Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH VAKSIN COVID-19

TERHADAP PEMBENTUKAN SISTEM


IMUN
JENIS VAKSIN COVID-19
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme(bakteri, racun, atau
virus) atau bagiannya, yang telah dilemahkan atau sudah dimatikan kemudian berfungsi untuk
menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bisa mencegah terjangkit dari
penyakit tertentu tersebut.
Jenis vaksin yang dipakai untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 atau Covid-19 adalah
vaksin sinovac yang dikenal juga dengan nama CoronaVac. CoronaVac adalah satu dari tiga vaksin
corona eksperimental yang digunakan China untuk menyuntik ratusan ribu orang. Dalam sebuah hasil uji
coba awal China, dikemukakan bahwa vaksin Sinovac dapat memicu respons sistem imun yang cepat.
Meski begitu, diketahui juga bahwa tingkat antibodi yang dihasilkan vaksin ini lebih rendah daripada
orang yang telah pulih dari Covid-19.
Cara Pembuatan CoronaVac
Pertama, untuk membuat CoronaVac para peneliti Sinovac memulainya dengan mengambil
sampel virus corona dari pasien di China, Inggris, Italia, Spanyol, dan Swiss. Satu sampel dari
China akhirnya menjadi dasar pembuatan vaksin. CoronoVac bekerja dengan membuat antibodi
untuk melawan virus corona SARS-CoV-2. Antibodi menempel pada protein virus.
kedua, para peniliti menumbuhkan stok besar virus corona di sel ginjal monyet. Kemudian,
mereka menonaktifkan virus dengan bahan kimia yang disebut beta-propiolakton. virus corona
yang tidak aktif tidak bisa lagi bereplikasi. Tetapi, protein mereka tetap utuh.
Para peneliti kemudian menarik virus yang tidak aktif dan mencampurkannya dengan sejumlah
kecil senyawa berbasis aluminium yang disebut adjuvan. Adjuvan merangsang sistem kekebalan
untuk meningkatkan responsnya terhadap vaksin.
MEKANISME KERJA VAKSIN
COVID- 19
Konsep vaksin bukan untuk membentuk
ANTIBODI

Antibodi adalah protein berbentuk huruf Y yang digunakan oleh sistem


Imun untuk mengidentifikasi dan menetralkan benda asing seperti bakteri
dan virus pantogen. Antibodi juga hanya bisa bertahan 4-6 bulan.
Tetapi konsep vaksin itu untuk
membentuk sel memori

Sel memori adalah nama golongan sel T yang telah teraktivasi oleh antigen pada
saat terjadi infeksi, misalnya kanker atau vaksinasi.
Tugasnya yaitu saat terjadi pengulangan infeksi dengan antigen yang sama, sel
memori mengalami proliferasi dengan cepat dan memberikan respon kekebalan
yang lebih kuat
Selama pertarungan dengan
virus. sel memori akan
mengingat cara mengalahkan
virus tersebut.

Hal itu dilakukan untuk memudahkan


Perlawanan pada virus yang serupa
muncul kembali

Pada fase awal vaksin masuk ke tubuh manusia, imunitas tubuh langsung meresponsnya
sebagai virus corona. Karena terdeteksi sebagai virus corona, serangkaian respon imun
akan terjadi untuk melindungi tubuh dari terinfeksi. Pada proses tersebut, beberapa
macam sel bekerja sama untuk mengenali virus corona dan memberikan respon. Sel sel
ini kemudian merangsang sel B untuk membuat antibodi. Karena setiap antigen memiliki
antibodinya sendiri maka setiap antigen jenis baru yang masuk ke tubuh sel B harus
menciptakan atau mengolah antibodi yang cocok untuk antigen jenis tersebut. Setelah
membuat antibodi, antibodi akan menempel pada virus corona. Lalu sel T akan mencari
virus corona yang telah ditumpangi dan menghancurkannya. Sel T juga memberi sinyal
pada sel-sel lain(seperti fagosit) untuk melakukan tugasnya.
Begitu dihasilkan, antibodi akan berada dalam tubuh seseorang selama
beberapa waktu, sehingga apabila virus korona yang serupa
kembali, antibodi sudah tersedia untuk melakukan misinya.tetapi antibodo
hanya bisa bertahan 4-6 bulan dan setelah itu antibodi menghilang. Meskipun
antibodi sudah menghilang, sel B dan sel T yang menyimpan informasi atau
data tentang virus corona masih tetap ada hingga bertahun-tahun.
Jadi jika dilihat dari mekanisme kerjanya, sistem imun melawan vaksin seperti halnya
melawan patogen lainnya. Dalam hal ini vaksin dapat dikatakan sebagai penyamaran
terhadap virus corona yang akan datang tanpa memberikan infeksi, karena di dalam
vaksin virus penyebab corona sudah dilumpuhkan ataupun dinonaktifkan.
Saat sel B dan sel T mengenali virus corona, mereka akan mencatat data nya dan data
tersebut dapat digunakan untuk kembalinya serangan virus corona di masa yang akan
datang. Dengan begitu, saat ancaman datang sel B dan sel T akan lebih cepat
menyebarkan antibodinya secara tepat atau lebih efektif. Begitulah cara
mengembangkan imunitas.
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh vaksin Covid-19 terhadap sistem imun
adalah :
• Sistem imun lebih cepat merespons terhadap serangan virus corona di
masa mendatang.
• Memberikan data atau informasi tambahan mengenai antigen jenis
baru yaitu virus corona.
• Mempersiapkan sistem imun untuk berjaga-jaga mendapatkan
serangan dari virus corona.
• Sistem imun akan bekerja dengan baik jika vaksin yang diberikan juga
baik dan tidak membahayakan sistem imun.
Lalu bagaimana pemberian vaksin jika sistem
imun mengalami kelainan?
Pada penderita kelainan sistem imun, sistem kekebalan tubuhnya tidak dapat berfungsi
dengan baik. Kondisi ini bisa terjadi karena kerusakan pada sistem imun itu sendiri, adanya
penyakit yang melemahkan sistem imun, atau efek pengobatan yang dapat melemahkan
sistem imun.

Pemberian Vaksin COVID-19 untuk Penderita Kelainan Sistem Imun


Menurut jenis gangguannya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
• Sistem imun yang menyerang diri sendiri (autoimun)
• Sistem imun yang melemah (imunodefisiensi)
• Sistem imun yang terlalu aktif (hipersensitivitas)
.
1. Penyakit Autoimun

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), jenis penyakit
autoimun yang belum bisa menerima vaksin COVID-19 adalah:
• Lupus
• Rheumatoid arthritis
• Sindrom Sjogren
• Multiple sclerosis
• Kolitis ulseratif
• Penyakit Crohn
• Penyakit celiac
• Anemia hemolitik
• Hipertiroid atau hipotiroid karena autoimun
Sebenarnya, melihat pengalaman terdahulu, vaksin influenza berisi virus yang dimatikan (sejenis
dengan vaksin COVID-19 dari Sinovac) terbukti bisa diterima dan bekerja dengan efektif pada
penderita penyakit autoimun.
Namun, perlu diingat bahwa vaksin COVID-19 yang ada sekarang diluncurkan dalam situasi
darurat, sehingga belum ada data yang cukup terkait efektivitas dan keamanan vaksin ini pada
penderita kelainan sistem imun.
Tubuh penderita autoimun, terutama yang menjalani pengobatan dengan imunosupresan,
dikhawatirkan tidak mampu merespons vaksin COVID-19 atau malah justru mengalami respons
imun yang tidak diinginkan.
2. Penyakit imunodefisiensi

Penderita kelainan sistem imun yang melemah (imunodefisiensi) masih bisa


mendapatkan vaksin COVID-19 dan manfaatnya. Namun, perlu diketahui bahwa belum
diterbitkan data yang spesifik mengenai keamanan vaksin pada kelompok ini.
Ada kemungkinan penderita imunodefisiensi perlu mengulang vaksinasi karena
respons imun yang dihasilkan pemberian vaksin terlalu lemah atau tidak cukup.
Oleh karena itu, setiap penderita imunodefisiensi, misalnya orang dengan HIV/AIDS
 atau penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi, perlu berkonsultasi dulu
dengan dokter sebelum menerima vaksin COVID-19.

.
3. Penyakit hipersensitivitas

Orang dengan sistem imun yang terlalu aktif, seperti penderita alergi, asma,
atau rhinitis, akan memberikan respons imun yang berlebihan terhadap suatu
pemicu. Respons imun yang berlebihan ini dapat menimbulkan keluhan yang
mengganggu atau bahkan membahayakan nyawa penderitanya.
Orang yang memiliki pernah mengalami reaksi alergi berat setelah diberikan
suatu vaksin, misalnya vaksin campak atau tetanus, tidak disarankan untuk
menjalani vaksinasi COVID-19.
Namun, penderita alergi yang tidak berhubungan dengan vaksin, misalnya
alergi makanan, alergi obat, atau alergi lateks, masih dinilai layak menerima
vaksin COVID-19. Begitu juga dengan kelainan sistem imun hiperaktif
lainnya, seperti rhinitis alergi dan asma bronkial.
Dari penjelasan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa penderita autoimun
belum boleh mendapatkan vaksin COVID-19, sedangkan penderita
imunodefisiensi atau hipersensitivitas masih bisa menjalani vaksinasi, tetapi
dengan persetujuan dokter.
TERIMA KASIH
How does the bacteria attack?
Mercury is the closest planet to the Sun and the
smallest one in the Solar System—it’s only a bit
larger than the Moon. The planet’s name has
nothing to do with the liquid metal
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution


The body fighters

Mercury Venus Mars


Mercury is the smallest Venus is the second Despite being red, Mars
planet planet from the Sun is a cold place

Earth Saturn Jupiter


Earth is the third Saturn is composed of Jupiter is the biggest in
planet from the Sun hydrogen the Solar System
234,456
A big number always capt your audience’s attention
Infection process
2. Barriers 4. Antibodies
Saturn is composed Neptune is the
mostly of hydrogen farthest planet

1. Bacteria 3. Helper T cells 5. Memory cells


Despite being red, Mars is Venus is the Jupiter is the biggest
cold second from the Sun planet in the System
Infections’ map

Mercury
Mercury is the smallest
planet

Jupiter
Jupiter is the biggest in
the Solar System
Immune factors to consider

Communicate Cause inflammation Strategic decisions

Kill enemies Activate other cells Remember enemies

Standby mode Produce antibodies Mark/disable enemies


Phase 1
Secondary effects
Healthy people Venus has a beautiful name and
it’s the second planet from the
Sun

20 - 80 Participants Sample
Results
Earth is the planet where we
30 - 40 Years old
live and the only one known to
harbor life
Cell example: The macrophage

Cause inflammation

Activate cells
Kill enemies

To modify this graph, click on it,


follow the link, change the data and
paste the resulting graph here
Communicate
236,231
Here you can write some text about this number

8,469
Here you can write some text about this number

1,230
Here you can write some text about this number
Another line of defense

Then the second line of defense arrives, They also stun the bacteria and make them
millions of antibodies render or kill the an easy target connecting to killer cells
intruders in the process
Memory cells

Memory helper T cell Memory B cell

These cells will be prepared to fight. In case the


enemy appears again they will attack it even before
you notice
Conclusions
Mercury is the closest planet to the Sun and the
smallest one in the Solar System—it’s only a bit
larger than the Moon. The planet’s name has
nothing to do with the liquid metal since it was
named after the Roman messenger god, Mercury
Alternative Resources
Photos
● Medium shot woman with mask Premium Photo
● Medium shot woman with mask
● Close-up scientist holding flask
● Medium shot woman wearing goggles

Vectors

Anda mungkin juga menyukai