Anda di halaman 1dari 14

TAX PLANNING PPN

• AYU WULANDARI 2018017006


• ARWIYAH NURUL AINI 2018017007
PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas konsumsi barang/jasa kena pajak d dalam
daerah pabean.Sesuai legal karakter dari PPN yang bersifat non kumulatif, maka dalam perlakuan
pajak-PPN tidak membolehkan terjadinya pajak berganda karena konsumen terakhir yang menangung
PPN ini. PPN juga memiliki karakteristik sebagai pajak objektif yang berarti bahwa timbulnya
kewajiban PPN sangat ditentukan oleh adanya objek pajak.

Mekanisme Pemungutan PPN


Mekanisme pemungutan PPN menggunakan mekanisme Indirect Subtraction Method/Invoice Method
(PM-PK).
Alasannya :
Adanya kewajiban membuat faktur pajak setiap transaksi.Memudahkan melakukan pemeriksaan.
Tidak perlu menentukan besarnya keuntungan untuk setiap barang yang dijual.
Kewajiban perpajakannya dapat dihitung setiap saat.
PERENCANAAN PPN
Pembahasan tentang perencanaan PPN ini difokuskan pada beberapa upaya berikut ini :
 Memaksimalkan mekanisme pengkreditan PPN
 Memaksimalkan Fasilitas di Bidang PPN
 Sentralisasi pengenaan PPN
 Memaksimalkan restitusi PPN
 Membangun sendiri dalam kegiatan usaha
 PPN atas barang gratis untuk keperluan promosi
 Penjagaan cash flow
 Pengendalian PPN
 Memaksimalkan Mekanisme Pengkreditan PPN
Pajak masukan yang dapat dikreditkan
Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan
 Sebelum dikukuhkan menjadi PKP
 Faktur Pajak sederhana
 Faktur Pajak cacat
 Pajak masukan atau pembelian mobil sedan, jeep , station wagon, van, dan
combi
 Pajak masukan yang berkaitan dengan produksi BKP/JKP
 Pajak masukan yang tidak ada kaitannya secara langsung dengan kegiatan usaha
atas BKP
 Pajak masukan yang dilaporkan pada SPT masa PPN , yang ditemukan pada saat
pemeriksaan atau yang ditagih melalui SKP.
Mekanisme Pengkreditan dan Pelaporan Pajak
Mekanisme penggeseran PPN dilakukan melalui pemungutan kembali PPN dari
pembeli berikutnya(Mekanisme Indirect Substraction Method)( PM-PK ))
Pajak Masukan dapat dikreditkan apabila :
 Memenuhi ketentuan formal
 Memenuhi ketentuan material
Faktur Pajak dari defenisi , beberapa poin penting yang dapat dicacat adalah
 Faktur pajak hanya boleh di buat oleh Pengusaha Kena PajakFaktur pajak
merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP atau karena impor BKP
yang digunakan oleh DJ BC
 PPN yang dipungut berfungsi sebagai pajak keluaran bagi penjual dan pajak
masukan bagi pembeli. 
Faktur Pajak dibagi menjadi tiga :
 Faktur Pajak
 Faktur Pajak gabungan
 Dokumen tertentu yang di persamakan dengan Faktur Pajak
Saat Pembuatan Faktur Pajak
 Untuk meringankan beban administrasi wajib pajak, saat yang tepat untuk
membuatan Faktur Pajak adalah saat terutangnya pajak, yaitu pada saat
penyerahan atau dalam hal pembayaran mendahului penyerahan maka Faktur
Pajak dibuat pada saat pembayaran.

Saat Terutangnya PPN Sesuai Peraturan Menkue No. 240/PMK.30/2009,


saat terutangnya PPN ditetapkan sebagai berikut : Pemungutan Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas barang Mewah menganut prinsip akrual Dalam hal
pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP atau JKP , atau dalam hal
pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tak Berwujud atau
JKP dari luar daerah Pabean. 
BATAS WAKTU PENYETORAN PPN DAN PELAPORAN SPT MASA PPN
Sesuai PER Dirjen Pajak No 14/PJ/2010 batas waktu penyetoran PPN dan Pelaporan SPT
masa PPN ditetapkan sebagai berikut:
PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak, harus disetor paling lama akhir
bulan berikutnya setelah berakhirnya asa Pajak dan sebelu SPT Masa PPN disampaikan.
Dalam hal tangggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari libur termasuk hari
sabtu atau haru libur nasional, penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
SPT Masa PPN harus disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya Masa Pajak. dalam hal akhir bulan adalah hari libur termasuk hari sabtu
atau hari libur nasional, maka SPT Masa PPN dapat disampaikan pada hari kerja
berikutnya
MEMAKSIMALKAN FASILITAS DI BIDANG PPN
Sejak berlakunya UU Nomor 36 tahun 2008, fasilitas dibidang PPN yang dikenal dalam
ketentuan PPN adalah PPN yang tidak dipungut, PPN dibebaskan dan PPN ditanggung
pemerintah. Bagi PKP yang mendapatkan fasilitas PPN tidak dipungut, PPN masukan
yang berhubungan dengan perolehan BKP/JKP tidak dpat dikreditkan
Fasilitas yang berkaitan dengan PPN adalah: fasilitas PPN tidak dipungut, fasilitas PPN
dibebaskan, dan Fasilitas PPN di tanggung pemerintah
Sentralisasi Tempat PPN Terutang
Dalam pasal 1A ayat f UU PPN disebutkan bahwa penyerahan barang kena pajak dari pusat
cabang sebaiknya dan penyerahan Barang kena pajak antar cabang, termasuk dalam
pengertian penyerahan barang kena pajak.
Pengecualian dari ketentuan tersebut dengan tujuan untuk mempermudah administrasi
perpajakan, wajib pajak dengan kriteria tertentu yang memiliki lebih dari satu tempat
untuk melakukan penyerhan BKP/JKP dapat mengajukan permohonan
Pemusatan/Sentralisasi Tempat PPN Terutang kepada Kanwil DJP setempat dengan
ketentuan sebagai berikut:
Pengusaha kena pajak (PKP) yang terdaftar di KPP Wajib Pajak besar dapat melakukan
sentralisasi otomatis sesuai dengan KEP-335/PJ./2002.
PKP yang memiliki lebih dari satu tempat PPN terutang (selain butir a) dapat memilih satu
tempat atau lebih sebagai Tempat Peusatan PPN Terutang
Syarat-syarat pengajuan sentralisasi bagi pengusaha kena pajak yang memiliki lebih dari
satu tempat Pajak Pertambahan Nilai (PER-19/PJ./2010:
1. Pengusaha kena pajak dimaksud harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
2. tempat tinggal, tepat kedudukan, atau tempat kegiatan usaha
3. Pemberitahuan secara tertulis harus memunuhi persyaratan
MEMAKSIMALKAN RESTITUSI PPN
Kriteria umum bagi manajemen dalam memutuskan perly tidaknya mengajukan permohonan
restitusi PPN:
 Bila besarnya PPN yang lebih bayar tersebut cukup signifikan/aterial jumlahnya
 Bila kondisi keuangan perusahaan mengalami gangguan Cash Flow
 Bila sudah diyakini kesiapan perusahaan untuk diperiksi oleh fiskus
 Bila diprediksi masa depan pembayaran PPN menunjukan lebih bayar PPn
MEMBANGUN SENDIRI TIDAK DALAM KEGIATAN USAHA
Membangun sendiri untuk tempat tinggal atau tempat usaha oleh orang pribadi atau badan di
kena PPN sebagai berikut:
 Luas bangunan 220 persegi lebih
 Bangunan permanen
 Tarif 10% x 40% biaya bangunan (tanpa harga tanah)
 Disetor tiap bulan, pada tanggal 15 bulan berikutnya sejak pembangunan dimulai
PPN ATAS BARANG GRATIS UNTUK KEPENTINGAN PROMOSI
Kejadian ini sering terjadi dalam praktik, baik pada saaat perusahaan baru memulai kegiatan
bisnisnya namun pada saat perusahaan sudah berjalan dan sebagai bagian dari implementasi
marketing strategy perusahaan mereka melakukan kegiatan promosinya untuk meningkatkan
omset penjualan.
Cara 1
Penjualan 2000 eksemplar @Rp 4000 = Rp 8.000.000
PPN 10% = Rp 800.000
Harga faktur: harga jual + PPN = Rp. 8.800.000
Tambahan beban PPN atas pemberian Cuma-Cuma:
10% x 200 eks x Rp 2.500 = Rp 50.000
Cara II
Penjualan 2.200 eksemplar @Rp 4000 = Rp 8.800.000
Diskon = Rp 800.000
Dasar pengenaan pajak = Rp 8.000.000
PPn 10% = Rp 800.000
Harga faktur : harga jual + PPN = Rp 8.800.000
PENJAGAAN TERHADAP CASH FLOW PERUSAHAAN
Salah satu tujuan perencanaan pajak oleh manajemen perusahaan adalah untuk menjaga
kesehatan cash flow. Berikut cara-cara yang aman dalam perencanaan pajak yang perlu di
agendakan oleh manajemen perusahaan untuk diaplikasikan dalam kerangka peningkatan
efisiensi pajak dan keuangan perusahaan:
 Menyegerakan pengajuan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak pada perusahaan yang baru
berdiri
 Memilih mendirikan perusahaan dilokasi yang mendapatkan fasilitas perpajakan PPN
 Mengusahakan membeli bahan baku pada saat akan menjalankan proses produksi
 Mengajukan permohonan sentralisasi PPN bagi perusahaan yang mempunyai kantor cabang
 Penanganan faktur pajak dengan baik
PENGENDALIAN PAJAK MELALUI TAX REVIEW
Tax Review merupakan pelayanan yang bertujuan untuk menelaah dan meneliti tingkat
kepatuhan wajib pajak secara umum dan memberikan rekomendasi untuk meminimalkan pajak
yang belum diketahui perusahaan. tax review meliputi sebuah kewajiban perpajakan wajib pajak
termasuk PPN atau PPnBM
Tax Review Untuk Menangani Masalah Kepatuhan
Untuk menjaga agar tetap menjadi wajib pajak patuh maka perusahaan
seharusnya mempunyai program yang disebut Tax review
 Review waktu penerbitan faktur pajak
 Periksa apakah PPN Masukan atas pembelian berhubungan dengan kegiatan
usaha atau bisnis perusahaan dan telah dikreditkan dengan PPN keluaran
 Review Penyiapan SPT masa PPN
 Memastikan memiliki system filling atau penyimpanan dokumen PPN yang
cukup untuk menghadapi pemeriksaan pajak menjelaskan dengan baik
 Hasil ekualisasi harus dapat berkaitan dengan perbedaan antara penjualan
yang melaporkan pada SPT PPh badan dengan penjualan yang dilaporkan pada
SPT masa PPN
Analisis Tax Review
 Tujuan Tax Review PPN
 Prosedur Tax Review PPN
TANGGUNG JAWAB RENTENG
Pada awalnya ketentuan tanggung jawab renteng ini diatur dalam pasal 33 UU KUP No. 16 tahun 2000,
kemudian ketentuan ini dihapus dalam UU KUP No. 28 tahun 2007, kemudian dihidupkan lagi melalui
penambahan pasal 16F kedalam UU PPN No. 42 tahun 2009, yakni:
“pembeli Barang Kena pajak atau penerima jasa kena pajak pertanggung jawab secara renteng atas
pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat menunjukan bukti bahwa pajak telah dibayarkan”
CONTOH:
 Pada tahun 2006 pemeriksa pajak dari KPP A melakukan pemeriksaan SPT masa PPN untuk masa pajak
januari sampai Desember 2004 dari KPP D, ditemukan fakta bahwa KPP D dalam suatu masa pajak melakukan
penyerahan BKP dengan harga jual Rp 300 juta, ternyata tidak membuat faktur pajak. berdasarkan hasil
pemeriksaan ini, KPP A menerbitkan SKPKB terhadap PKP D disertai sksi bunga 2 % per bulan, dan denda 2%
dari dasar pengenaan pajak karena PKP D menyerahkan BPK tidak membuat faktur pajak
 Pada tahun 2007, pemeriksa pajak dari KPP B tempat PKP E dikukuhkan sebagai PKP melakukan pemeriksaan
SPT Masa PPN masa pajak Januari sampai Deseber 2004, ditemukan fakta dari pembukuannya bahwa ketika
dalam suatu asa pajak PKP E membeli BKP dari PKP D tapi tidak membayar PPN. Hal ini diyakini oleh
pemeriksa karena PKP E tidak dapat menunjukan faktur pajak sebagai bukti bahwa ia telah membayar PPN
kepada PKP D. berdasarkan hasil pemeriksaan ini, PKP B menerbitkan SKPPKB berdasarkan ketentuan
tanggung jawab rentang pada waktu itu diatur dalam Pasal 33 UU KUP. Dalam SKPKB ini ditagih pokok pajak
sebesar 30 juta (yakni 10% x Rp 300 juta), ditambah sanksi bunga sebesar 2% perbulan
Kesannya ketentuan tanggung jawab renteng tersebut menimbulkan ketidak
adilan pajak. maka dalam melakukan tax review, seorang tax manajer
perusahaan (PKP) harus melakukan pengawasan secara lebih cermat dengan
memastikan:
 Jangan pernah ada satu pun faktur penjualan (commercial invoice) yang
diterbitkan perusahaan tanpa disertai faktur pajak
 Setiap sanksi penjualan harus ada kontrak atau sales agreementnya dan atau
purchase order (PO), sehingga dispute tentang syarat penjualan (harga)

Anda mungkin juga menyukai