Anda di halaman 1dari 179

INFEKSI MENULAR

SEKSUAL
GONORRHEA
Penyebab:
Famili : Neisseriaceae
Genus : Neisseria
Species :
Neisseria gonorrhoeae
Neisseria meningitidis
Gonorrhea
• Usia paling sering: 15-35 tahun
• Menyebar melalui kontak seksual
• Patogenesis
– Bakteri menempelpada epitel urogenita
menggunakan philli  memicu respon peradangan
akut  sekret.
– Pria:uretritisprostatitis epididimitis
– Wanita: vagnitis  cervicitis  radang panggul
(PID= Pelvic Inflamatory Disease)
Gejala klinis

• Inkubasi 2-8 hari


• Sekret uretra kuning kental
• Urethritis akut yang nyeri
• Infeksi pada wanita sering asimptomatik
atau ditandai dengan sekret vagina
• Komplikasi terjadi lambat termasuk
striktur uretra dan infertilitas pada wanita.
• Disseminated Gonococcal Infection (DGI)
 * Arthritis
* Dermatitis GONITIS SEPSIS

* Peritonitis

• BAYI : Ophthalmia neonatorum


(Blenorrhoe)
Tindakan CREDE : AgNO3 1%
Diagnosis
• Pus dari uretra harus segera dikirim ke
laboratorium menggunakan media transpor
khusus
Morfologi :

• Kokus / Diplokokus; Gram negatif


•  : 0,6 -1,0 µm
• Seperti biji kopi / ginjal (sisi yang berhadapan
pipih)
• Intracellular (PMN) atau Extracellular
• Non motil
• Pilli (+)
DIAGNOSA :

A. Mikroskopis :
Diplokokus; biji kopi Gram Negatif
B. Kultur :
Fastidious organisme
(Nutrisi kompleks)
C. Uji kimiawi
D. Uji serologi
MEDIA :
• Coklat agar  bila spesimen diambil dari
daerah yang dalam keadaan normal : STERIL
(darah, CSF, Synovial)
• MTM (Modified Thayer Martin)
• TM (Thayer Martin)
Medium TM : ditambah Antibiotik

• Vancomycin  X Gram positif


• Colistin  X Gram negatif
• Nystatin  X Jamur

Medium MTM : ditambah Trimethoprim  X


Gram negatif
Colonies of a pure culture of N gonorrhoeae
growing on a modified Thayer Martin plate
Media yang rutin dipakai :
1. Coklat agar
2. TM / MTM

Inkubasi :  sungkup lilin (candle jar)

• Lilin
• Kapas basah
D. Uji Serologi :  deteksi Antibodi

• Fluorescence – Ab – Tehnik
• CIE (Counter Immuno Electrophoresis)
• Koaglutinasi
• Latex aglutinasi
PENGOBATAN :

• Tes kepekaan  Penicillin/Cephalosporin


• Tes PPNG  Strain PPNG (Penicillinase
Producing Neisseria gonorrhoeae)

Tes PPNG  Iodometri


Penicilline Penicillinase Penicilloic acid
Iod (K-J) + amylum  biru
NON Gonococcal urethritis
• most frequent cause of urethritis
• ETIOLOGY: >> Chlamydia trachomatis,
other organism:Ureaplasma urealyticum,
Mycoplasma genitalium,Trichomonas
vaginalis, Gardnerella vaginalis, and HSV
Clinical manifestation
• urethral discharge (serous and clear, not
purulent) and may pain on urination and
pruritus in the meatal region of the urethra.
• Complications: epididymitis and Reiter
syndrome (arthritis, urethritis, and
conjunctivitis)
HERPES SIMPLEKS
Infeksi Herpes simpleks
• Definisi
infeksi kronik yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks (HSV), dengan gambaran klinis vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritema, mengenai kulit
dan membran mukosa, dapat primer dan rekurens

• VHS  2 tipe :
– VHS tipe I : HS labialis ( orofasial )
– VHS type II : HS genitalis
epidemiologi
• Terdapat di seluruh dunia
• Transmisi melalui kontak langsung
• Dapat ditransmisikan ke bayi : sebelum
kelahiran, pada proses persalinan, setelah
kelahiran
Patogenesis
• Virus masuk kedalam tubuh melalui bibir,
mulut, kulit, konjungtiva, genital, lubang
hidung  bermultiplikasi  ke kelenjar limfe
regional dan pembuluh darah  membran
mukosa dan kulit  bereplikasi  Lesi primer
( vesikel yang berkelompok)  virus menuju
ke gamglion radiks dorsalis mengikuti nervus
perifer  virus dorman (periode latent) 
reaktivasi  lesi rekurens
Gejala klinis
• Gatal, rasa terbakar, kemerahan  dalam
beberapa menit – jam  vesikel
• Vesikel serosa  seropurulen  pecah dalam
beberapa hari  krusta  sembuh dallam 1
minggu tanpa jaringan parut
• Pemebesaran kelenjar limfe (+)
• Predileksi : bibir dan genital
Variasi
• Herpes labialis
• Herpes genitalis
• Herpetic whitlow
• Dermatitis herpetiformis
• HS Okular
• HS ensefalitis
Diagnosis
• Anamnesis riwayat penyakit
• Gejala klinis
• Tzanck test
• Kultur
• Test serologis : Ab spesifik HSV I dan HSV II
Diagnosis Banding
• Impetigo bulosa
• Stomatitis aphtosa
• Oral thrus

Penatalaksanaan
• Simtomatik  analgetik
• Antiviral :
– Asiklovir 5 x 200 mg ( 7 hari )
– Valasiklovir 2 x 500 mg ( 7 hari )
– Famsiklovir 3 x 250 mg ( 7 hari )
– Gejala yang berat : asiklovir intravena
Anjuran
• Bila lesi (+)  absen melakukan hubungan
seksual / menggunakan kondom
• Edukasi kebersihan dan kesehatan
• Pemeriksaan pasangan seksual
SIFILIS
SIFILIS
SINONIM
Lues
Raja Singa
PENDAHULUAN
Sifilis : peny akb. Hubungan seksual (PHS) yg dpt
menimbulkan komplikasi luas
Sejak Penisilin (+)  insidens sifilis ↓
Peny ini dpt  kelainan sistemik & kongenital
(bawaan)  menarik perhatian para dokter
SIFILIS
DIFINISI
Sifilis : PHS, menahun, remisi eksaserbasi yg 
semua organ tubuh termasuk kardiovaskular,
otak & SSP
Sifilis disbbkan oleh Treponema pallidum
Ciri penyakit
 Penyakit sgt kronis
 Menyerang semua organ tubuh
 Kuman penybb dpt menembus plasenta & 
kelainan kongenital
SIFILIS
EPIDEMIOLOGI
Eropa - Abad ke 15  wabah sifilis
Sth 1860, perbaikan sosioekonomi 
morbiditas penyakit me↓
Selama PD II, insidens penyakit me↑,
mencapai puncak pd a1946.
Ditemukan penisilin  insidens penyaki me↓
SIFILIS
ETIOLOGI
Treponema pallidum ditemukan oleh
SCHAUDINN dan HOFFMAN (1905)
Kuman ini termasuk :
Ordo : Spirochaetalis
Famili : Spirochaetaceae
Genus : Treponema
SIFILIS
Jenis-jenis dan sifat Treponema :
 Patogen
– T. pallidum
– T. pertenue
– T. carateum
 Non Patogen
– T. buccalis
– T. macrodentium
– T. microdentium
– T. genitalis balanitidis
SIFILIS
Ciri-ciir Treponema pallidum
 Berbentuk spiral
 Berukuran panjang : 6 – 15 m, tebal 0,25 m
 Terdiri dari 8 – 24 kumparan
 Dapat bergerak maju mundur, berotasi, undulasi dari sisi yang
satu ke sisi yang lain
 Berkembang biak dengan cara membelah secara melintang
 Stadium aktif berlangsung setiap 30 jam
 Tidak dapat bertahan di udara kering, suhu panas,
desinfektans, sabun
 Tidak dapat dibiak di media buatan, namun dapat diinokulasi
pada hewan percobaan
SIFILIS
KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut WHO berdasarkan faktor
epidemiologi
Sifilis dini
Sifilis lanjut
SIFILIS
 Sifilis dini
– Perjalanan penyakit < 2 tahun
– Bersifat menular
– Masih ditemukan kuman Treponema pallidum di lesi kulit
 Sifilis lanjut
– Perjalanan penyakit > 2 tahun
– Bersifat tidak menular
– Tidak ditemukan kuman di lesi kulit, kecuali ibu hamil
yang menderita stadium lanjut,  Treponema pallidum
dapat melalui plasenta masuk ke tubuh janin.
SIFILIS
Secara klinis, Sifilis terbagi
 Sifilis kongenita (bawaan)
 Sifilis akuisita (didapat)
SIFILIS
SIFILIS KONGENITA (SK)
Infeksi  janin, didpt dr ibu hamil yg menderita
sifilis
Infeksi  sth bln ke 4 kehamilan – plasenta sdh
terbentuk lengkap
Penularan paling srg (+) pd bln ke 6 – sel
Langerhans sdh  atrofi sempurna
 Ibu hamil sifilis dini (std 1 / 2) srg  melahirkan
bayi mati
 Ibu hamil sifilis lanjut  melahirkan bayi SK /
bayi sehat tanpa terinfeksi
SIFILIS
SIFILIS KONGENITA (SK)

Pengobatan tepat & dini ibu hamil – sifilis  hindari


infeksi janin
Pengobatan adekuat  menyembuh janin yg tlh
terinfeksi
SK – T. pallidum lsg msk tbh janin via peredaran darah,
mk  stadium I (-)
SK terbagi
 SK dini - (+) < 2 tahun
 SK lanjut – (+) > 2 tahun
 Stigmata
SIFILIS
SIFILIS KONGENITA (SK) - SK DINI

SK DINI
G/ (+) beb mgg (3 mgg) sth lahir
Mkn dini timbul G/  P/ mkn buruk
SIMTOMATOLOGI
Keln klt : vesikel, bula  telapak tangan & telapak kaki
Vesikel pecah  erosi + krusta – Pemfigus sifilitika
Cairan dlm vesikel/bula  banyak T. pallidum
Bl keln (+) sth > 1 – 2 bln  G/ = sifilis std II didapat
SIFILIS
SIFILIS KONGENITA (SK) - SK DINI

Keln  kulit, mukosa, kelenjar, hepar, lien, ginjal, paru,


mata, tulang & SSP
Kulit : Papel + skuama dg konfigurasi spt S II – anular,
sirsiner, polisiklik & kondilomata lata
Selaput lendir : sekret hidung srg campur darah &
banyak T. pallidum
Tulang : osteokondritis, srg menyerang tulang panjang
 Rontgen
Sekitar 60 %  hepatomegali
Paru-paru : pneumonia alba
Sifilis Kongenita
Keratitis interstisialis

Sifilis Kongenita
Sunffle nose, crusting, nasal discharge
Sifilis Kongenita
Periostitis

Sifilis Kongenita
Early Congenital Syphilis

Sifilis Kongenita
SIFILIS
SIFILIS KONGENITA (SK) - SK DINI

Penengakkan diagnosis
Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap - bahan
pemeriksaan : cairan vesikel atau bula, lesi
kondilomata, sekret hidung.
Pemeriksaan serologi - bahan pemeriksaan : darah
atau cairan serebrospinalis
Pemeriksaan foto roentgen - tulang-tulang panjang
SIFILIS
SIFILIS KONGENITA (SK) - SK LANJUT

SK LANJUT
Keln (+) sth usia > 2 tahun  usia 7 – 9 tahun
Kelainan klinik – Trias Hutchinson :
 Mata - keratitis interstisialis  buta
 Ketulian nervus VIII
 Gigi Hutchinson – gigi insisivus I atas kanan & kiri –
gigi tetap – btk spt obeng / gergaji
Keln tulang tibia, frontal, palatum durum  perforasi,
sendi, kardiovaskular & SSP – paresis
Penegakkan D/ - pem klinis & serologi
SIFILIS
SIFILIS KONGENITA (SK) - STIGMATA
STIGMATA
Keln = G/ sisa & deformitas akb Std dini & lanjut

KELAINAN KLINIK
 Garis-garis radiar – sudut mulut,
 Gigi Hutchinson,
 Gigi molar pertama berbentk spt murbei
 Penonjolan tulang frontal – Frontal Bossing
DIAGNOSIS
Kelainan klinis & serologi
Hutchinson’s teeth

Sifilis Kongenita
Snuffle nose, Rhagades, Ulcerated Syphilid
on the fore head
Sifilis Kongenita
Hepato-splenomegali

Sifilis Kongenita, bullous lesion


SIFILIS
SIFILIS AKUISITA
PEMBAGIAN – KELAINAN KLINIS
 Stadium I
 Stadium II
 Stadium laten : - Dini : bersifat menular
 - Lanjut : bersifat tidak menular
 Stadium III
 Stadium kardiovaskular dan neurosifilis
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA
PATOGENESIS

Kuman PA Pk Std dini Rekuren Std Lanjut


Masuk < 2 tahun > 2 tahun

StadiumI S t a d i u m II S
t a d i u m III
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA
Infeksi (+) – kontak langsung dg lesi kulit /
selaput lendir yg mengdg T. pallidum
Penularan dpt melalui darah – transfusi
Penularan – transfusi / plasenta  sifilis
bawaan  disebut Sifilis d’emblee
Kuman masuk kulit melalui port d’entrée :
mikor / makrolesi
Kuman masuk selaput lendir melalui /
tanpa lesi
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA
10 – 90 hari (umumnya 3 – 4 mgg) sth infeksi -
tempat masuk kuman  kuman berkembang biak
& tbh pasien bereaksi btk infiltrat (terdiri dr sel
limfosit & plasma)  papel – lesi primer
Lesi primer bertahan 1 – 5 mgg, dpt sembuh
spontan (tanpa pengobatan)
Tes serologi u sifilis (Serologic Test for Syphillis =
STS) std ini masih negatif & baru (+) sth 1 -4 mgg
kemudian
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA
 6 mgg (antara 2 – 6 mgg) sth lesi primer (+) 
kelainan kulit & selaput lendir – generalisata
Kdg2 kelainan klt hny sedikit & dpr sembuh dlm
wkt 2 – 6 mgg. Masa tanpa kelainan : sifilis laten –
adanya penyakit dibuktikan dg hasil STS
¼ kasus  mengalami 1 x kekambuhan
Diperkirakan : ⅓ ps tanpa th/  sifilis lanjut, ⅔
tdk / mengalami kelainan
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM DINI – S I
SIMPTOMATOLOGI
STADIUM DINI (MENULAR)
STADIUM I (S I)
Antara 10 – 90 hari (2 – 4 mgg) sth kuman msk 
lesi – kulit tempat msk kuman
Umumnya lesi hanya 1 – AFEK PRIMER : papel yg
kemudian  papel erosi / ulkus : ULKUS
DURUM
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM DINI – S I
Ciri khas ULKUS DURUM
• Biasanya soliter
• Berbentuk bulat atau lonjong
• Berukuran beberapa mm sampai 1 atau 2 cm
• Tepi ulkus teratur, berbatas tegas dengan tanda-tanda
radang negatif
• Dinding ulkus tegak
• Permukaan dasar ulkus bersih, berwarna merah
• Isi ulkus berupa cairan serus
• Pada perabaan terdapat indurasi (durum) dan tidak
nyeri tekan (indolen)
Small chancre of the prepurce

Chancre of the sulcus corona


Large chancre of the vulva

Typical chancre – clean surface and an


infiltrated base
Chancre of the anus

Ulkus durum di lidah

Ulkus durum
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM DINI – S I
Umumnya lokasi afek primer – genital, jg dpt ekstra
genital
Dpt sembuh sendiri tanpa pengobatan dlm 3 – 10 mgg
1 mgg sth afek primer (+)  penjalaran infeksi ke
kelenjar gth bening (KGB) regional : regio inguinal
medial – KGB membesar, soliter, padat kenyal,
indolen, tidak supuratif, periadenitis (-) & dpr digerak
scr bebas dr jaringan sekitarnya  KOMPLEKS
PRIMER
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM DINI – S I
DIAGNOSIS
 Mikroskop lapangan gelap atau
 Pewarnaan Burri
Bahan pemeriksaan diambil dr :
 Dasar ulkus
 Pungsi kelenjar getah bening
Hasil pemeriksaan tergtg : pengobatan lokal / sistemik
Secara akademik : Bl hasil (-), pemeriksaan diulang 3 hari
berturut-turut
STS pd S I
 Seronegatif bl kompleks primer (-)
 Seropositif bl kompleks primer (+)
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM DINI – S II
STADIUM II
Umumnya Std II (+) sth 6 – 8 mgg
S II srg disebut : the Greatest Imitator of all the skin
diseases. Penting – tanpa G/ rasa gatal
Kelainan – sistemik, didahului G/ prodromal :
- Nyeri otot, sendi, suhu subfebril, sukar menelan
(angina sifilitika), malaise, anoreksi & sefalgia
- Kelainan  kulit, selaput lendir, kelenjar & organ
tubuh lain
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM DINI – S II

Kelainan kulit
 Makula eritem, bulat lonjong (roseola sifilitika) t u  dada, perut,
punggung, lengan, tangan  ke seluruh tubuh
 Transien dan berakhir  hipopigmentasi (leukoderma sifilitika)
 Papel - batas kulit rambut kepala (korona veneris)
 Papula arsiner, sirsiner dan polisiklik
 Papula diskret - telapak tangan dan telapak kaki
 Papula korimbiformis
 Kondiloma lata - kulit lipatan-lipatan yang lembab & hangat
 Papula + folikulitis yang dapat  alopesia sifilitika
 Papuloskuamosa - mirip psoriasis (psoriasis sifilitika),
papulokrustosa - mirip frambusia (sifilis frambusiformis)
 Pustula, - bersifat destruktif  pd KU buruk (rupia sifilitika = lues
maligna)
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM DINI – S II
Kelainan selaput lendir
 Mucous patch - banyak mengandung T pallidum,
 Bentuk bulat, kemerahan  ulkus
 Kelainan  mukosa bibir, pipi, laring, tonsil dan
genital.
Kelainan kelenjar
 Pembesaran kelenjar  seluruh tubuh
(limfadenopati generalisata) - sifat = S I
 Kelenjar - kelenjar getah bening superfisialis  t
u suboksipital, sulkus bisipitalis & inguinal. Pada
aspirasi kelenjar akan ditemukan T. pallidum.
Sifilis Std II, makulopustula

Sifilis Std II, Papuloskuama


Sifilis std II, Mucous patch - tongue

Sifilis II, Interstitial glossitis


Sifilis II, palm & sole

Sifilis II, Palmar


Sifilis II, Lesi Psoriasiformis

Sifilis II, Palmar


Kondiloma lata, perianal

Kondilomata lata, perivulva / perianal


Sifilis II, Penis

Kondiloma akuminata
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM DINI – S II
Kelainan tubuh lain
Kuku : onikia, rapuh dan kabur
Mata : uveitis anterior, korioretinitis
Tulang : periostitis
Hepar : hepatomegali, hepatitis
Ginjal, meningen

Diagnosis : STS – selalu (+)


SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM LATEN DINI

Stadium ini (+) < dari 2 tahun setelah infeksi.


Tanda-tanda klinis (-), bersifat menular.
Penegakkan diagnosis  STS yang positif.
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM REKURENS

Kelainan klinis seperti kelainan stadium II,


namun kelainan bersifat setempat.
Kadang-kadang dapat juga timbul kelainan
seperti stadium I.
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM LANJUT
(TIDAK MENULAR)
STADIUM LATEN LANJUT
Disebut laten lanjut > 2 tahun setelah infeksi.
Kelainan klinis (-) dan hanya dapat diketahui
berdasarkan hasil pemeriksaan STS yang
positif.
Lamanya masa laten ini dapat berlangsung
bertahun-tahun, bahkan dapat berlangsung
seumur hidup.
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM LANJUT
(TIDAK MENULAR)
STADIUM III
Kelainan timbul 3 – 10 tahun sesudah stadium I
Kelainan khas – guma : infiltrat berbatas tegas,
bersifat kronis, cenderung mengalami perkejuan
(perlunakan) & pecah  ulkus
Ulkus : dinding curam, dasar : jaringan nekrotik
berwarna kuning keputihan (ulkus gumosum) &
bersifat destruktif & serpiginosa.
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM LANJUT
(TIDAK MENULAR)
STADIUM III
• Guma soliter - dapat multipel
• Ukuran : milier - beberapa cm.
• Guma  di semua jaringan &  merusak
semua jenis jaringan : tulang rawan hidung,
palatum atau organ dalam tubuh :
lambung, hepar, lien, paru-paru, testis dan
lain-lain.
Diagnosis pasti hasil STS.
Nasal perforation ec nasal
gumma

Sifilis Stadium III, Large gumma


Sifilis III, Gumma on lower lip

Saddle Nose, Destruction nasal bone


Kelompok noduldi skrotum, lesi
khas ulkus punch-out

Lesi plak di lengan dengan nudul


multipel & ulkus yang khas
Lesi multipel dg pola sirsiner

Nodul multipel dg lesi krusta


Lesi di garis scalp
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM LANJUT
(TIDAK MENULAR)
SIFILIS KARDIOVASKULAR
• Manifestasi klinik baru (+) 10 – 40 tahun setelah
infeksi primer.
• Sekitar 10 % penderita sifilis akan mengalami fase ini
& dapat (+) bersamaan dengan neurosifilis (40 %).
• Pasien pria > wanita.
• Pasien bangsa kulit berwarna > kulit putih
• Kelainan  jantung, p.d. besar (aneurisma) dan p.d.
sedang.
Diagnosis pasti - gejala klinis, hasil foto toraks, EKG
& STS.
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM LANJUT
(TIDAK MENULAR)
NEUROSIFILIS
• Treponema pallidum sudah dapat  SSP pada
stadium dini, tetapi kelainan baru (+) secara
perlahan-lahan & bermanifestasi 10 – 20
tahun sth infeksi.
• Kelainan > sering  kulit putih.
• Tidak dapat diramalkan ps sifilis  tabes
dorsalis / paresis generalisata.
SIFILIS
SIFILIS AKUISITA – STADIUM LANJUT
(TIDAK MENULAR)
Diagram kemungkinan terjadinya neurosifilis
Sifilis dini Sifilis lanjut

Asimtomatik Asimtomatik Tabes dorsalis


Neurosifilis Neurosifilis

Invasi sistim Regresi


otot dan urat saraf

Meningitis Sifilis Paresis


sifilitika akut meningeal generalisata
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS

Pemeriksaan pembantu - diagnosis sifilis


• Pemeriksaan Treponema pallidum
• Tes Serologik Sifilis (STS)
• Pemeriksaan pembantu lain
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Treponema pallidum
• Pemeriksaan - mikroskop lapangan gelap
melihat pergerakkan Treponema
• Pewarnaan Burri (tinta hitam)  tidak adanya
pergerakan Treponema, - T. pallidum telah
mati  kuman berwarna jernih dikelilingi oleh
lapangan yang berwarna hitam.
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS

2. Serologi Tes sifilis (STS)


• STS penting u diagnosis dan pengamatan hasil
pengobatan.
• Prinsip pemeriksaan STS - mendeteksi
bermacam antibodi yang berlainan akibat
infeksi T. pallidum.
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Klasifikasi STS
• Tes Non Treponema : kardiolipin, lesitin dan
kolesterol
• Tes Treponema : Treponema pallidum hidup /
mati / fraksi Treponema pallidum
• Ketepatan hasil STS dinilai berdasarkan :
– Sensitivitas : % individu yang terinfeksi yang memberi
hasil positif
– Spesifivitas : % individu yang tidak infeksi yang
memberikan hasil negatif
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Tes Non Treponema

Jenis-jenis STS non Treponema


• Rx Komplemen : Wasserman dan Kolmer
• Flokulasi / aglutinasi
– V.D.R.L. (Venereal Disease Research
Laboratory)
– R.P.R (Rapid Plasma Reagen)
– A.R.T. (Automated Reagen Test)
– Kahn
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Tes Non Treponema
• Hasil STS non Treponema  (-) dalam 3 – 8 bln sth
pengobatan adekuat.
• Penilaian -`kualitatif & kuantitatif
• Hasilnya  (+) dalam 2 minggu I sth ulkus durum (+)

Titer pada berbagai stadium :


• SI : Negatif / positif rendah sampai tinggi
• S II : Positif tinggi
• S III : Positif tinggi
• S kardiovaskular : Dapat non reaktif
• Neurosifilis : Dapat non reaktif
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Tes Non Treponema
Pengaruh pengobatan terhadap kuantitas STS

SI : Bila Th/ sudah mulai pd saat hasil STS non reaktif,


 tetap non reaktif
: Bila Th/ mulai pd saat hasil STS reaktif  non
reaktif sth 1½ tahun
S II : Hasil STS akan (-) dalam waktu 2 tahun
Laten dini : Hasil STS akan (-) dalam waktu 2 tahun
Laten lanjut : 20 – 30 % kasus akan (-) dalam 5 tahun
Sifilis lanjut : < 20 – 30 % kasus akan (-) dalam 5 tahun
False negative : Bs (+) – 1 – 2 % S II, disebut Prozone reaction
False positive : (+) akb salah teknik,ps penyakit Treponema lain
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Tes Non Treponema

Biologic False Positif


Akut
• Titer  non reaktif dalam waktu < 6 bulan
• Titer biasanya ↓ (< 1/8)
• Titer tidak bertendensi meningkat
• Bisa (+) - kehamilan, pasca vaksinasi / imunisasi,
infeksi virus, bakteri, plasmodium, protozoa dan
obat-obat narkoba
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Tes Non Treponema

Biologic False Positif


Kronik :
• Titer (+) bertahan > 6 bulan.
• Dapat (+) pd orang lanjut usia, ps peny. kronik -
TBC, lepra, autoimmune diseases (SLE,
poliarteritis nodosa, rematoid artritis, tiroiditis,
anemi hemolitik), malnutrisi, keganasan, sirosis
hepatik, adiksi obat & obat antihipertensi ttt.
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Tes Treponema

Tes Treponema berguna pada keadaan :


• Pd keadaan false positive pd tes Non
Treponema
• Tes Non Treponema berulang kali (+),
dicurigai adanya sifilis laten
• Tes Non Treponema (-), dicurigai adanya
sifilis lanjut
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Tes Treponema

Tes Treponema digolong 4 kelompok,


1. Tes Imobilisasi
• Treponema Pallidum Immobilization (TPI)
Tes Treponema yang paling spesifik
• Hasil positif pada Treponematosis
• Kekurangannya
– Rx lambat, baru (+) pd akhir stadium I,
– Tidak dapat - untuk menilai hasil pengobatan,
– Teknik sulit dan
– Biayanya mahal
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Tes Treponema
2. Tes imunofluoresensi
a. Fluorecent Treponemal Antibody Absorption Test (FTA-Abs)
• Tes ini paling sensitif (90 %), bisa u  deteksi Ig G
• False (+) pada
Keganasan Anemia hemolitik
Lupus eritematosus Sirosis hepatik
Rheumatoid arthritis Kehamilan
Skleroderma Infeksi virus, vaksinia
Drug induced LE Orang normal

< 18 % S I & < 5 % S laten  false (+)


SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Tes Treponema

b. FTA Abs Ig M
• Tes ini u deteksi Ig M
• Bersifat sgt reaktif pd sifilis dini & paling
penting u sifilis kongenita.
• Pada pengobatan yang berhasil, titer Ig M
cepat menurun, sedangkan Ig G lambat.
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Tes Treponema

3. Tes Hemanglutinasi :
Treponema Pallidum Haemagglutination Assay (TPHA).
• Bersifat cukup spesifik & sensitif, reaktif cukup dini
• Merupakan tes yg dianjurkan teknik dan pembacaan
hasil mudah.
• False positif dapat terjadi pada
Kehamilan Connective tissue diseases
Lepra Infeksi momonukleosis
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Tes Treponema

4. Tes Fiksasi komplemen


Reiter Protein Complement Fixation Test
(RPCF)
• Protein Reiter merupakan ekstrak protein
T. pallidum - bersifat non patogen.
• Sensitivitas tidak melebihi VDRL
• False positive (+) akibat adanya antibodi
terhadap polisakarida dlm ekstrak
protein.
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Tes Treponema

Neurosifilis perlu pem cairan serebrospinalis


u menilai
• Jumlah sel PMN : > 4/mm
• Total protein : > 40 mg/dl
• Tes Non Treponema (VDRL)
• Titer Ig G cairan serebrospinalis dan Ig M
serum meningkat
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Tes Treponema

Hasil STS setelah pengobatan


• Sel PMN  normal dlm waktu 6 bulan
• Kadar protein  normal dlm waktu 2 tahun
• STS  normal dlm waktu > dari 2 tahun.

STS cairan serebrospinalis  false positive pada keadaan


• Neoplasma serebral / medula
• Meningitis tuberkulosa
• Kontaminasi cairan serebrospinalis dengan darah
SIFILIS
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Pemeriksaan lain

 Pem sinar Rontgen u melihat kelainan khas


pd tulang, kelainan sistim kardiovaskular
 Pem EKG u menilai kelainan sistim
kardiovaskular
 Pem USG u menilai kelainan organ tubuh lain
 Pem lab darah lain untuk menilai fungsi
hepar, ginjal
SIFILIS
PENGOBATAN
Obat pilihan u Th/ sifilis : Penisilin
• Tidak dianjurkan pemb penisilin oral
• Prinsip Th/ sifilis : kadar obat harus
dapat bertahan dalam serum selama 10 –
14 hari u sifilis dini & lanjut, 21 hari u
neurosifilis dan sifilis kardiovaskular.
• Kadar penisilin yg diperlukan cukup 0,03
unit/ml selama 10 – 14 hari.
SIFILIS
PENGOBATAN
Cara & dosis pemberian penisilin dlm kepustakaan
masih berbeda.
Dosis total yang dianjurkan :
• S I: 4,8 juta unit
• S II : 6 juta unit
• S III : 9 juta unit
SIFILIS
PENGOBATAN
Cara Th/ tgt lama kerjanya penisilin

Aqueous Procain Penicillin + 2 Benzathine


Procain % Aluminium Pecillin G
Penicillin G Monostearate (PAM)
Golongan Short acting Intermediate acting Long acting
Lama kerja 24 jam 72 jam 2 – 3 minggu
obat
Cara Setiap hari Setiap 3 hari Seminggu sekali
pengobatan
SIFILIS
PENGOBATAN
Pd Th/ sifilis dg penisilin  rx Jarish-Herxheimer
Ini (+) akibat - hipersensitivitas akb toksin kuman T.
pallidum yg mati.
Rx ini biasanya (+) 2 – 12 jam sth inj penisilin pertama
Gejala : febris, nyeri kepala, malaise, keringat banyak,
menggigil, kemerahan pd kulit & kelainan kulit yg ada +
hebat / + merah.
Ps harus diberitahu kemungkinan terjadinya rx ini. Bila
febrisnya hebat, Th/ : antipiretik.
Pasien yg alergi thd penisilin,  Th/ dg AB lain : Tetrasiklin,
Eritromisin.
SIFILIS
PENGOBATAN
Dosis yang dianjurkan oleh WHO (1982)
Stadium dini (menular) : Dosis total 30 gram/15 hari
Stadium lanjut (tidak : Dosis total 60 gram/30 hari
menular)
 Sebelum Th/, harus pem STS
 Pem STS ini diulang kembali sth Th/ selesai
 Pem STS pasca Th/ dilakukan secara cermat 1, 3, 6, &
12 bln sp 2 tahun sth Th/ selesai
 Pem ini dilakukan dg tujuan u menilai hasil Th/ &
kemungkinan adanya Th/ tidak adekuat / adanya relaps
penyakit.
SIFILIS
PROGNOSIS

Sulit diramalkan
Bacterial Vaginosis
Bakterial vaginosis
• Merupakan infeksi vagina tersering
• Penyabab: Gardnerlla vaginalis dan bakteri
anaerobik lainnya
• Manifestasi klinik:
• Sekret vagina putih seperti susu dan sangat berbau
kadang disertai gatal dan terbakar pada vagina.
• Dapat menyebabkan infeksi radang panggul 
infertilitas, cervicitis, endometritis
• Termasuk penyakit menular seksual
Gardnerella vaginalis disetujui sebagai salah
satu penyebab S.T.D. karena :

1. ♀ yang sembuh dari penyakit, tetapi partner


sexual tidak diterapi  reinfeksi
2. Gardnerella vaginalis dapat diisolasi pada >
90% partner sexual ♀ yang terinfeksi
3. Gardnerella vaginalis jarang ditemukan pada
♀ yang virgin
• Diagnosis: Karakteristik sekret vagina dan
pemeriksaan mikroskopik
– pH: >4,5
– Konsistensi:Putih seperti susu
– Bau:Fishy (amis)
– Mikroskopik: Clue cell, tidak didapatkan leukosit

Clue Cell
Patogenesis
• Flora normal vagina: lactobacilli (>105/ml of
vaginal material) serta organisme lain dalam
jumlah kecil: Gardnerella vaginalis , Candida
species, dan Staphylococcus
• Terganggunya keseimbangan flora normal
vagina (Lactobacillus)  menyebabkan
pertumbuhan kuman penyebab infeksi tersebut
tumbuh berlebihan.
Terapi dan pencegahan
• Antibiotik: Metronidazol dan Clindamicyn

• Pencegahan:
– Tidak menggunakan vaginal douche/ deodoran
– Tidak berganti ganti pasangan
Trichomoniasis
• Penyebab: T. vaginalis (suatu protozoa)
• Manifestasi klinik: Sekret vagina kuning
kehijauan, berbusa dan sangat berbau
• Dapat dengan mudah menyebar ke urethra 
disuria, urgency, frekuensi miksi meningkat.
• Dapat asimtomatik
• Pada laki-laki >> asimtomatik
• Diagnosis: karakteristik seekret vagina dan
pemeriksaan mikroskopik
Terapi
• Metronodazol
• Mengobati pasangan seksual untuk mencegah
reinfeksi.
Karakteristik sekret vagina
Kriteria Sekret vagina Bakterial Trichomonias Candidiasis
diagnosis normal vaginosis Is vagina
pH vagina 3,8-4,2 >4,5 >4,5 <4,5
Konsistensi Putih, flokulen Putih seperti Kuning Putih, seperti
sekret susu kehijauan, keju
berbusa
Amin odof - Fishy (amis) Fishy, sangat -
(whiff test) berbau
Mikroskopik Lactobacillus, Clue cell, Trichomonads, Budding yeast,
sel epitel tidak sel darah puth hifa,
didapatkan > 10/lpb pseudihifa
leukosit
Apakah HIV sama dengan
AIDS?
HIV
• “Human Immunodeficiency Syndrome”
• Retrovirus
• HIV menginvasi sel T helper untuk bereplikasi
• Tidak dapat diobati
AIDS
• Acquired Immunodeficiency Syndrome
• HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS
• Penyakit ini membatasi tubuh dalam melawan
infeksi
• Penderita AIDS memiliki sistem imun yang
lemah
• Tidak dapat diobati
4 Stadium HIV
Stage 1 - Primary
• Pendek, flu-like illness – terjadi 1-6 minggu
setelah terinfeksi
• Gejala (-)
• Dapat menular
Stage 2 - Asymptomatic

• Rata-rata 10 tahun
• Stadium ini bebas gejala
• Mungkin ada kelenjar yang membengkak
• Level HIV di darah  level yang sangat rendah
• Antibodi HIV terdeteksi di dalam darah
Stage 3 - Symptomatic

• Gejala ringan
• Sistem imun terganggu
• Infeksi oportunistik dan keganasan
Stage 4 - HIV  AIDS

• Sistem imun lemah

• Penyakit menjadi
berat dan menjurus
pada diagnosis
AIDS
Infeksi Oportunistik yang
berhubungan dengan AIDS
• Bakterial
– Tuberculosis (TB)
– Strep pneumonia

• Virus
– Kaposi Sarcoma
– Herpes
– Influenza (flu)
Infeksi Oportunistik yang
berhubungan dengan AIDS
• Parasit
– Pneumocystis carinii

• Jamur
– Candida
– Cryptococcus
Model Transmisi HIV/AIDS
Melalui Cairan Tubuh

• Produk darah
• Semen
• Cairan vagina
• ASI
Melalui penggunaan obat IV
• Berbgai jarum suntik
– Tidak steril
• Meningkatkan penularan HIV
Melalui Seks

• Intercourse
• Oral
• Anal
• Digital Sex
Ibu ke Bayi

• Sebelum
melahirkan
• Selama
melahirkan
• Setelah
melahirkan
Pemeriksaan Tes HIV
Pemeriksaan tanpa diketahui

• No name
• Nomor identifikasi yang unik
• Hasil pemeriksaan hanya untuk pasien

23659874515

Anonymous
Pemeriksaan Rahasia
• Nama pasien disimpan sepanjang menunggu
hasil tes
• Hasil pemeriksaan hanya untuk pasien
Administrasi

• Darah
• Urine
• Oral
Test Deteksi Darah

• Enzyme-Linked Immunosorbent Assay/Enzyme


Immunoassay (ELISA/EIA)
• Radio Immunoprecipitation Assay/Indirect
Fluorescent Antibody Assay (RIP/IFA)
• Polymerase Chain Reaction (PCR)
• Western Blot Confirmatory test
Tes Urine

• Urine Western Blot


– Sensitif
– Aman
– Bisa menyebabkan positif palsu
pada orang yang memiliki
resiko tinggi HIV
Tes Oral

• Orasure
– Satu-satunya yang
disetujui FDA
– Seakurat tes darah
– Cairan darah dari jaringan
oral
– Bukan merupakan tes
saliva
Konseling
Pre-test Counseling
• Penularan
• Pencegahan
• Faktor resiko
• Kesadaran dan rahasia
• Pelaporan hasil yang positif
Post-test Counseling
• Klarifikasi hasil tes
• Dibutuhkan untuk tes tambahan
• Promosi pola hidup sehat
Pilihan Terapi
Antiretroviral Drugs

• Nucleoside Reverse Transcriptase inhibitors


– AZT (Zidovudine)
• Non-Nucleoside Transcriptase inhibitors
– Viramune (Nevirapine)
• Protease inhibitors
– Norvir (Ritonavir)
Pengobatan Infeksi Oportunistik

• Digunakan jika obat antiretroviral tidak


tersedia
4 Cara untuk Melindungi Diri

• Abstinence
• Hubungan monogami
• Protected Sex
• Jarum steril
Abstinence

• Metode yang 100% efektif


• Menhindari hubungan seksual: oral, anal, or
vaginal.
Hubungan Monogami

• Hanya memiliki 1 pasangan seksual


• Tes HIV perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah pasangan terinfeksi HIV atau tidak
Protected Sex

• Menggunakan kondom (wanita atau pria)


setiap kali berhubungan seksual
• Kondom latex atau polyurethane (bukan
kondomkulit natural)
Ketika menggunakan
kondom, harus diingat:
• Pastikan paket tidak kadaluarsa
• Pastikan paket tidak rusak
• Jangan membuka paket dengan gigi untuk
menghindari resiko penularan
• Penggunaan kondom hanya untuk sekali pakai
• Menggunakan kondom water-based dibandingkan
kondom oil-based
Jarum Steril
• Jika jarum diperlukan, harus steril:
– masukkan undiluted bleach ke dalam jarum dan
tunggu 30 detik
– Bilas dengan air
SOFT CHANCRE
(CHANCROID)
Kuman penyebab :

• Family : Brucellaceae
• Genus : Haemophilus
• Species : Haemophilus ducreyi
Gejala Klinik :
• Inkubasi 4 -10 hari
• Pada genitalia eksterna – timbul pustula 
nekrosis  ulcus (= Ulcus Molle)
• Tidak ada indurasi
• Tepi tidak rata
• Undermind
• Merah dengan dasarnya putih kekuningan
• Sangat nyeri
• Mudah berdarah
• Dapat terjadi Bubo
Ulcul mole / chanchroid

Adenopaty pada chanchroid


Morfologi :
• Batang pendek Gram negatif
• Tampak sendiri-sendiri atau berbaris paralel
seperti sekelompok ikan yang berenang (=
school of fish)
• Tumbuh intraseluler maupun ekstraseluler
• Tidak berspora, Tidak berkapsul, Tidak motil,
Non hemolytic
• Uji katalase : negatif
Sifat Pertumbuhan :
• Memerlukan X factor
• Hanya tumbuh pada enriched media

Resistensi :
• Tidak tahan terhadap pemanasan
• Tidak tahan terhadap antiseptik
• Peka terhadap Streptomycin, Chlortetracyclin,
Sulfonamid
Diagnosa :

I. Gejala Klinis
II. Pewarnaan Gram
III. Biakan pada enriched medium (Chocolate
agar medium)
Terapi :

• Streptomycin
• Chlortetracyclin
• Sulfonamid
LYMPHOGRANULOMA
VENEREUM
(LGV)

= Lymphogranuloma inguinale
= Tropical Bubo
ETIOLOGI :
Chlamydia trachomatis serotype L1-L2-L3

• Obligate intracellular
• Hanya dapat tumbuh pada tissue culture atau
yolk sac embrio ayam
• Pewarnaan :
– Giemsa : merah ungu
– Macchiavello : merah
– Gram : Gram negatif merah
GEJALA KLINIS :

• Inkubasi : 1 – 4 minggu
• Lesi primer : berupa papula  vesicula pada
genitalia eksterna
• Vesicula tersebut pecah  ulcus
• Tidak sakit
• Sembuh sendiri
• Setelah 1minggu – 2 bulan setelah lesi primer
 pembesaran kelenjar lymphe regional
• ♂ : Kelenjar lymphe inguinal
• ♀ : kelenjar perirectal
Suppurative

Bubo

Bila terapi tidak sempurna  kronis


Fibrosis  Obstruksi pembuluh lymphe
• Pada laki-laki : Pembuluh lymphe inguinal

terjadi elephantiasis pada genitalia eksterna

• Pada perempuan  obstruksi rektum


DIAGNOSA :

I. Gejala klinis  D.D. : Granuloma inguinale


(Etiologi : Calymmatobacterium
granulomatis)
II. Pewarnaan Giemsa / Gram / Macchiavello
III. Pembiakan pada yolk sac embrio ayam
IV. Serologis : Complement Fixation Test
V. Tes Frei
• Urethritis and cervicitis
– Gonorrhea
– nongonococcal urethritis
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai