Salah satu yang harus diperhatikan pada usia lanjut adalah konsumsi serat dan intake cairan setiap hari. Ini bertujuan
agar lansia terhindar dari terjadinya kanker kolon, wasir, hemoroid, dan konstipasi. Insiden konstipasi puncaknya pada
usia 60-70 tahun. Konstipasi merupakan kondisi dimana feses mengeras sehingga susah dikeluarkan melalui anus, dan
menimbulkan rasa terganggu atau tidak nyaman pada rektum. Usia lanjut dapat mempengaruhi proses pengosongan
lambung. Diantaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot- otot polos colon yang dapat
berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya feses sehingga memungkinkan terjadinya konstipasi
PA
Berdasarkan rekomendasinya, konstipasi relaksasi otot pubo-rektalis dan sfingter anus
TO
dikategorikan dalam dua golongan : DEFINIS eksterna saat BAB. Pemeriksaan secara manometrik
menunjukkan peningkatan tekanan pada saluran
FI I
1. konstipasi fungsional disebabkan waktu
I anus saat mengejan.
SI
perjalanan yang lambat dari feses, sedangkan
3. Peningkatan Tonus Rektum: Terjadi kesulitan
O
penundaan pada muara rektosigmoid
mengeluarkan feses yang bentuknya kecil. Sering
LO
menunjukkan adanya disfungsi anorektal. Yang
terakhir ditandai adanya perasaan sumbatan pada ditemukan pada kolon yang spastik seperti pada
G
anus. penyakit Irritable Bowel Syndrome, dimana
2. konstipasi karena penundaan keluarnya feses konstipasi merupakan hal yang dominan
pada muara rektisigmoid
KONSTIPASI
1. Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan
tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut
penderita dapat terlihat seperti sedang hamil).
1. Asupan serat
2. Tinja menjadi lebih keras, panas, dan berwarna lebih gelap daripada
SI
2. Intake cairan biasanya, dan jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya
N TA
3. Aktivitas fisik 3. Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-
kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu
LI E S
4. Depresi supaya dapat mengeluarkan tinja.
IS
5. Penggunaan obat-obatan 4. Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
IF
6. Gangguan metabolik ETIOLOG 5. Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit
N
akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.
A
7. Kurang privasi untuk BAB I 6. Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk
K
M
daripada biasanya
8. Obstruksi mekanik
7. Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit
buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau
lebih).
ETIOLOGI
ETIOLOGI
Penyakit
Penyakit salsal Imobilisasi
Imobilisasi :: Poli
Poli Farmako
Farmako Kondisi
Kondisi Psikologik
Psikologik ::
cerna
cerna :: ca
ca kemampuan
kemampuan fisik,
fisik, :: Pencahar
Pencahar yg
yg neurologik
neurologik :: psikosis,
psikosis,
kolon,hernia
kolon,hernia kurang
kurang gerak,
gerak, berlebihan,
berlebihan, stroke,
stroke, depresi
depresi ,,
wasir,iritable
wasir,iritable olahraga.
olahraga. gol
gol narkotik,
narkotik, parkinson,
parkinson, demensia,
demensia,
Bowel
Bowel gol
gol analgesik,
analgesik, trauma
trauma medula
medula kurang
kurang privasi
privasi
sindrom
sindrom gol
gol diuretik,
diuretik, spinalis,
spinalis, BAB,
BAB,
Diet
Diet rendah
rendah serat
serat
fistula,
fistula, antasida
antasida neuropatik
neuropatik mengabaikan
mengabaikan
inersia
inersia aluminium,
aluminium, diabetik. dorongan
dorongan
Kurang
Kurang cairan
cairan diabetik.
kolon.
kolon. NSAID.
NSAID. BAB.
BAB.
Perubahan
Perubahan fisik
fisik :: esofagus
esofagus melebar,
melebar,
Plasma
Plasma Beta
Beta –endorphin
–endorphin
ukuran
ukuran lambung mengecil
lambung mengecil Gangguan
Gangguan metabolik
metabolik
nn ikatan
ikatan opiat
opiat endogen
endogen
penurunan
penurunan produksi
produksi hormon
hormon nn
usus
usus
enzim pencernaan
enzim pencernaan
Gangguan
Gangguan Koordinasi
Koordinasi refleks
refleks Defekasi
Defekasi
Kerja
Kerja otot2
otot2 polos
polos n
n Persyarafan:
Persyarafan: saraf
saraf Kesadaran
Kesadaran
serat
serat lintang
lintang usus
usus simpatis & parasimp
simpatis & parasimp
Spinter
Spinter interna
interna unkontrol
unkontrol
dan
dan penurunan kontraksi
penurunan kontraksi
Degenasi
Degenasi pleksus
pleksus Saraf
Saraf pudendus
pudendus eksterna
eksterna
myenterikus
myenterikus Kontraksi
Kontraksi dinding
dinding
Gagal
Gagal relaksasi
relaksasi spingter
spingter eksterna
eksterna abdomen
abdomen
Motilitas
Motilitas usus
usus Gagal
Gagal kontraksi
kontraksi spingter
spingter interna
interna
Respon
Respon motorik
motorik Gangguann
Gangguann Koordinasi
Koordinasi Refleks
Refleks Defekasi
Defekasi
sigmoid
sigmoid
Gagal
Gagal relaksasi
relaksasi oto
oto tt Penumpukan
Penumpukan feses:
feses:
pubo relaktalis
pubo relaktalis rektu
rektu (70%)
(70%) sigmoid
sigmoid
(20%)
(20%) proksimal (10%)
proksimal (10%)
N
sebagainya.
D A
A
2. Sayuran: bayam, kangkung, daun pepaya, daun AK K c. Olahraga
A
A 2. Pengobatan farmakologis
N
singkong, sawi hijau, kubis, kacang panjang, buncis,
M NA Biasanya dipakai obat-obatan golongan pencahar. Ada 4 tipe
SA
dan sebagainya
EN N golongan obat pencahar :
K
3. makanan tinggi serat: tepung maizena, beras ketan, ubi a. Memperbesar dan melunakkan massa feses: Cereal, Methyl
YE YA
LA
merah, ubi putih, oncom merah, oncom putih, kacang selulose, Psilium.
BA NG
A
hijau, kacang tanah, dan sebagainya. b. Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan
AT
menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah
4. makanan yang menyediakan asam lemak Omega-3, BK
N
penyerapan air. Contohnya: minyak kastor, golongan dochusate.
PE
Terdapat dalam daun-daunan, beberapa minyak biji-
A c. Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk
bijian, termasuk minyak kacang kedelai, minyak biji N digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal. Contohnya:
sorbitol, laktulose, gliserin
rami, minyak biji rape, minyak ikan, ikan, kecambah,
gandum d. Merangsang peristaltik
The Power of PowerPoint - thepopp.com
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
TEORI
5. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik menghasilkan informasi
yang bermanfaat untuk mempelajari masalah eliminasi. Analisa kandungan feses di laboratorium dapat
mendeteksi kondisi patologis seperti tumor, perdarahan, dan infeksi. Spesiemen feses. Perawat bertanggung
jawab secara langsung untuk memastikan bahwa spesimen diambil dengan akurat, diberi label dengan benar
pada wadah yang tepat, dan dikirim ke laboratorium tepat waktu. Institusi menyediakan wadah khusus untuk
tempat spesimen feses. Beberapa pemeriksaan memerlukan penempatan spesimen didalam pengawetan kimia.
Pemeiksaan diagnostik meliputi kolonoskopi, endoskop fiberoptik, rontgen dengan kontras.
1 D.0049 Konstipasi b/d penurunan L.04033 (Eliminasi Fekal) 1.04151(manajemen eliminasi fekal
motilitas gastrointestinal Tujuan : 1. identifikasi masalah usus dan penggunaan
1. keluhan defekasi lama dan sulit 1 (meningkat) menjadi 4 (cukup menurun) obat pencahar
2. nyeri abdomen dari 1 (meningkat )menjadi 4 (cukup menurun) 2. monitor buang air besar (warna,
L.03019 (fungsi gastointestinal) konstistensi,volume)
Tujuan : 3. Berikan air hangat setelah makan
3. Frekuensi BAB dari 1 (memburukt) menjadi 3 (sedang) 4. sediakan makanan tinggi serat
4. Konsistensi feses dari 1 (memburuk) menjadi 3 ( sedang) 5. anjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai
toleransi
L.08066 (tingkat nyeri) 6. Kolaborasi pemberian obat supositoria anal,
Tujuan jika perlu
5. Keluhan nyeri dari 2 ( cukup meningkat) menjadi 4 (cukup menurun)
6. meringis dari 2 (cukup menurun) menjadi 3 (sedang)
1 Konstipasi b/d penurunan motilitas 08.30 Melakukan monitoring warna, konsistensi dan volume BAB.
gastrointestinal 09.00 Memberikan minuman hangat setelah pasien makan
D.0049 09.30 Memberikan mankanan tinggi serat.
10.00
Kolaborasi memberikan obat supositoria anal
10.30
Mengevaluasi tanda dan gejala.
11.45
Berkolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
2 Disfungsi Motilitas Gastrointestinal b/d proses 08.00 Memonitoring intake makanan setiap hari.
penuaan 08.45 Menimbang BB, ukuran lengan (triceps) serta amati penurunan BB.
09.25 Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori-inta-ke
10.00 cairan yang adekuat.
11.00 Menganjurkan pula klien untuk sering mengkonsumsi maka-nan kecil.
Memberikan makanan yang mengandung serat tinggi.
2 3 Oktober 2020 S = klien mengatakan nyeri pada abdomen sudah mulai berkurang
O = Klien sudah tidak gelisah
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi 1 dan 2 dilanjutkan
Ket:
= Laki-laki =Menikah
= Perempuan = Anak
8. Riwayat Sosial
Ny.S tidak mengikuti kegiatan yang ada di lingkungannya, Ny.S juga tidak mengikuti acara perwiritan, Ny.S bersosial baik dengan tetangga nya. Ny.S
juga mengatakan ia tetap menyayangi keluarganya walau ia kurang suka melihat anak adiknya.
Pengkajian
1 Ds : Pola BAB Gangguan
tidak kebutuhan eliminasi
Pola BAB tidak teratur teratur : konstipasi
Tekanan pada
rectum
Pengeluaran
feses sulit dan
nyeri
Konstipasi
Analisa Data 2 Ds : Sulit BAB Nutrisi kurang dari
Abdomen kebutuhan
Perut terasa penuh keras
Nafsu makan menurun
Bising usus tidak
BB menurun terdengar
Do :
Perut terasa penuh
Bising usus tidak
terdengar
Nafsu makan
Abdomen keras menurun
Menurunnya intake
makanan
3 Ds : Kekakuan sendi saat Nyeri akut
BAB ( posisi
Pengeluaran feses sulit dan jongkok)
nyeri
Pengeluaran feses
NO SLKI SIKI
KODE DIAGNOSA HASIL HASIL
KEPERAWATAN
1 D.0049 Gangguan pola L.03023 (Motilitas gastrointestinal) : 1.04153 (Manajemen konstipasi)
eliminasi : Kriteria hasil : Observasi :
Konstipasi 1. kontrol pengeluaran feses dari skala 1 menurun menjadi 4 cukup meningkat 1. identifikasi faktor resiko konstipasi
berhubungan 2. keluhan defekasi lama dan mengejan dari skala 1 meningkat menjadi 4 cukup misal obat-obatan,tirah-baring,diet
dengan penurunan menurun rendah serat
3. terasa massa pada rektal dari skala 1 meningkat menjadi skala 3 sedang 2. monitor tanda dan gejala rupture usus
motilitas dan/atau peritonitis
L.03019 (Fungsi gastrointestinal
gastrointestinal 4. nafsu makan menurun dari skala 1 menurun menjadi skala 3 sedang 3. periksa tanda dan gejala konstipasi
5. konsistensi feses dari skala 1 memburuk menjadi skala 4 cukup membaik Terapeutik :
4. Anjurkan diet tinggi serat
5. Lakukan masase abdomen
6. Berikan irigasi
Edukasi :
7. Jelaskan etiologi masalah dan alas an
tindakan
8. Anjurkan peningkatan asupan cairan
9. Latih BAB secara teratur
10.Kolaborasi penggunaan obat
pencahar.