Anda di halaman 1dari 64

MANAJEMEN KEHAMILAN

DINI

Acholder sirait
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Batam
DIAGNOSIS KEHAMILAN

 KLINIS MATERNAL
 BIOKIMIAWI
 PENCITRAAN TERHADAP FETUS
KLINIS
 Pada wanita hamil terdapat beberapa tanda atau
gejala:
 Amenorea
 Nausea dan emesis
 Mengidam
 Pingsan pada tempat-tempat ramai
 Mamma menjadi tegan dan membesar
 Anoreksia
 Sering kencing
 Obstipasi
 Pigmentasi kulit
 Epulis
 Varises
 Pada kehamilan muda bisa pula ditemukan:
 Tanda Hegar
 Tanda Chadwick
 Tanda Piscaseck
 Tanda Braxton-Hicks
 Suhu basal sesudah ovulasi yang tetap tinggi
BIOKIMIAWI

 Secara biokimiawi dapat diperiksa reaksi


kehamilan dengan :
 Reaksi Galli Mainini
 Reaksi Friedman
 Reaksi Ascheim-Zondek
 Reaksi Imunologik untuk menentukan adanya
hormon hCG
PENCITRAAN
 Dengan ultrasonografi (scanning):
 diketahui ukuran kantong janin, panjang janin
(crown-rump) dan diameter biparietalis hingga
dapat diperkirakan tuanya kehamilan
 pada kehamilan 16-18 minggu dapat menjadi
pegangan untuk pasien dan dokternya dalam
pengawasan kehamilan yang lebih yakin dan
mantap
 Fetoskopi
 Sinar roentgen tampak kerangka janin
Perdarahan hamil dini
 Perdarahan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 20 minggu

 Perdarahan hamil muda yang sering terjadi :


1. Abortus
2. Kehamilan Ektopik
ABORTUS
 Definisi
Ancaman/ pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan

 Sebagai batasan
 Kehamilan kurang dari 20 minggu
 Berat janin kurang dari 500 gram
Macam-Macam Abortus

 ABORTUS KOMPLIT
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri

 ABORTUS INKOMPLIT
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri

 ABORTUS INSIPIENS
Abortus mengancam, dimana serviks mendatar, ostium
membuka, tapi hasil konsepsi masih didalam kavum uteri
 ABORTUS IMMINENS
Abortus tingkat awal, dimana ostium uteri
tertutup dan hasil konsepsi masih dalam
kandungan

 MISSED ABORTION
Embrio/ fetus meninggal pada uk. kurang
dari 20 minggu tetapi seluruh hasil konsepsi
masih tertahan dalam kandungan sampai 6
minggu atau lebih
 ABORTUS HABITUALIS
terjad abortus sampai 3 kali berturut-turut atau
lebih

 ABORTUS INFEKSIOSA
Abortus yang disertai infeksi

 ABORTUS SEPTIK
Abortus infeksiosa berat disertai penyebaran
kuman secara sistemik
Klasifikasi

 Menurut Terjadinya :
1. Abortus Spontan
Terjadi dengan sendirinya
2. Abortus Provokatus (Induksi Abortus)
Bertujuan menjaga kesehatan fisik,
mental dan kehidupan ibu hamil.
Dapat bersifat
 Abortus Provokatus Medisinalis (Terapeutik)
 Abortus Provokatus Kriminalis
 Menurut Gambaran Klinis :
1. Abortus Imminens
2. Abortus Insipiens
3. Abortus Inkomplit
4. Abortus Komplit
5. Missed Abortion
Etiologi

1. Kelainan telur (ovum yang patologik)


2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
3. Kelainan pada plasenta
4. Kelainan traktus genitalis
5. Penyakit Ibu
Diagnosis
 Amenore pada masa reproduksi dengan
plano test (+) atau pernah (+)
 Perdarahan pervaginam dan mungkin
dengan pengeluaran hasil konsepsi
 Rasa sakit atau kram pada perut diatas
simfisis
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium  Plano test, Hb, leukosit,
waktu pembekuan, waktu perdarahan,
fibrinogen (pada missed abortion),
trombosit
 USG
 Untuk mendeteksi penyebab :
 HSG
 Toksoplasmosis
 GDS
 Hormonal
Abortus Imminens
- Gejala Klinis
Amenore, Tanda hamil muda (+),
Perdarahan pervaginam, Nyeri/mules,
UI tertutup, USG: kantung gestasi utuh

- Penatalaksanaan
- Tirah baring minimal 2 x 24 jam
- Fenobarbital 3 x 30 mg/ hari (kp)
Abortus Insipiens
- Gejala Klinis
Perdarahan pervaginam, Nyeri/mules lebih
sering, OU terbuka, Ketuban menonjol,
Hasil konsepsi utuh dalam uterus

- Penatalaksanaan
Dilihat perkembangannya dan diterapi
sesuai dengan perkembangannya
inkomplit atau komplit
Abortus Inkomplit
- Gejala Klinis
Perdarahan pervaginam banyak, Nyeri disertai
syok, OU terbuka, USG : sisa hasil konsepsi

- Penatalaksanaan
- Perbaiki KU
- Kuretase
- Amoxysillin 3 x 500 mg/ hari  5-7 hari
- Metyl Ergometrin 3 x 1 tab/ hari  5 hari
- Hematinik
Abortus Komplit
- Gejala Klinis
Perdarahan pervaginam sedikit, Hasil konsepsi
sudah keluar, OU tertutup, Uterus kecil

- Penatalaksanaan
- Methyl ergometrin 3 x 1 tab/ hari
- Hematinik
Abortus Habitualis
- Gejala klinis
Terjadi 3 kali berturut-turut atau lebih

- Penatalaksanaan
 Pada inkompeten sekviks  Shirodkar atau Mac
Donald
 Hormonal  progesteron, tiroid
 Toksoplasmosis  Spiramisin 50-100 mg/kg BB/ hari
 DM  terapi DM
Abortus Infeksiosa
- Gejala Klinis
Tanda infeksi : panas, takikardi, perdarahan
pervaginam yang berbau, uterus besar lunak,
nyeri tekan, leukositosis

- Penatalaksanaan
 Antibiotika
 Bila tidak syok  kuret 24 jam kemudian
 Bila syok (nadi > 120 x/mnt)  infus RL, tranfusi,
dilanjutkan kuret
Abortus Septik
- Gejala Klinis
Gejala seperti abortus infeksiosa tetapi demam
lebih tingi, peritonitis, nadi lebih cepat, tensi lebih
rendah bahkan sampai syok

- Penatalaksanaan
 Periksa biakan darah dan tes kepekaan
 Pemberian antibiotik
 Bila perdarahan terus  segera kuret
 Bila tidak berdarah  kuret 6 jam setelah pemakaian obat
 Lakukan Histerektomi Total bila :
- gagal kuret
- infeksi oleh Cl. Welchii
- tanda perforasi uterus (+)
- kerusakan alat abdomen
Perawatan Rumah Sakit
- Semua pasien abortus harus mendapat
suntikan vaksin serap tetanus 0,5 cc IM
- Tujuan perawatan adalah untuk mengatasi
anemia dan infeksi
- Sebelum dilakukan kuretase, suami/ orang
tua/ keluarga terdekat harus menanda
tangani surat persetujuan tindakan
Penyulit

- Anemia : bila Hb < 8 gr % maka diberikan


tranfusi
- Infeksi : harus mendapatkan antibiotik
sebelum dilakukan kuretase
- Perforasi: dicegah dengan uterotonika,
sondase, lakukan kuret secara sistematis
dan lege artis
- Syok
KEHAMILAN EKTOPIK

 Batasan
 Kehamilan dimana ovum yang telah dibuahi tidak
berinplantasi pada kavum uteri.
 Bila berakhir dengan abortus atau ruptur maka
disebut Kehamilan Ektopik Terganggu
 Etiologi
 Kerusakan tuba yang disebabkan oleh :
 Inflamasi
 Infeksi
 Pembedahan

 Lokasi
 Kehamilan tuba (95 - 98 %)
 Kehamilan ovarium
 Kehamilan intraligamenter
 Kehamilan abdominal
 Kehamilan ektopik pada uterus
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan :
- Anamnesis

- Gejala klinis

- Pemeriksaan fisis

- Pemeriksaan ginekologis

- Pemeriksaan penunjang
Anamnesis dan gejala klinis
Trias Klasik :
Amenore,
Nyeri perut suprapubik,
Perdarahan pervaginam

Nyeri bisa dirasakan bilateral/


unilateral/ perut bagian bawah.
Berat ringan nyeri tergantung jumlah
darah terkumpul dalam peritonium
Pemeriksaan Fisis
Rahim membesar
Tumor pada adneksa
Tanda akut abdomen

Pemeriksaan Ginekologis
Spekulum : fluksus sedikit
PDV : serviks lunak, nyeri goyang
(+), adneksa nyeri dan teraba
massa, cavum douglas menonjol
dan nyeri
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Hb, leukosit, plano
test
USG
Kuldositesis
Laparoskopi diagnosis

Konsultasi dengan bagian BEDAH jika


diperlukan
Diagnosis Banding

- Radang panggul
- Kista ovarium pecah/ perdarahan
- Torsi kista ovarium
- Abortus iminens
- Endometriosis
- Apendisitis
Penatalaksanaan
- Perbaiki keadaan umum
- Jika gejala klinis (+) dan pemeriksaan
penunjang (+)  laparotomi
- Bila curiga lakukan observasi + USG, jika
(+)  laparoskopi
- Jika laparoskopi (-) : konservatif
(+) : laparotomi
Laparotomi
Kehamilan tuba : salpingektomi
Kehamilan ovarium: ovarial kistektomi
Kehamilan abdominal : keluarkan anak saja,
plasenta ditinggalkan
Kehamilan serviks : kuret, tampon/ ligasi
arteri hipogastrika. Bila jumlah anak
cukup : histerektomi total
Perdarahan trimester 2
 Perdarahan trimester 2 yang sering terjadi :
1. Mola hidatidosa
2. Missed abortion
3. Kematian janin dalam rahim (KJDR)
MOLA HIDATIDOSA

Batasan
Penyakit yang berasal dari kelainan
pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon
plasenta dan disertai generasi kistik villi dan
perubahan hidropik
Patofisiologi

Ada beberapa teori


- Teori Missed Abortion
• Mudigah mati pada uk 3-5 mg (missed abortion)
• Gangguan peredaran darah  penimbunan cairan
dalam jar. mesenkim dari villi  terbentuk
gelembung-gelembung
- Teori Neoplasma dari Park
• Adanya sel-sel tropoblas abnormal yang mempunyai
fungsi abnormal
• Terjadi resorpsi cairan berlebihan dalam villi  timbul
gelembung-gelembung  gangguan peredaran darah
 mudigah mati
Gejala Klinis
Tanda kehamilan (+)
Perdarahan : intermitten, sedikit-sedikit, sekaligus
banyak sehingga sampai syok/ kematian
Hiperemesis gravidarum
Tanda preeklampsi pada trimester I
Tanda tirotoksikosis
Kista lutein unilateral/ bilateral
Uterus lebih besar dari uk
Gerakan anak (-)
Balotemen (-) kecuali pada mola parsial
Pemeriksaan Penunjang

hCG urin atau serum


USG
Uji sonde Hanifa
Thorak foto
T3 dan T4 pada gejala tirotoksikosis
Penanganan

Terdiri dari 3 tahap yaitu :


- Perbaiki keadaan umum
- Pengeluaran jaringan mola
- Pemeriksaan tindak lanjut
- Perbaiki Keadaan Umum
• Koreksi dehidrasi
• Tranfusi bila Hb < 8 gr %
• Gejala preeklampsia dan hiperemesis
gravidarum  terapi sesuai protokol
• Bila ada gejala tirotoksikosis  konsul bagian
penyakit dalam
- Pengeluaran jaringan mola  kuretase
• Persiapan : darah rutin, kadar  hCG, toraks
foto (kecuali bila jar. mola keluar spontan
• Dilatasi kanalis servikalis
• Siapkan darah 500 cc
• Kuret dilakukan 2 kali interval 1 minggu
• Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke lab.
PA
- Pemeriksaan Tindak Lanjut
• Kontrasepsi
• Pemeriksaan fisis
• Kadar  hCG setiap minggu sampai 3 kali
berturut-turut normal. Dilanjutkan setiap bulan
sampai 6 kali berturut-turut normal
• Remisi spontan  dapat hamil kembali
Bila selama masa observasi   hCG
tetap/ meningkat, klinis dan thorak
menunjukkan metastasis maka harus
dilakukan evaluasi dan mulai kemoterapi

REMISI SPONTAN
kadar  hCG, pemeriksaan fisis, foto
thoraks setelah 1 tahun  NORMAL
- Komplikasi
• Perdarahan hebat
• Anemia
• Syok
• Infeksi
• Perforasi usus
• Keganasan (PTG)
Missed Abortion
 Embrio/ fetus meninggal pada uk. kurang dari 20
minggu tetapi seluruh hasil konsepsi masih tertahan
dalam kandungan sampai 6 minggu atau lebih

 Gejala Klinis
Perdarahan pervaginam, Keluhan kehamilan hilang,
TFU menetap/ mengecil, Plano (-), kadang fluor
warna coklat, USG: janin mati

 Pemeriksaan penunjang
Hb, leukosit normal, CT, BT, trombosit, Fibinogen
- Penatalaksanaan Missed Abortion
 Dilatasi serviks
- Bila uk. < 12 mg  kuretase
- Bila uk. > 12 mg
o Tetesan oksitosin 20-30 IU dalam 500 cc
Dekstrose 5% mulai 20 tts/menit  bila
kontraksi (-)  dosis dinaikkan 10 IU tiap 30
menit tanpa mengubah kecepatan tetesan
sampai kontraksi (+)
o Dosis maks. oksitosin 140 IU
o Bila tidak berhasil, ulangi lagi setelah istirahat
24-48 jam
Kematian Janin Dalam Rahim

 Matinya janin di atas usia kehamilan 20


minggu
 WHO  Kematian janin pada usia
kehamilan ≥ 22 minggu atau berat janin ≥
500 gram
 Usia kehamilan ≤ 20 minggu  abortus
Faktor-faktor resiko :
 Usia ibu di atas 35 tahun

 Malnutrisi

 Pemeriksaan antenatal yang tidak teratur

 Merokok, alkoholisme, penyalahgunaan

obat.
Penyebab Kematian Janin

 Faktor Ibu, meliputi penyakit sistemik :


1. Diabetes Melitus
2. Hipertensi  hipertensi sebelum dan
saat kehamilan (PE & Ekalmpsi)
3. Gangguan yang menyebabkan sepsis
dihubungkan dengan hipoperfusi
Penyebab Kematian Janin
 Faktor Janin :
1. Malformasi, kelainan struktur dan
kromosom
2. Infeksi disebabkan oleh bakteri atau virus
3. Penyakit imun
4. Kelainan pada tali pusat seperti prolaps,
trombosis, strangulasi, terikat dan torsi

5. Kelainan metabolik
Penyebab Kematian Janin
 Faktor Plasenta :
 Disfungsi plasenta yang menyebabkan
hipoksemia dan termasuk berhubungan
dengan pertumbuhan janin terhambat,
 postmaturitas
 solusio plasenta
 infark plasenta
 plasenta previa
 twin to twin transfusi
Penilaian Klinik
• Pertumbuhan janin (-), bahkan janin mengecil
sehingga tinggi fundus uteri menurun.
• Bunyi jantung janin tak terdengar dengan
fetoskop dan dipastikan dengan doppler.
• Keluhan ibu : menghilangnya gerak janin.
• Berat badan ibu menurun.
• Tulang kepala kolaps.
• USG : janin tanpa tanda kehidupan.
• Radiologi (masalah dan tidak perlu).
Bila 5 hari setelah kematian janin, tampak
gambaran :
 tulang kepala tumpang tindih
 tulang kepala mengalami hiperfleksi
 gambaran gas pada jantung & p.darah
 edema disekitar tulang kepala

• Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif. Hasil ini


terjadi beberapa hari setelah kematian janin.
Penatalaksanaan
• Dukungan mental emosional
• Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan
induksi maupun ekspektatif
• Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif
adalah:
 Tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu
 Yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi
tanpa komplikasi
• Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa
persalinan spontan, lakukan penanganan aktif.
• Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai
serviks :
 Jika serviks matang, lakukan induksi oksitosin atau
prostaglandin.
 Jika serviks belum matang, lakukan pematangan
prostaglandin / kateter Folley.
 Persalinan seksio sesarea merupakan alternatif
terakhir.
• Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam
2 minggu, trombosit menurun, serviks
belum matang  matangkan serviks
dengan misoprostol :
 Tempatkan misoprostol 25 mcg di puncak vagina;
dapat diulangi sesudah 6 jam
 Jika tidak ada respon sesudah 2 x 25 mcg
misoprostol, naikkan dosis menjadi 50 mcg
setiap 6 jam.
 Catatan : Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali
dan jangan melebihi 4 dosis.
• Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk
endometritis
• Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit
atau bekuan mudah pecah, waspada koagulopati
• Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya
untuk melihat dan melakukan berbagai kegiatan
ritual bagi janin yang meninggal tersebut
• Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk
mengungkapkan adanya patologi dan infeksi.
Tingkat maserasi

Tingkat Gambaran Waktu kematian


maserasi intrauterin
0  Kulit kemerahan < 8 jam
I  Kulit licin dan mengelupas > 8 jam

II  Kulit terkelupas lebih banyak 2 – 7 hari


 Efusi serous kemerahan di
rongga dada & abdomen
III  Hati kuning kecoklatan ≥ 8 hari
 Efusi keruh
 Mungkin sudah mumifikasi
Pencegahan

 Pemeriksaan antenatal yang teratur


 Ibu menghindari dari setiap penyakit-penyakit
infeksi,
 Hindari merokok, alkohol dan
penyalahgunaan obat.
 Pemeriksaan: USG, α fetoprotein darah,
 NST  menilai kesehatan janin sebelum
terjadinya KJDR.
Prognosis

 Selain ibu menderita DM, ♀ yang pernah


mengalami KJDR mempunyai harapan yang
baik untuk kehamilan selanjutnya sama
seperti wanita yang mengalami kehamilan
pertama.

Anda mungkin juga menyukai