Anda di halaman 1dari 45

LBM 1 SUMBATAN JALAN

NAFAS
Akmil Lana Dina
30101407125
Sgd 20
Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Agung Semarang
Edema Periorbital

• Periorbital Edema : pembengkakan disekitar mata ( kelopak mata )


• Trauma  perlukaan pada bagian eye socket (rongga mata)
peradangan dan kemerahan  edema periorbital
(
Fraktur NOE

Orbital (Etmoid,
Nasal Sphenoid,Lacrimal)

Epistaksis ( Terkena
Edema Periorbital
pada mukosa nasal )
Klasifikasi Cedera Otak/Cedera Kepala
Epistaksis

Trauma mukosa nasal

Mengenai plexus
kieselbach

Epistaksis

Perdarahan keluar dari


hidung
Gurgling
Karena ada udara yang melewati farynx
Suara Tambahan Nafas
- Snoring  sumbatan lidah dan terdengar saat ekspirasi
- Gurgling  sumbatan berupa cairan, saat ekspirasi
maupun inspirasi
- Stridor  pembengkakan laring/edema pita suara
- Hoarsness (serak/suara parau) gangguan didaerah
laring yang mengganggu pita suara
Etiologi Sumbatan Jalan Nafas
Penurunan kesadaran

• Stroke, kejang, infeksi, keracunan, cedera kepala,


tenggelam

Trauma

• Fraktur maksilofacial, cedera leher akibat benda


tumpul/tajam, cedera dada, cedera tulang belakang

Luka bakar

• Leher, mulut, trauma inhalasi


Etiologi Sumbatan Jalan Nafas
Benda asing

• Supraglotik, trachea, bronkus

Infeksi

• Abses peritonsilar, abses retrofaring, epiglotitis

Inflamasi

• Faring, laring, trachea, bronkus

Tumor

• Faring, laring, trachea, bronkus


Sumbatan Jalan Nafas
Total Parsial
- Universal sign of choking - Nafas dan bicara tidak adekuat
- Dapat batuk
- Terdapat suara nafas tambahan :
- Snoring  sumbatan lidah dan
terdengar saat ekspirasi
- Gurgling  sumbatan berupa
cairan, saat ekspirasi maupun
inspirasi
- Stridor  pembengkakan laring
- Hoarsness (serak/suara parau)
gangguan didaerah laring yang
- Tidak dapat berbicara, bernafas mengganggu pita suara
atau batuk (silent cough)
- See-saw breathing (gerakan
parodoksal dada dan perut)
Primary Survey
Primary survey : penilaian keadaan pasien dan prioritas terapi yang
didasarkan jenis perlukaan, tanda tanda vital dan mekanisme
trauma

• Airway, menjaga airway dengan kontrol cervikal


1

• Breathing, menjaga pernafasan dan ventilasi


2

• Circulation, kontrol perdarahan


3

• Disability, status neurologis


4

• Exposure/enviroment control, buka baju pasien, tetapi cegah hipotermia


5
Primary Survey ( Airway )
Step 1 Penilaian :
a. Mengenal patensi airway
b. Penilaian cepat akan adanya obstruksi

Pengelolaan (mengusaha a. Memasang pipa naso-


Step 2 airway) faringeal/orofaringeal
a. Melakukan chin lift/jaw b. Memasang airway definitif
thrust
b. Membersihkan airway dari
benda asing

Step 3 Menjaga leher dalam posisi netral

Step 4 Fiksasi leher


Ciri – Ciri C-Spine Fracture
• Penurunan kesadaran
1

• Multiple trauma
2

• Trauma dari bagian bahu sampai atas


3

• Terbatasnya gerakan leher karena rasa sakit


4
Klasifikasi C-Spine Trauma

Fraktur Atlas (C1)

• 5% dari fraktur cervikal akut  paling sering burst fracture


( jefferson fracture = kerusakan pada bagian depan dan posterior
C1)
• Diakibatkan karena kejatuhan barang secara vertikal

Frakture Axis (C2)

• Termasuk fracture processus odontoid

Fraktur elemen posterior

• Fraktur hangman meliputi bagian belakang C2 yaitu pas


intercularis
• Disebabkan karena injury tipe ekstensi
Mengapa pada fracture C-spine tidak
dilakukan head tilt-chin lift ??

- Pfrg  parafacial respiratory group


- PBC  pre-Botzinger Complex
- rVRG  rostral ventral respiratory group
- cVRGcaudal VRG
- Mekanisme :

Pfrg dan PBC ( pusat


neuron)

Mentrasmisikan impuls ke
VRG

Diproyeksikan ke motor neuron


phrenic yg terletak diantara C3-
C6

Nucleus Phrenik
Kontraindikasi dan Indikasi
Chin Lift and Head Tilt

Ketika lidah menutupi saluran nafas maka


kita menggunakan chin lift-head tilt , karena
saat kita melakukan head tilt maka muskulus
genohyoid akan strecth dan os hyoidea
terelevasi, dan chin lift elevasi dagu

Basis lidah dan epiglotis menempel pada os


hyoideus
Jaw Thrust

Jaw thrust tanpa head tilt

Jaw thrust with head tilt


Primary Survey ( Breathing : ventilasi dan
oksigenasi )
Step 1 Penilaian :
a. Buka leher dan dada sambil menjaga imobilisasi leher
dan kepala
b. Tentukan laju dan dalamnya pernafasan
c. Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks
d. Perkusi thorak untuk menentukan redup/hipersonor

Step 2
Pengelolaan :
a. Pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi
b. Ventilasi dengan alat bag valve mask
c. Memasang pulse oximetri
Alat, Kecepatan Aliran, dan presentase O2
untuk Breathing
Alat Kecepatan Aliran % Oksigen
Kanul Nasal (Oksigen rendah/aliran 1, 2, 3, 4, 5, 6 21-24%;25-28%;29-
rendah) L/menit 32%;33-36%;37-
40%;41-44%
Sungkup Muka Sederhana/sungkup 6-10L/menit 35-60%
muka hudson (Oksigen aliran
sedang,tinggi)
Sungkup Venturi ( aliran tinggi ) 4-8,10-12 L/menit 24-35%;40-50%
- Sungkup muka dengan reservoir O2 6, 7, 8, 9, 10-15 60%;70%;80%;90%;9
(Oksigen 100%, CO2 dikeluarkan L/menit 5-100%
melalui lubang kecil)/non rebreathing
- Sungkup Muka Partial Rebreathing
( saat inspirasi pasien menghirup
kembali gas hasil ekspirasinya)
Untuk Sungkup yang menggunakan reservoir digunakan pada pasien :

a. Sakit kritis, kesadaran masih baik,ventilasi adekuat tapi membutuhkan O2


dengan konsentrasi tinggi
b. Sebelum ada indikasi intubasi trakea, seperti pada edem paru, asma akut,
PPOK, psn tidak sadar diri tetapi ventilasiadekuat dengan reflek batuk masih
ada

Pemilihan Alat Suplementasi O2 Berdasarkan Nilai Oximetri

Nilai Oksimetri Arti Klinis Pilihan Alat Suplementasi O2

95-100% Dalam Batas Normal -


90-<95% Hipoksia Ringan - sedang • Kanul/sungkup sederhana
85-<90% Hipoksia sedang -berat • Sungkup muka dengan
reservoir
• Ventilasi dibantu
<85% Hipokia berat mengancam nyawa • Ventilasi dibantu
Gejala dan Tanda Hipoksia Akut
Sistem Gejala dan tinationanda

Respirasi Sesak nafas, sianosis

Cardiovasular CO meningkat, palpitasi, takikardi, hipotensi, aritmia

Sistem saraf pusat Sakit kepala, perilaku yang tidak sesuai, bingung, delirium,
gelisah

Neuromuskular Lemah, tremor, hiprereflex, incoor

Metabolik Retensi cairan dan kalsium, asidosis laktak


Indikasi Terapi Oksigen
Jangka Pendek Jangka Panjang
- Pada keadaan hipoksemia kut - PaO2 <= 55 mmHg/SpO2 <=88%
- Penumonia - PaO2 <= 56-59 mmHg / SpO2 89% pada
- Trauma salah satu keadaan berikut :
- Emboli paru -Edema dikarenakan CHF
- Gangguan cardiovaskular -EKG ( gelombang p>3 mm pada lead
- Hipotensi ( TD sistol <100mmHg III,II,aVF
- RR >24/menit -Hematokrit >56%
- paO2 >59 mmHg/SpO2 >89%
- Pasien penyakit paru obstrukstif kronis
Primary Survey (Circulation dengan
kontrol perdarahan)
Penilaian :
Step 1 a. Mengetahui sumber external perdarahan yang fatal
b. Mengetahui sumber perdarahan interna
c. Nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus
paradoxus
d. Warna kulit
e. Tekanan darah

Step 2 Pengelolaan :
a. Tekanan langsung pada tempat perdarahan eksternal
b. Mengenal adanya perdarahan interna
c. Memasang 2 kateter IV ukuran besar
d. Mengambil sampel darah
e. Memberikan cairan RL yang dihangatkam dan
pemberian darah
f. Cegah hipotermi
Primary Survey (Circulation dengan kontrol
perdarahan)
- Warna Kulit Kemerahan - Tidak menunjukan hipovolemia
- Warna kulit pucat keabuan - Hipovolemia
Nadi (arteri femoralis/carotis) :
- Nadi tidak cepat,kuat, teratur - Normal
- Nadi cepat, kecil - Hipovolemia
- Nadi tidak teratur - Gangguan jantung
- Tidak ditemukan pulsasi - Resusitasi cardiac dan perbaikan volume
- Perdarahan External
-Luka - Balut tekan (direct manual pressure)
-Perdarahan masif pada - Torniket, tidak menggunakan klem arteri akan
ekstremitas merusak saraf dan vena
- Perdarahan Internal - Dekompresi thorak, pelvic binder,pemasangan
- Thorak, pelvis, dan tulang splint, intervensi bedah
panjang
Primary Survey (Disability)

Pemeriksaan neurologis singkat

Step 1 Tentukan Tingkat Kesadaran GCS

Nilai Pupil untuk besarnya, isokor, dan


Step 2
reaksi
Primary Survey (Exposure)
Buka baju pasien, tetapi cegah hipotermia

A. Pasien diselimuti
B. Diberikan cairan intravena yang hangat
C. Suhu ruangan hangat

Menjaga suhu tubuh


SecondarySurvey
• Pemeriksaan dari kepala sampai dengan kaki ( head to toe )pada pasien
trauma
• Px ini dilakukan jika ABCD selesai, resusitasi berhasil, fungsi vital kearah
normal, tambahan personil tiba.

Anamnesis

Px Fisik Kepala

Maksilofacial

Vertebra cervikalisdan leher

Thoraks dan abdomen

Perineum, Rektum dan vagina

Sistem muskuloskeletal dan Neurologis


SecondarySurvey
SecondarySurvey
SecondarySurvey
Pemeliharaan dan Pembukaan Jalan Nafas

Pembukaan Jalan Nafas

• Teknik Dasar Pembukaan Jalan Nafas  head tilt dan chin lift  efektif
bila obstruksi karena lidah / relaksasi otot pada jalan nafas atas
• Bila pasien trauma didiuga mengalami cedera leher  jaw thrust without
head tilt

Pemeliharaan Jalan Nafas

• Pasien dalam keadaan tidak sadar, reflek batuk dan muntah tidak ada 
OPA
• Pasein dalam keadaan sadar, reflek batuk dan muntah ada  NPA
• Bila pasien tersedak, tidak sadar, henti napas  buka mulut  cari benda
asing  bila melihat keluarkan  bila tidak  RJP
Advanced Airway

Pengelolaan lanjut jalan nafas

Definitif Non definitif

Surgical Non surgical


- OPA
- LMA
- NPA
- Trakeosto
- Intubasi - Combitube
mi
- Surgical orotrakeal
- Intubasi
cricotiroido
nasotrakeal
tomi
Pengelolaan Jalan Nafas dengan Alat
Sederhana
Indikasi Airway Definitif
Intubasi Endotracheal
Proses memasukkan pipa endotrechea kedalam trachea pasien

Indikasi Kontraindikasi
- Oksigenasi inadekuat yang tidak - Fraktur Maxilla
dapat dikoreksi dengan pemberian - Trauma cervical yang memerlukan
masker nasal keadaan imobilisasi tulang vertebra
- Peningkatan Pco2 cervical
- Menjaga jalan nafas tetap paten
- Resusitasi
- Obstruksi laring berat
- Penderita tidak sadar >24 jam
- Insufisiensi respirasi paska operatif
Interpretasi dari GCS E3V4M5

• E3 : dengan perintah verbal


• V4 : disorientasi bicara
• M5 : localizes pain

• Nilai GCS menurut kesadaran :


• 15-14 : composmentis
• 13-12 : apatis
• 11-10 : delirium
(gelisah,disorientasi)
• 9-7 : somnolen (letargi, mudah
tidur tapi bisa dibangunkan)
• 6-5 : sopor ( tidur panjang, tapi
masih memberikan reaksi ketika
dirangsang)
• 4 : semi coma
• 3 : coma
Sp O2 96%
Pemilihan Alat Suplementasi O2 Berdasarkan Nilai Oximetri

Nilai Oksimetri Arti Klinis Pilihan Alat Suplementasi O2

95-100% Dalam Batas Normal -


90-<95% Hipoksia Ringan - sedang • Kanul/sungkup sederhana
85-<90% Hipoksia sedang -berat • Sungkup muka dengan
reservoir
• Ventilasi dibantu
<85% Hipokia berat mengancam nyawa • Ventilasi dibantu
TD 100/60mmHg
Klasifikasi Sistol Diastol

Hipotensi <90mmHg <60mmHg

Normal 90-120 60-80

Pre HP >120-140 >80-90

HP 1 >140-160 >90-100

HP 2 >160 >100
Denyut jantung 115x/menit

Normalnya 60-100x/menit
Denyut jantung : didasarkan pada jumlah
kontraksi ventrikel ( bilik ) jatung
RR 28x/menit

Kriteria RR :

• Dispnea : pernafasan sulit


• Tachipnea : > normal
• Bradipnea : < normal
• Apnea : pernafasan terhenti
• Ipnea : pernafasan normal

Anda mungkin juga menyukai