Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

(KONSTIPASI) PADA LANSIA

Disusun Oleh Kel. 6 :


Meylani Nur Istiqomah 1130017140
Kusuma Winahyu 1130017145
Yolanda Triska Wati 1130017147

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
BAB 1 PENDAHULUAN

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem
tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada
umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60
tahun. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
serta memperbaiki kerusakan yang diderita Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai
masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative.

Salah satu yang harus diperhatikan pada usia lanjut adalah konsumsi serat dan intake cairan setiap hari. Ini bertujuan
agar lansia terhindar dari terjadinya kanker kolon, wasir, hemoroid, dan konstipasi. Insiden konstipasi puncaknya pada
usia 60-70 tahun. Konstipasi merupakan kondisi dimana feses mengeras sehingga susah dikeluarkan melalui anus, dan
menimbulkan rasa terganggu atau tidak nyaman pada rektum. Usia lanjut dapat mempengaruhi proses pengosongan
lambung. Diantaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot- otot polos colon yang dapat
berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya feses sehingga memungkinkan terjadinya konstipasi

The Power of PowerPoint - thepopp.com


BAB 2 PEMBAHASAN

The Power of PowerPoint - thepopp.com


KONSEP
MENUA

Lansia Batasan Usia Lanjut


Batasan umur lansia menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Lanjut usia menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 adalah seseorang
(WHO,1999) lanjut usia meliputi:
yang mencapai 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah untuk keperluan hidupnya sehari-hari (Darmojo & Martono, a. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59
2006). Sedangkan menurut undang-undang No. 13 tahun dinyatakan tahun
bahwa usia 60 tahun keatas disebut sebagai lanjut usia (Noorkasiani, b. Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-70 tahun
2009).
c. Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 71-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90
Menjadi tua merupakan suatu proses alamiah, yang berarti seseorang telah
tahun.
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki
usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang Menurut Undang-Undang nomer 13 tahun 1998 Menjelaskan
ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai tentang kesejahteraan lanjut usia yang termasuk dalam BAB I pasal
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, 1 ayat 2 yaitu bahwa “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai
gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008). umur diatas 60 tahun”.
Usia lanjut dapat kita artikan sebagai seseorang yang berusia 60 tahun
keatas dimana proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


1. Diskesia Rektum: Pada colok dubur pasien dengan
diskesia rektum sering didapatkan impaksi feses
yang tidak disadari karena dorongan untuk BAB
sering sudah tumpul. Diskesia rektum juga dapat
diakibatkan karena tanggapnya atau penekanan pada
Konstipasi adalah suatu penurunan frekuensi dorongan untuk BAB seperti yang dijumpai pada
pergerakan usus yang disertai dengan perpanjangan penderita demensia, imobilitas, atau sakit daerah
waktu dan kesulitan pergerakan feses (Stanley, anus dan rectum
2007). 2. Dis-sinergis Pelvis: Terdapatnya kegagalan untuk

PA
Berdasarkan rekomendasinya, konstipasi relaksasi otot pubo-rektalis dan sfingter anus

TO
dikategorikan dalam dua golongan : DEFINIS eksterna saat BAB. Pemeriksaan secara manometrik
menunjukkan peningkatan tekanan pada saluran

FI I
1. konstipasi fungsional disebabkan waktu
I anus saat mengejan.

SI
perjalanan yang lambat dari feses, sedangkan
3. Peningkatan Tonus Rektum: Terjadi kesulitan

O
penundaan pada muara rektosigmoid
mengeluarkan feses yang bentuknya kecil. Sering

LO
menunjukkan adanya disfungsi anorektal. Yang
terakhir ditandai adanya perasaan sumbatan pada ditemukan pada kolon yang spastik seperti pada

G
anus. penyakit Irritable Bowel Syndrome, dimana
2. konstipasi karena penundaan keluarnya feses konstipasi merupakan hal yang dominan
pada muara rektisigmoid
KONSTIPASI
1. Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan
tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut
penderita dapat terlihat seperti sedang hamil).
1. Asupan serat
2. Tinja menjadi lebih keras, panas, dan berwarna lebih gelap daripada

SI
2. Intake cairan biasanya, dan jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya

N TA
3. Aktivitas fisik 3. Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-
kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu

LI E S
4. Depresi supaya dapat mengeluarkan tinja.

IS
5. Penggunaan obat-obatan 4. Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.

IF
6. Gangguan metabolik ETIOLOG 5. Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit

N
akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.

A
7. Kurang privasi untuk BAB I 6. Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk

K
M
daripada biasanya
8. Obstruksi mekanik
7. Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit
buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau
lebih).

The Power of PowerPoint - thepopp.com


WOC
WOC Konstipasi
Konstipasi pada
pada Lansia
Lansia

ETIOLOGI
ETIOLOGI
Penyakit
Penyakit salsal Imobilisasi
Imobilisasi :: Poli
Poli Farmako
Farmako Kondisi
Kondisi Psikologik
Psikologik ::
cerna
cerna :: ca
ca kemampuan
kemampuan fisik,
fisik, :: Pencahar
Pencahar yg
yg neurologik
neurologik :: psikosis,
psikosis,
kolon,hernia
kolon,hernia kurang
kurang gerak,
gerak, berlebihan,
berlebihan, stroke,
stroke, depresi
depresi ,,
wasir,iritable
wasir,iritable olahraga.
olahraga. gol
gol narkotik,
narkotik, parkinson,
parkinson, demensia,
demensia,
Bowel
Bowel gol
gol analgesik,
analgesik, trauma
trauma medula
medula kurang
kurang privasi
privasi
sindrom
sindrom gol
gol diuretik,
diuretik, spinalis,
spinalis, BAB,
BAB,
Diet
Diet rendah
rendah serat
serat
fistula,
fistula, antasida
antasida neuropatik
neuropatik mengabaikan
mengabaikan
inersia
inersia aluminium,
aluminium, diabetik. dorongan
dorongan
Kurang
Kurang cairan
cairan diabetik.
kolon.
kolon. NSAID.
NSAID. BAB.
BAB.

Perubahan
Perubahan fisik
fisik :: esofagus
esofagus melebar,
melebar,
Plasma
Plasma Beta
Beta –endorphin
–endorphin
ukuran
ukuran lambung mengecil 
lambung mengecil  Gangguan
Gangguan metabolik
metabolik
nn ikatan
ikatan opiat
opiat endogen
endogen
penurunan
penurunan produksi
produksi hormon
hormon nn
usus
usus
enzim pencernaan
enzim pencernaan

Gangguan
Gangguan Koordinasi
Koordinasi refleks
refleks Defekasi
Defekasi

Kerja
Kerja otot2
otot2 polos
polos n
n Persyarafan:
Persyarafan: saraf
saraf Kesadaran
Kesadaran
serat
serat lintang
lintang usus
usus simpatis & parasimp
simpatis & parasimp
Spinter
Spinter interna
interna unkontrol
unkontrol
dan
dan penurunan kontraksi
penurunan kontraksi
Degenasi
Degenasi pleksus
pleksus Saraf
Saraf pudendus
pudendus eksterna
eksterna
myenterikus
myenterikus Kontraksi
Kontraksi dinding
dinding
Gagal
Gagal relaksasi
relaksasi spingter
spingter eksterna
eksterna abdomen
abdomen

Motilitas
Motilitas usus
usus Gagal
Gagal kontraksi
kontraksi spingter
spingter interna
interna

Respon
Respon motorik
motorik Gangguann
Gangguann Koordinasi
Koordinasi Refleks
Refleks Defekasi
Defekasi
sigmoid
sigmoid

Gagal
Gagal relaksasi
relaksasi oto
oto tt Penumpukan
Penumpukan feses:
feses:
pubo relaktalis
pubo relaktalis rektu
rektu (70%)
(70%) sigmoid
sigmoid
(20%)
(20%) proksimal (10%)
proksimal (10%)

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Konstipasi
Konstipasi
Respon
Respon untuk
untuk defekasi
defekasi
Pemeriksaan dimulai pada rongga mulut meliputi gigi gerigi,
adanya luka pada selaput lendir mulut dan tumor yang dapat
mengganggu rasa pengecap dan proses menelan. Daerah perut
diperiksa apakah ada pembesaran perut, peregangan/tonjolan.
Perabaan permukaan perut untuk menilai kekuatan otot perut.
Perabaan lebih dalam dapat mengetahui massa tinja di usus besar,
adanya tumor atau pelebaran batang nadi.
Pemeriksaan dengan stetoskop digunakan untuk
mendengarkan suara gerakan usus besar serta mengetahui adanya
sumbatan usus. Sedang pemeriksaan dubur untuk mengetahui
1. Makanan yang tinggi lemak: minyak kacang PE adanya wasir, hernia, fissure (retakan) atau fistula (hubungan
N PE ME
abnormal pada saluran cerna), juga kemungkinan tumor di dubur
tanah, minyak kelapa sawit, minyak kelapa,
A N yang bisa mengganggu proses buang air besar.
ayam, daging sapi, mentega, margarin, keju, N N RI
susu kental manis, tepung susu, dan A G KA U K
Anoskopi dianjurkan untuk menemukan hubungan abnormal
K N B N S
pada saluran cerna, tukak, wasir, dan tumor. Foto polos perut harus
sebagainya. A A A JA A dikerjakan pada penderita konstipasi untuk mendeteksi adanya
M Y EB
N AN
pemadatan tinja atau tinja keras yang menyumbat bahkan
2. Makanan yang tinggi gula: makanan yang melubangi usus. Jika ada penurunan berat badan, anemia, keluarnya
Y G
manis-manis, keju, dan makanan olahan
E N darah dari dubur atau riwayat keluarga dengan kanker usus besar
perlu dilakukan kolonoskopi.
M

1. Buah-buahan segar: alpukat, anggur, belimbing, jambu


KONSTIPASI
biji, jeruk bali, jeruk sitrun, mangga, melon, nanas, 1. Pengobatan non-farmakologis
a. Latihan usus besar
pepaya, pisang, semangka, sirsat, srikaya, dan
TI M b. Diet

N
sebagainya.
D A

A
2. Sayuran: bayam, kangkung, daun pepaya, daun AK K c. Olahraga

A
A 2. Pengobatan farmakologis

N
singkong, sawi hijau, kubis, kacang panjang, buncis,
M NA Biasanya dipakai obat-obatan golongan pencahar. Ada 4 tipe

SA
dan sebagainya
EN N golongan obat pencahar :

K
3. makanan tinggi serat: tepung maizena, beras ketan, ubi a. Memperbesar dan melunakkan massa feses: Cereal, Methyl
YE YA

LA
merah, ubi putih, oncom merah, oncom putih, kacang selulose, Psilium.
BA NG

A
hijau, kacang tanah, dan sebagainya. b. Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan

AT
menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah
4. makanan yang menyediakan asam lemak Omega-3, BK

N
penyerapan air. Contohnya: minyak kastor, golongan dochusate.

PE
Terdapat dalam daun-daunan, beberapa minyak biji-
A c. Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk
bijian, termasuk minyak kacang kedelai, minyak biji N digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal. Contohnya:
sorbitol, laktulose, gliserin
rami, minyak biji rape, minyak ikan, ikan, kecambah,
gandum d. Merangsang peristaltik
The Power of PowerPoint - thepopp.com
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
TEORI

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pengkajian
Keperawatan
Untuk mengkaji pola eliminasi dan menentukan adanya kelainan, perawat melakukan pengkajian riwayat keperawatan,
pengkajian fisik abdomen, menginspeksi karakteristik feses, dan meninjau kembali hasil pemeriksaan yang
berhubungan.
1. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Keperawatan : Riwayat keperawatan memfasilitasi peninjauan ulang pola dan kebiasaan defekasi klien.
Gambaran yang klien katakana sebagai “normal” atau atau “tidak normal” mungkin berbeda dari faktor dan kondisi
yang cenderung meningkatkan eliminasi normal.
a. Pola defekasi : Frekuensi, pernah berubah
b. Perilaku defekasi : Penggunaan laksatif, cara memperthankan pola
c. Deskripsi feses :Warna, bau, dan tekstur
d. Diet : Makanan yang mempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan, makanan yang dihindari, dan
pola makanan yang teratur atau tidak.
e. Cairan : Jumlah dan jenis minuman per hari
f. Aktivitas : kegiatan yang sehari – hari
g. Kegiatan yang spesifik
h. Penggunaan medikasi : obat – obatan yag memengaruhi defekasi
i. Stress: stress berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau bagaimana menerima.
j. Pembedahan / penyakit menetap ( tarwoto dan wartonah,2006 )
The Power of PowerPoint - thepopp.com
3. Pemeriksaan fisik Perawat melakukan pengkajian fisik sistem dan fungsi tubuh yang kemungkinan dipengaruhi oleh adanya
masalah eliminasi.
a. Mulut
Pengkajian meliputi inspeksi gigi, lidah, dan gusi klien. Gigi yang buruk atau struktur gigi yang buruk mempengaruhi
kemampuan mengunyah.
b. Abdomen
Perawat menginspeksi keempat kuadran abdomen untuk melihat warna, bentuk, kesimetrisan, dan warna kulit. Inspeksi juga
mencakup memeriksa adanya masa, gelombang peristaltik, jaringan parut, pola pembuluh darah vena, stoma dan lesi. Dalam
kondisi normal, gelombang peristaltik yang terlihat dapat merupakan tanda adanya obstruksi usus. Distensi abdomen terlihat
sebagai suatu tonjolan abdomen ke arah luar yang menyeluruh. Gas di dalam usus, tumor berukuran besar, atau cairan di dalam
rongga peritoneum dapat menyebabkan distensi. Distensi abdomen terasa kencang dan kulit tampak tegang, seakan di
regangkan. Perawat mengauskultasi abdomen dengan menggunakan stetoskop untuk mengkaji bising usus di setiap kuadran.
Bising usus normal tejadi setiap 5 – 15 detik dan berlangsUng selama setelah sampai beberapa detik. Sambil mengauskultasi,
perawat memperhatikan karakter dan frekuensi bising usus. Peningkatan nada hentakan pada bising usus atau bunyi “tinkling”
(bunyi gemerincing) dapat terdengar, jika terjadi distensi. Tidak adanya bising usus atau bising usus yang hipoaktif (bising usus
kurang dari lima kali per menit) terjadi jika klien menderita ileus paralitik, seperti yang terjadi pada klien setelah menjalani
pembedahan abdomen. Bsing usus yang bernada tinggi dan hiperaktif (bising usus 35 kali atau lebih permenit) terjadi pada
obstruksi usus dan gangguan inflamasi. Perawat mempalpasi abdomen untuk melihat adanya masa/area nyeri tekan. Penting bagi
klien untuk rileks. Ketegangan otot-otot abdomen mengganggu hasil palpasi organ atau masa yang berada di bawah abdomen
tersebut. Perkusi mendeteksi lesi, cairan atau gas di dalam abdomen. Pemahaman tentang lima bunyi perkusi juga
memungkinkan identifikasi struktur abdominal yang berada dibawah abdomen. Gas atau flatulen menghasilkan bunyi timpani.
Masa, tumor, dan cairan menghasilkan bunyi tumpu dalam perkusi.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


3. Pemeriksaan fisik Perawat melakukan pengkajian fisik sistem dan fungsi tubuh yang kemungkinan dipengaruhi
oleh adanya masalah eliminasi.
c. Rectum
Perawat menginspeksi daerah di sekitar anus untuk melihat adannya lesi, perubahan warna, inflamasi, dan
hemoroid. Kelainan harus dicatat dengan cermat. Untuk memeriksa rectum, perawat melakukan palpasi dengan
hati-hati. Perawat harus mempalpasi semua sisi dinding rectum klien dengan metode tertentu untuk mengetahui
adanya nodul atau tekstur yang tidak teratur. Mukosa rectum normalnya lunak dan halus. Mendorong jari telunjuk
yang terlalu jauh dapat menyebabkan ketidak nyamanan.
4. Keadaan feses Menginspeksi karakteristik feses, memberikan informasi tentang sifat perubahan eliminasi.
Setiap karakteristik feses dapat dipengaruhi oleh beberapa factor. Kunci dalam melakukan pengkajian ialah
mengetahui apakah ada perubahan tebaru yang terjadi. Klien adalah orang yang paling tepat untuk ditanyai
tentang hal ini.

5. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik menghasilkan informasi
yang bermanfaat untuk mempelajari masalah eliminasi. Analisa kandungan feses di laboratorium dapat
mendeteksi kondisi patologis seperti tumor, perdarahan, dan infeksi. Spesiemen feses. Perawat bertanggung
jawab secara langsung untuk memastikan bahwa spesimen diambil dengan akurat, diberi label dengan benar
pada wadah yang tepat, dan dikirim ke laboratorium tepat waktu. Institusi menyediakan wadah khusus untuk
tempat spesimen feses. Beberapa pemeriksaan memerlukan penempatan spesimen didalam pengawetan kimia.
Pemeiksaan diagnostik meliputi kolonoskopi, endoskop fiberoptik, rontgen dengan kontras.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Diagnosa
Keperawatan

1. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal.


2. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal berhubungan dengan proses penuaan.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Rencana
Keperawatan
NO SLKI SIKI
  KODE DIAGNOSA KEPERAWATAN HASIL HASIL

1 D.0049 Konstipasi b/d penurunan L.04033 (Eliminasi Fekal) 1.04151(manajemen eliminasi fekal
motilitas gastrointestinal Tujuan : 1. identifikasi masalah usus dan penggunaan
1. keluhan defekasi lama dan sulit 1 (meningkat) menjadi 4 (cukup menurun) obat pencahar
2. nyeri abdomen dari 1 (meningkat )menjadi 4 (cukup menurun) 2. monitor buang air besar (warna,
L.03019 (fungsi gastointestinal) konstistensi,volume)
Tujuan : 3. Berikan air hangat setelah makan
3. Frekuensi BAB dari 1 (memburukt) menjadi 3 (sedang) 4. sediakan makanan tinggi serat
4. Konsistensi feses dari 1 (memburuk) menjadi 3 ( sedang) 5. anjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai
toleransi
L.08066 (tingkat nyeri) 6. Kolaborasi pemberian obat supositoria anal,
Tujuan jika perlu
5. Keluhan nyeri dari 2 ( cukup meningkat) menjadi 4 (cukup menurun)  
6. meringis dari 2 (cukup menurun) menjadi 3 (sedang)
 
 
 
 

2 D.0021 Disfungsi Motilitas L.03023 (motilitas gastrointestinal) 1.03119 (manajemen nutrisi)


Gastrointestinal b/d proses Tujuan 1. monitor TTV
penuaan. 1. Nyeri dari 5 (meningkat) menjadi 3 (sedang) 2. monitor asupan makanan
2. Distensi abdomen dari 1(menurun) menjadi 3 (sedang) 3. identifikasi status nutrisi
  4. identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrient
5. kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
6. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
The Power of PowerPoint - thepopp.com
Implementasi
Keperawatan
NO Diagnosa TGL/JAM Implementasi Paraf

1 Konstipasi b/d penurunan motilitas 08.30 Melakukan monitoring warna, konsistensi dan volume BAB.  
gastrointestinal 09.00 Memberikan minuman hangat setelah pasien makan
D.0049 09.30 Memberikan mankanan tinggi serat.
 
10.00  
  Kolaborasi memberikan obat supositoria anal
10.30  
  Mengevaluasi tanda dan gejala.
11.45  
  Berkolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
  berhasil.
   
 
 

2 Disfungsi Motilitas Gastrointestinal b/d proses 08.00 Memonitoring intake makanan setiap hari.  
penuaan 08.45 Menimbang BB, ukuran lengan (triceps) serta amati penurunan BB.
09.25 Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori-inta-ke
 
10.00 cairan yang adekuat.
11.00 Menganjurkan pula klien untuk sering mengkonsumsi maka-nan kecil.
Memberikan makanan yang mengandung serat tinggi.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Evaluasi
Keperawatan

NO TGL/JAM Catatan Perkembangan Paraf


1 2 November 2020 S = klien mengatakan sudah bisa BAB  
O = klien tampak sumringah
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi 1 dan 2 dilanjutkan

2 3 Oktober 2020 S = klien mengatakan nyeri pada abdomen sudah mulai berkurang  
O = Klien sudah tidak gelisah
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi 1 dan 2 dilanjutkan

The Power of PowerPoint - thepopp.com


BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pengkajian
Keperawatan
1. Identitas
a. Nama : Ny. S
b. Tempat / tanggal lahir : Padang Sidempuan ( 75 tahun )
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status Perkawinan : Janda
e. Agama : Islam
f. Suku : Batak
g. Pendidikan : SD
h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
i. Alamat : Lingkungan III, Harjosari. Medan Amplas

2. Komposisi Keluarga Lansia :


Ny.S memiliki seorang adik perempuan. Suami Ny.S sudah meninggal. Begitu juga dengan anak Ny.S,
meninggal ketika masih berumur 5 tahun. Ny.S tinggal serumah dengan adik beserta anak adiknya.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pengkajian
Keperawatan

3. Riwayat kesehatan keluarga / genogram

Ket:

= Laki-laki =Menikah
= Perempuan = Anak

= Meninggal =tinggal serumah


= Ny S

4. Riwayat Kesehatan saat ini


Saat ini Ny. S tampak kurang sehat.Ny S tampak lemas. Ny.s mengatakan sudah lima hari ini ia tidak BAB sehingga
menyebabkan perutnya merasa tidak enak. Ny.S juga mengatakan nyeri saat buang air besar. Feses keras dan kering.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pengkajian
Keperawatan
5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sewaktu Ny.S masih muda, Ny. S pernah di rawat di RS karena terserang penyakit magh. Ny. S mengatakan ia di beri
obat oleh dokter dan mematuhi semua anjuran yang dikatakan oleh dokter.
Sudah lebih dari 10 tahun Ny.S menggunakan laksatif yang di beli diwarung dan obat ini di beli jika Ny.S tidak tahan
dengan kondisi perutnya.

6. Riwayat sehari – hari


a. Persepsi lansia terhadap sehat sakit
Ny.S mengatakan bahwa dirinya sehat jika Ny.S dapat melakukan aktifitas sehari-hari dan Ny.S beranggapan bahwa
sakit menurut nya adalah ketika ia tidak bisa BAB secara teratur.
b. Kebiasaan
Kebiasaan Ny.S setiap hari yaitu Ny.S suka duduk di depan rumahnya dan Ny.S suka menggunakan “ laksatif ” jika ia
susah untuk BAB.
c. Pola nutrisi
Ny.S makan 2 kali sehari (pagi dan sore hari). Ny.S mengatakan tidak selera untuk makan hanya 4-6 sendok saja,sedikit
sayur dan lauk tidak bisa makan yang terlalu pedas. Makan nasi keras. Ny.S minum air teh hangat dan teh manis tetapi
jarang minum, sekitar 1-2 gelas perhari, tidak suka minum banyak karena sering BAK.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pengkajian
Keperawatan
7. Riwayat psikologi
Ny.S selalu mengingat kajadian yang tidak enak yang menimpanya. Tiga bulan yang lalu Ny.S kehilangan uang di dalam dompetnya di rumah. Ny.S
merasa bahwa uangnya telah di ambil oleh anak adiknya. Semenjak kejadian itu Ny.S kurang suka melihat anak adik nya tersebut.

8. Riwayat Sosial
Ny.S tidak mengikuti kegiatan yang ada di lingkungannya, Ny.S juga tidak mengikuti acara perwiritan, Ny.S bersosial baik dengan tetangga nya. Ny.S
juga mengatakan ia tetap menyayangi keluarganya walau ia kurang suka melihat anak adiknya.

9. Riwayat spiritual dan cultural


Ny.S melakukan shalat 5 waktu dirumah, Ny.S tidak pergi ke Masjid.

10. Pemeriksaan fisik


a. Keadaan Umum
Keadaan Ny.S lemas, penglihatan Ny.S masih jelas, begitupun pendengarannya, masih dapat mendengar dengan jelas. Kuku tangan dan kaki terlihat
bersih. Memakai songkok dengan penampilan rapi. Kulit kepala agak bersih, rambut berwarna putih (uban), kulit sudah keriput, dan sering gatal –
gatal. Hal ini disebabkan karena Ny.S malas untuk mandi. Ny.S berbicara dengan jelas, walau gigi Ny.S tinggal dua buah.
b. Tanda – tanda vital
TD: 120/90 mmHg HR : 96 x/menit RR : 22 x/menit Temp: 37oC
c. Sistem pernafasan
Ny.S tidak mengeluhkan batuk, sesak napas, tidak ada riwayat sakit asma
d. Sistem kardiovaskuler
Ny.S tidak mengeluhkan nyeri pada dadanya. Denyut nadi normal, begitupun dengan tekanan darahnya.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Pengkajian
Keperawatan

10. Pemeriksaan fisik


e. Sistem gastrointestinal
Ny.S tidak dapat mencerna makanan dengan baik, kadang – kadang perut Ny.S tepatnya di ulu hati terasa sakit jika Ny.S jarang makan,
BAB 5 hari sekali. Perut Ny.S terasa tegang dan keras saat di palpasi.
f. Sistem genitourinary
Ny.S sudah menoupose.
g. Sistem musculoskeletal
Ny.S dapat menggerakkan kedua tangan dan kakinya. Walau kedua kakinya sering nyeri. Kekuatan otot Ny.S 3 yaitu mampu menahan
tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak mampu melawan tekanan.
h. Sistem neurologi
Ny.S dapat mengingat kejadian puluhan tahun lalu, tetapi lupa dengan kejadian sebulan yang lalu yang telah di lakukan. Terkadang Ny.S
mengalami sakit kepala di siang hari, otot wajah Ny.S dapat terlihat baik ketika Ny.S dapat tersenyum.

11. Pemeriksaan Penunjang


Ny.S lebih dari 10 tahun ini tidak pernah memeriksakan kesehatannya ke Rumah Sakit, ataupun tempat pengobatan terdekat. Apabila Ny.S
sakit, ia hanya membeli obat di warung.

12. Riwayat Terapi


Klien tidak mengalami terapi khusus.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


No Data Etiologi Problem

Pengkajian
1 Ds : Pola BAB Gangguan
tidak kebutuhan eliminasi
 Pola BAB tidak teratur teratur : konstipasi

Keperawatan  Pengeluaran feses sulit dan


nyeri Nafsu makan
Menurun
 Perasaan penuh pada perut

 Nafsu makan menurun


Do:
Perut terasa
 Feses keras penuh
 Tekanan pada rectum
Pembesaran
abdomen

Tekanan pada
rectum

Pengeluaran
feses sulit dan
nyeri

Konstipasi
Analisa Data 2 Ds : Sulit BAB Nutrisi kurang dari
Abdomen kebutuhan
 Perut terasa penuh keras
 Nafsu makan menurun
Bising usus tidak
 BB menurun terdengar
Do :
Perut terasa penuh
 Bising usus tidak
terdengar
Nafsu makan
 Abdomen keras menurun

Menurunnya intake
makanan
3 Ds : Kekakuan sendi saat Nyeri akut
BAB ( posisi
 Pengeluaran feses sulit dan jongkok)
nyeri
Pengeluaran feses

The Power of PowerPoint - thepopp.com sulit dan nyeri


Diangosa
keperawatan

1. Gangguan pola eliminasi : Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal


2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan ditandai ketidak mampuan
mencerna makanan dan gigi ompong
3. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Rencana
Keperawatan

NO SLKI SIKI
  KODE DIAGNOSA HASIL HASIL
KEPERAWATAN
1 D.0049 Gangguan pola L.03023 (Motilitas gastrointestinal) : 1.04153 (Manajemen konstipasi)
eliminasi : Kriteria hasil : Observasi :
Konstipasi 1. kontrol pengeluaran feses dari skala 1 menurun menjadi 4 cukup meningkat 1. identifikasi faktor resiko konstipasi
berhubungan 2. keluhan defekasi lama dan mengejan dari skala 1 meningkat menjadi 4 cukup misal obat-obatan,tirah-baring,diet
dengan penurunan menurun rendah serat
3. terasa massa pada rektal dari skala 1 meningkat menjadi skala 3 sedang 2. monitor tanda dan gejala rupture usus
motilitas dan/atau peritonitis
L.03019 (Fungsi gastrointestinal
gastrointestinal 4. nafsu makan menurun dari skala 1 menurun menjadi skala 3 sedang 3. periksa tanda dan gejala konstipasi
  5. konsistensi feses dari skala 1 memburuk menjadi skala 4 cukup membaik Terapeutik :
4. Anjurkan diet tinggi serat
5. Lakukan masase abdomen
6. Berikan irigasi
Edukasi :
7. Jelaskan etiologi masalah dan alas an
tindakan
8. Anjurkan peningkatan asupan cairan
9. Latih BAB secara teratur
10.Kolaborasi penggunaan obat
pencahar.
 

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Implementasi
Keperawatan

NO Diagnosa TGL/JA Implementasi Paraf


M
1 Gangguan pola eliminasi : 08.30 1. Memeriksa tanda dan gejala konstipasi  
Konstipasi berhubungan 09.00 2. Menganjurkan pasien untuk makan makanan tinggi serat
penurunan motilitas 09.30 3. memberikan irigasi
gastrointestinal 11.00 4. menganjurkan asupan cairan
D.0049 12.00 5. kolaborasi pemberian obat pencahar.
 
 
 
 
 
 
 
 

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Evaluasi
Keperawatan

NO TGL/JAM Catatan Perkembangan Paraf


1 2 November 2020 S = klien mengatakan sudah bisa BAB  
O = klien tampak sumringah
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi 1 dan 2 dilanjutkan

2 3 Oktober 2020 S = klien tidak sakit lagi saat BAB  


O = Klien sudah tidak gelisah
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dihentikan

The Power of PowerPoint - thepopp.com


BAB 5 PENUTUP

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Kesimpulan
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut
dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan
Saran
kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat
alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya Kami berharap para pembaca dapat memahami
jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses pembahasan makalah kami tentang Asuhan
menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem
masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Pencernaan, saran kami adalah agar setiap calon
Proses penuaan memberikan pengaruh pada setiap bagian dalam
saluran gastrointestinal (GI) dalam beberapa derajat. Namun,
perawat dapat memaksimalkan pengetahuanya dan
karena luasnya persoalan fisiologis pada sistem gastrointestinal, tidak pernah berhenti untuk terus belajar dan bekerja
hanya sedikit masalah-masalah yang berkaitan dengan usia yang dengan kemampuan yang maksimal dan intergritas
dilihat dalam kesehatan lansia. Banyak masalah-masalah kerja yang baik
gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia lebih erat
dihubungkan dengan gaya hidup mereka.

The Power of PowerPoint - thepopp.com


Terima Kasih! 

Anda mungkin juga menyukai