Anda di halaman 1dari 37

DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman
TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
TB pada anak terjadi pada anak usia 0-14 tahun.
EPIDEMIOLOGI
Terdapat 10,0 juta orang yang mempunyai TB pada tahun 2018 di
seluruh dunia.
11% atau sekitar 1.1 juta dari 10,0 juta tersebut merupakan anak
(usia <15 tahun).
Asia tenggara merupakan daerah dengan kasus TB terbanyak yaitu
sekitar 4.4 juta kasus atau sebanyak 220 kasus TB per 100.000
populasi manusia.
Kasus TB pada anak di Asia Tenggara pun merupakan yang
terbanyak yaitu sebanyak 503.000 kasus (381.000 – 625.000
kasus).
Indonesia merupakan negara terbanyak ketiga penderita TB
dengan total kasus sebanyak 8% dari kasus TB di dunia atau
sekitar 845.000 (770.000 – 923.000) kasus dan juga diperkirakan
terdapat sekitar 70.000 kasus TB pada anak di Indonesia.
Proporsi kasus TB anak di antara semua kasus TB di indonesia
pada tahun 2010 adalah 9,4%, kemudian menjadi 8.5% pada tahun
2011; 8,2% pada tahun 2012; 7,9% pada tahun 2013; 7,16% pada
tahun 2014, dan 9% di tahun 2015
ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis
Merupakan anggota ordo Actinomicetales dan famili
Mycobacteriase.
Bakteri berbentuk basil lengkung
Gram positif lemah
bersifat pleimorfik, tidak bergerak (non-motil) dan tidak
membentuk spora serta memiliki panjang sekitar 2-4 µm.
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko sakit tuberculosis pada anak yang terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis :
Riwayat kontak TB OR 18,3 (IK95% 5,12-65,89; p<0,05)
Kepadatan hunian OR 6,54 (IK95% 1,05-40,73; p<0,05)

Dan dipengaruhi oleh :


•Tingkat Penularan
•Lama pajanan dengan orang yang terinfeksi TB
•Daya tahan tubuh
PATOGENESIS
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB
Kompleks primer merupakan gabungan fokus primer, limfadenitis
regional, dan limfangitis
Masa inkubasi TB : sejak masuknya kuman TB hingga terbentuk
kompleks primer
Masa inkubasi TB berlangsung dalam 4-8 minggu dan mencapai
jumlah 103 -104.
KLASIFIKASI
Klasifikasi
Lokasi anatomi - TB paru
- TB ekstra paru
Riwayat pengobatan sebelumnya - Pasien baru TB
- Pasien yang pernah diobati TB
- Pasien yang riwayat pengobatan
sebelumnya tidak diketahui
Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat - Mono resistant (TB MR)
- Poli resistant (TB PR)
- Multi drug resistant (TB MDR)
- Extensive drug resistant (TB XDR)
- Resisten rifampisin (TB RR)
Status HIV - HIV positif
- HIV negatif
- HIV tidak diketahui
MANIFESTASI KLINIS
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik
dengan adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya
perbaikan gizi yang baik.

2. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas
3. Batuk lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda
Gejala Sistemik: atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah
dapat disingkirkan.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal
tumbuh (failure to thrive).
5. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
6. Diare persisten/menetap (≥2 minggu) yang tidak sembuh dengan
pengobatan diare.
1. Tuberkulosis kelenjar
Pembesaran KGB multipel (>1KGB), diameter ≥ 1cm,
konsistensi kenyal, tidak nyeri, dan kadang saling melekat
atau konfluens.

2. Tuberkulosis SSP
Gejala Spesifik Bila mengenai susunan saraf pusat (SSP) dapat terjadi gejala
Organ: iritabel, leher kaku, muntah-muntah dan penurunan kesadaran.
3. Tuberkulosis sistem skeletal:
• Tulang belakang(spondilitis) : Penonjolan tulang belakang
(gibbus).
• Tulang panggul(koksitis) : Pincang, gangguan berjalan, atau tanda
peradangan di daerah panggul.
• Tulang lutut (gonitis) : Pincang dan/atau bengkak pada lutut tanpa
sebab yang jelas
• Tulang kaki dan tangan (spina ventosa/daktilitis).
Gejala Spesifik
Organ:
4. Skrofuloderma:
Ditandai adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit
antar tepi ulkus (skin bridge).
5. Tuberkulosis mata:
• Konjungtivitis fliktenularis (conjunctivitis phlyctenularis).
• Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi).

Gejala Spesifik
Organ:

6. Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya


Peritonitis TB
ALUR DIAGNOSIS
Secara umum penegakan diagnosis TB pada anak, didasarkan pada 4 hal:
1. Konfirmasi bakteriologis TB
2. Gejala klinis yang khas TB
3. Adanya bukti infeksi TB, hasil uji tuberkulin (+), atau kontak erat dengan pasien
TB
4. Foto toraks sugestif TB
FOTO THORAX

a. Diagram fokus primer


(kuning) limfadenopati (hijau)

b. Foto dada anak perempuan 5 tahun dengan TB primer.


Anteroposterior (a) lateral (b), opasitas pada lobus
tengah (*) dengan limfadenopati perihilar kanan (panah).
c. Foto dada anak laki-laki 1 tahun dengan TB primer.Anteroposterior (a) lateral (b),
limfadenopati perihilar kanan (panah) dan opasitas pada retrokardia (*).
ALUR
DIAGNOSI
S
PROSEDUR UJI TUBERKULIN
Alat dan Bahan perkelompok :
1. Kapas alcohol
2. Larutan PPD RT 23-2 TU atau PPD-S 5 TU
3. Disposibke tuberculin syringe
4. Jarum suntik 26-27 G
5.Non-medical disposal box
7. Alcohol based hand rub
8. Model tangan/pasien
9. Penggaris transparan
10. Pena
TATALAKSANA

PENGOBATAN PROFILAKSIS
PRINSIP
PENGOBATAN TB ANAK
Menyembuhkan pasien TB Mencegah terjadinya dan transmisi
resistensi obat
Mencegah kematian akibat TB atau efek
jangka panjangnya Menurunkan transmisi TB

Mencegah TB Relaps Mencapai seluruh tujuan pengobatan


dengan toksisitas seminimal mungkin

Mencegah reservasi sumber infeksi di masa


yang akan datang
PENGGUNAAN OAT
DOSIS OAT
KDT
DOSIS KDT
WAKTU MINUM OAT
• Saat perut kosong
• Satu jam Sesudah makan
• Waktu konsumsi setiap hari harus sama
• Untuk membantu keteraturan dapat ditunjuk salah seorang keluarga
sebagai pengawas minum obat (PMO)
EFEK SAMPING OAT
EFEK SAMPING OAT
TARGET PENGOBATAN
PEMANTAUAN
Setiap bulan harus
dilakukan pemeriksaan
apusan dan biakan dahak
pada tahap awal dan setiap 2
bulan sekali pada tahapan
lanjut.
Tanyakan keluhan efek
samping dari pengggunaan
obat TB.
PEMBERIAN
KORTIKOSTEROID

Prednisone 2 mg/kgBB/hari sampai 4 mg/kgBB/hari


pada kasus sakit berat. (maksimal 60mg/hari) selama
4 minggu lalu Tappering-off dilakukan secara bertahap
setelah 2 minggu pemberian kecuali pada TB
meningitis pemberian selama 4 minggu sebelum
tapering-off.
PIRIDOKSIN (B6)
Penggunaan piridoksin
Isoniazid dapat menyebabkan defisiensi piridoksin simptomatik neuritis perifer,
terutama pada anak dengan malnutrisi berat dan anak dengan HIV:

Suplementasi piridoksin (5-10mg/hari)


PEMANTAUAN DAN HASIL
EVALUASI
BTA positif pada awal pengobatan
melakukan pemeriksaan dahak ulang pada akhir
bulan ke 2,5, dan 6.

foto thorax
• Perbaikan radiologis akan terlihat dalam
jangka waktu yang lama
• TB milier setelah pengobatan 1 bulan
• efusi pleura setelah pengobatan 2-4 minggu
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Derektorat Jendral Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Petujuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak, Jakarta,
2016
2. World Health Organization . Global Tuberculosis Report. Geneva: World Health
Organization; 2019. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO. [Diakses pada 15 April 2020]
from:
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/329368/9789241565714-eng.pdf?ua=1
3. Yustikarini, Sidhartani, Faktor Risiko Sakit Tuberkulosis pada Anak yang Terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang, 2016
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai