
Pada inspeksi, perlu diperhatikan :
1. Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat memberikan petu
njuk adanya kemungkinan kerusakan organ di bawahnya.
2. Adanya perdarahan di bawah kulit, dapat memberikan petunjuk pe
rkiraan organ-organ apa saja yang dapat mengalami trauma di baw
ahnya. Ekimosis pada flank (Grey Turner Sign) atau umbilicus (Culle
n Sign) merupakan indikasi perdarahan retroperitoneal, tetapi hal i
ni biasanya lambat dalam beberapa jam sampai hari.
3. Adanya distensi pada dinding perut merupakan tanda penting kare
na kemungkinan adanya  pneumoperitonium, dilatasi gastric, atau
ileus akibat iritasi peritoneal.
4. Pergerakan pernafasan perut, bila terjadi pergerakan pernafasan p
erut yang tertinggal maka kemungkinan adanya peritonitis.
Penatalaksanaan
Terapi Medis Keberhasilan utama paramedis dengan latihan Advanced Tra
uma Life Support merupakan latihan menilai dengan cepat jalan napas p
asien dengan melindungi tulang belakang, pernapasan dan sirkulasi.
Kemudian diikuti dengan memfiksasi fraktur dan mengontrol perdarahan
yang keluar.
Melindungi jalan napas, menempatkan jalur intravena, dan memberi cair
an intravena, kecuali keterlambatan transport.
Karena penanggulangan pasien trauma sangat tergantung kepada waktu ke
cepatan bekerja, maka harus dapat bekerja sesuai urutan tindakan yang
berlaku, yaitu :
5 Kesiap-siagaan :
1. Triage
2. Primary survey
3. Resusitasi
4. Secondary survey dari kepala sampai ujung kaki
5. Memonitor dan evaluasi yang berkelanjutan.
Lanjutan...
Fase Pra Rumah Sakit
Koordinatir antara ambulans 119 dengan rumah sakit dapat
memperbaiki kualitas  penanggulangan pasien gawat darura
t. Idealnya ambulans 119 dapat memberi tahu R.S yang dit
uju mengenai triage dan biomekanik kecelakaan pasien seb
elum meninggalkan tempat kejadian atau waktu perjalanan.
Tindakan awal ambulans hanya imobilisasi dan transportas
i pasien ke IGD yang sesuai dengan triange pasien, yaitu
IGD level 1, 2 dan level 3.
Fase Rumah Sakit
Desain ruangan dan penyediaan alat atau obat harus di pe
rsiapkan untuk
menanggulangi pasien gawat darurat terkait secara efesie
n.
Triage
Pertolongan pertama yang dilakukan sesuai dengan priori
tas A, B, C.
Triage dapat di lakukan dengan di rumah sakit maupun di
lapangan supaya tidak melakukan kesalahan adalah memili
h rumah sakit yang dituju ,dua tipe triage yaitu:
1. Bila jumlah klien tidak melebihi kapasitas rumah sak
it/fasilitas kesehatan. Dalam keadaan ini pasien den
gan keadaan paling gawat atau cedera multiple didahu
lukan menanggulanginya “selection of problem”
2. Bila jumlah pasien melebihi kapasitas rumah sakit/fa
silitas kesehatan dalam keadaan ini klien yang mempu
nyai kemungkinan hidup didahulukan penanggulangannya
, disini dilakukan adalah “selection of pasients”

Anda mungkin juga menyukai