Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PURNOMO
616080719060
Prodi Sarjana Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners
Institut Kesehatan Mitra Bunda Persada Batam
A. Pengertian
3. Osteoporosis idiopatik
Adalah tipe osteoporosis primer yang jarang terjadi pada wanita premenopouse dan pada laki-laki yang berusi di
bawah 75 tahun. Tipe ini tidak berkaitan dengan penyebab sekunder atau faktor resiko yang mempermudah timbulnya
penurunan densitas tulang.
4. Osteoporosis juvenil
Merupakan bentuk yang paling jarang terjadi dan bentuk osteoporosis yang terjadi pada anak-anak prepubertas
5. Osteoporosis sekunder
Penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menyebabkan fraktur atraumatik akibat faktor ekstrinsik
seperti kelebihan kortikosteroid, atraumatik reumatoid, kelainan hati/ ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastisitosis
sistemik, hipertiriodisme , varian status hipogonade dan lain-lain
3. ETIOLOGI OSTEOPOROSIS
• Osteoporosis postmenopouse terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada
wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.
Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai
muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama
untuk menderita osteoporosis postmenopouse, pada wanita kulit putih dan daerah timur lebih
mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
• Faktor genetik juga berpengaruh terhadap timbulnya osteoporosis. Pada seseorang dengan
tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur daripada seseorang dengan
tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai
ukuran tulang normal. Setiap individu memiliki ketentuan normal sesuai dengan sifat
genetiknya beban mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang besar,
kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya
usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak daripada individu
yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama
4. Patofisiologi Osteoporosis
Genetik, nutrisi, gaya hidup (misal merokok, konsumsi kafein, dan
alkohol), dan aktivitas mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan
masa tulang mulai terjadi setelah tercaipainya puncak massa tulang. Pada
pria massa tulang lebih besar dan tidak mengalami perubahan hormonal
mendadak. Sedangkan pada perempuan, hilangnya estrogen pada saat
menopouse dan pada ooforektomi mengakibatkan percepatan resorpsi
tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopouse
(Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Diet kalsium dan vitamin D yang sesuai harus mencukupi untuk
mempertahankan remodelling tulang selama bertahun-tahun
mengakibatkan pengurangan massa tulang dan fungsi tubuh. Asupan
kasium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun
mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
Asupan harian kalsium yang dianjurkan (RDA : recommended daily
allowance) meningkat pada usia 11 – 24 tahun (adolsen dan dewasa
muda) hingga 1200 mg per hari, untuk memaksimalakan puncak massa
tulang. RDA untuk orang dewasa tetap 800 mg, tetapi pada perempuan
pasca menoupose 1000-1500 mg per hari. Sedangkan pada lansia
dianjurkan mengkonsumsi kalsium dalam jumlah tidak terbatas. Karena
penyerapan kalsium kurang efisisien dan cepat diekskresikan melalui
ginjal
5. Manifestasi Klinis Osteoporosis
4. Terapi alamiah
Terapi alamiah adalah terapi yang diterapkan untuk mengobati osteoporosis tanpa menggunakan obat-obatan atau
hormone. Terapi ini berhubungan dengan gaya hidup dan pola konsumsi. Beberapa pencegahan yang dapat diberikan
yaitu dengan berolahraga secara teratur, hindari merokok, hindari minuman beralkohol dan menjaga pola makan yang
baik
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
.
Pemeriksaan radiologic
Pemeriksaan radioisotope
Pemeriksaan Quantitative
Magnetic resonance imaging (MRI)
Quantitative Ultra Sound (QUS)
Densitometer (X-ray absorptiometry)
Tes darah dan urine
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata.
b. Catatan masuk.
c. Riwayat kesehatan.
d. Pola fungsional menurut Gordon.
2. Pemeriksaan fisik
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh, dari ujung rambut
dengan ujung kaki (head to toe).