Anda di halaman 1dari 24

TRIGEMINALGIA

KELOMPOK 11:
ANANG TRI HARYONO (208040AJ)
AHMAD SYARWANI ARIFIYANTO(208050AJ)
DESI SETYO TRI ANGGRAINI (208058AJ)
KRISTIPI DWIRIANAWATI (208069AJ)
MUCHLISH EFFENDY (208097AJ)
UMI HANIK MARDIYANA ( 208086AJ)
ZAIMATUL HAMDIYAH (208093AJ)
DEFINISI
 Neuralgia Trigeminal adalah gangguan yang
terjadi akibat kelainan dari nervus cranialis ke
5 yaitu nervus trigeminal.
 Gangguan dari nervus trigeminal dapat

dirasakan sebagai rasa tajam dan tertusuk


pada pipi, bibir, dagu, hidung, dahi, maupun
gusi pada salah satu sisi wajah (unilateral).
lanjutan
 International Association for the Study of
Pain (IASP) mendefinisikan Trigeminal
neuralgia sebagai nyeri yang tiba-tiba,
biasanya unilateral, tajam, hebat, singkat,
dan berulang yang berdistribusi pada satu
atau lebih cabang dari saraf trigeminal atau
saraf kranial kelima (Zakrzewska, 2014).
ANATOMI
 Nervus Trigeminus merupakan nervus
cranialis ke lima.
 Dibagi menjadi 2 cabang :

a. Cabang besar berfungsi sebagai saraf


sensorik pada wajah.
b. Cabang kecil berfungsi sebagai motorik
untuk mengunyah.
• Cabang besar dibagi menjadi 3 ramus :
ramus opthalmica, ramus maxilla dan
ramus mandibula.
KLASIFIKASI
 Menurut International b. Tipe simptomatik :
Headache Society (IHS) etiologinya bisa karena
Neuralgia Trigeminal dibagi 2 tumor, multiple
tipe : sklerosis/kelainan di basis
a. Tipe idiopatik : semua kasus kranii.
yang etiologinya belum
diketahui. Tipe simptomatik : nyeri
berlangsung terus menerus
Tipe idiopatik : sifat di cabang optalmikus
nyerinya paroxysmal dan /nervus infra orbitalis, nyeri
terasa di wilayah sensorik timbul terus menerus dengan
cabang maksilaris atau puncak nyeri hilang timbul,
mandibularis, durasi muncul nyeri berupa
nyerinya sekitar 30menit, anestesia/hipestesia, tidak
nyeri merupakan gejala ada kecenderungan pria
tunggal dan utama, wanita > /wanita/batas golongan usia.
pria, rentang usia >45th.
ETIOPATOFISIOLOGI
 ETIOLOGI  PATOFISIOLOGI
 Karies gigi a. Mekanisme
 abses central : multiple
 Pencabutan gigi sklerosis
 Sinusitis b. Mekanisme
 Infeksi periodontal perifer : adanya
peregangan/kompresi
nerve V, malformasi
vaskular, tumor
inflamasi nerve V.
Epidemiologi
 Perbandingan Laki-laki dan wanita 2 :3
 Biasanya timbul setelah umur 50 tahun,

jarang terjadi setelah 70 tahun


 Insiden familial sedikit lebih tinggi

dibandingkan insiden sporadik


 Faktor resiko : Umur, ras, kebiasaan

merokok dan minum alkohol


( Manzoni & Torelli, 2005 )
Tanda dan Gejala
 Rasa nyeri berat paroksimal, tajam atau rasa
terbakar yang berlangsung singkat, tiba-
tiba dan berulang.
 Lokasi nyeri di daerah dermatom nervus

Trigeminus dan unilateral


 Pencetus adalah stimulus non noksius,

seperti perabaan ringan, getaran, atau


stimulus mengunyah. Akibatnya pasien
akan mengalami kesulitan atau timbul saat
gosok gigi, makan, menelan, berbicara,
bercukur wajah, tersentuh wajah,
membasuh muka bahkan terhembus angin
dingin.
lanjutan
 Biasanya daerah yang dapat mencetuskan
nyeri (triger area) di wajah bagian depan,
sesisi dengan nyeri pada daerah percabangan
nervus trigeminus yang sama. Bila triger area
di daerah kulit kepala, pasien takut untuk
berkeramas atau bersisir.
 Nyeri pada trigeminal neuralgia dapat
mengalami remisi dalam satu tahun atau
lebih. Pada periode aktif neuralgia,
karakteristik terjadi peningkatan frekuensi
dan beratnya serangan nyeri secara progresif
sesuai dengan berjalannya waktu.
 Menurut Bryce, 2004
Differential diagnosis

1. Temporomandibular joint disorder


Merupakan kelainan yang terjadi pada rahang akibat
dari ketidak sesuaian hubungan antara kondilus dan
disk. Sendi temporomandibular merupakan sendi
sinovial antara kondilus dan fossa pada permukaan
bawah tulang temporal.
2. Cluster headache
Sakit kepala yang biasanya terjadi pada bagian
temporal atau periorbital yang terjadi selama 15 –
180 menit dan disertai dengan gejala otonom pada
hidung, mata dan wajah.
3. Trigeminal neuropatic pain
tipe rasa nyeri yang persisten dan terbatas pada
mulut dan wajah yang dipersarafi oleh N. Trigeminal.
Gejalanya memburuk karena adanya sentuhan atau
ketika membersihkan wajah dan menyikat gigi.
Anamnesis
 Didiagnosis melalui anamnesis dan pemeriksaan
neurologis terhadap nervus trigeminus. Pada saat ini
belum ada test yang dapat diandalkan dalam
mendiagnosa trigeminal neuralgia. Diagnosa
neuralalgia trigeminal dibuat berdasarkan anamnesa
pasien secara teliti dan pemeriksaan fisik yang cermat.
 Lokasi nyeri

 Kapan mulai nyeri

 Menentukan interval bebas nyeri

 Respon terhadap pengobatan

 Menanyakan apakah ada riwayat penyakit lain atau

tidak
Diagnosis
Menurut International Headache Society kriteria diagnosis
trigeminal neuralgia sbb :
 Serangan-serangan paroxymal pada wajah, nyeri di
frontal yang berlangsung beberapa detik atau menit.
 Menyebar sepanjang satu atau lebih cabang trigeminal
neuralgia tersering pada cabang mandibularis atau
maksilaris.
 Onset dan terminasinya terjadi tiba-tiba, kuat, tajam dan
membakar
 Intensitas nyeri hebat, biasanya unilateral, lebih sering
disisi kanan
 Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktivitas
sehari seperti makan.
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik
a. Sensibilitas nyeri
b. Reflek kornea dan sensibilitas
c. Membuka mulut dan deviasi dagu untuk
menilai fungsi otot messeter (otot mengunyah)
dan fungsi otot pterygoideus.
d. Didapatkan gangguan sensibilitas pada
daerah wajah
lanjutan
2.Pemeriksaan penunjang :
Bertujuan untuk membedakan trigeminal neuralgia
yang idiopatik atau simptomatik
 CT Scan kepala untuk melihat keberadaan tumor

dan aneurisma
 MRI untuk melihat adanya Sklerosis Multiple,

sering digunakan sebelum pembedahan untuk


melihat kelainan pembuluh darah
 MRTA (high-definition MRI angiography) pada

trigeminal neuralgia dan brainstem dapat


menunjukan daerah nervus yang tertekan vena
atau arteri (Bryce, 2004)
Penatalaksanaan

1.Terapi Obat
The American Academy of Neurology and The
European Federation of Neurological Societies
merekomendasikan untuk pemakaian
karbamazepin sebagai gold standard dan
second line therapy dengan Baclofen yang
merupakan obat golongan muscle relaxant.
Dalam kasus darurat, infus fosphenytoin,
seperti suntikan lidokain secara lokal ke titik
pemicu juga dapat bermanfaat.
2. Terapi bedah
Didasarkan pada asumsi penyebabnya asalnya adalah
perifer, seperti kerusakan saraf trigeminal di
pembuluh darah, oleh tumor atau lesi inflamasi.
Pembedahan harus dipertimbangkan sebagai
pengobatan pilihan jika tidak didapat hasil yang
memuaskan dengan terapi medis atau jika terapi
medis menghasilkan penurunan pada aktivitas
sehari-hari.
• Dengan terapi radiofrekuensi yang dilakukan
dengan tehnik perkutan.
• operasi gamma knife, sinar radiasi terfokus
dilewatkan pada akar trigeminal di fossa posterior
Untuk pasien yang tidak layak dilakukan open
surgery. (James, 2016)
3. FISIOTERAPI
 Modalitas

a. IR
b. TENS

 Latihan
a. Massage wajah
b. Senam wajah
 Daftar pustaka
 International Association for the Study of Pain, 2013, Global Year
Against Orofacial Pain, hal. 01-04
 James L., Nagaraj T., Irugu K., et al, Dual findings: A clinically
symptomatic case of trigeminal neuralgia with incidental
radiographic finding of elongated styloid process: A rare case report
and review of literature, Journal of Medicine, Radiology, Pathology &
Surgery, 2016, 3: 25-30.
 Zakrzewska JM, Padfield D. The Patient’s Journey Through Trigeminal
Neuralgia. IASP 2014; 22(1): 1-5.
 Siddiqui, Meraj N, et al. Pain Management : Trigeminal Neuralgia.
Hospital Physician : 2003
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai