Maghfira Nur ‘Is Hakiki (180105060) Meliyana(180105063) Nofnain Nurino Pandah (180105071) Pariyem (180105078) Syarief Ahmad Khorurroji (180105096)
ETIOLOGI 1. Diabetes Melitus Pada penderita diabetes mellitus pangaturan sistem kadar gula darar terganggu, insulin tidak cukup mengatasi dan akibatnya kadar gula dalam darah bertambah tinggi. peningkatan kadar glukosa darah akan menyumbat seluruh sistem energi dan tubuh berusaha kuat mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula dikeluarkan didalam air kemih ketika makan makanan yang banyak kadar gulanya. Peningkatan kadar gula dalam darah sangat cepat pula karena insulin tidak mencukupi jika ini terjadi maka terjadilah diabetes mellitus. Penyebab diabetes melitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter memiliki peran penting. (Tjokroprawiro, 2006 ). 2. Cluster Headache Etiologi dan mekanisme patofisiologi cluster headache tidak sepenuhnya dipahami. Sama seperti migrain, nyeri kepala serangan cluster diperkirakan melibatkan aktivitas saraf trigeminovaskular yang melepaskan neuropeptida vasoaktif dan mengakibatkan inflamasi neurogenik steril. Adanya ciri khas lokasi nyeri kepala adalah implikasi sinus kavernosa sebagai tempat proses inflamasi. Triger serangan cluster headache menyebabkan sistem trigeminovaskular mengeluarkan mediator- mediator yang mengakibatkan rasa nyeri. Walau demikian mekanisme yang mengaktivasi sistem trigeminovaskular masih belum dipahami. Periodisitas dan regularitas serangan bisa merupakan implikasi disfungsi hipotalamik dan menyebabkan perubahan ritem sirkadian pada patogenesis cluster headache (May A., 2005) 3. Haemoptoe Ada banyak masalah potensial yang menjadi penyebab hemoptisis. Berikut adalah etiologi hemoptisis berdasarkan frekuensinya: a. Sangat sering (> 5%) : Bronkitis (akut atau kronis) merupakan penyebab utama tersering dari hemoptisis, biasanya tidak mengancam jiwa (Pneumonia dan Tuberkulosis); b. Sering (1 sampai 4%) : Bronkiektasis, Kanker paru atau tumor paru non-maligna terutama karsinoma bronkus, Emboli paru, Hemoptisis palsu (mimisan, penyakit mulut, hematemesis). Perdarahan hidung yang berat atau muntahan darah dari lambung dapat menyebabkan masuknya darah ke trakea. Darah kemudian dibatukkan dan muncul sebagai hemoptisis; c. Jarang (< 1%) : Gagal jantung kongestif terutama karena stenosis mitral, arteriovenosus pulmonary malformation, penggunaan antikoagulan, kondisi inflamasi atau autoimun (Lupus, Wegener’s granulomatosis, microscopic polyangitis, 6 Churg-Strauss syndrome), Trauma seperti pada luka tembakan atau kecelakaan (Bidwell JL, Pachner RW, 2005; Web MD, 2013). 4. Susp. TB Agen infeksius utama, M. tuberculosis adalah batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar matahari. M. bovis dan M. avium adalah kejadian yang jarang yang berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberkulosis (Wijaya & Putri, 2013). M. tuberculosistermasuk famili Mycobacteriaceace yang mempunyai berbagai genus, salah satunya adalah Mycobaterium dan salah satu speciesnya adalah M. tuberculosis. Bakteri ini berbahaya bagi manusia dan mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam. Bakteri ini memerlukan waktu untuk mitosis 12 – 24 jam. M. tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari dan sinar ultraviolet sehingga dalam beberapa menit akan mati. Bakteri ini juga rentan terhadap panas – basah sehingga dalam waktu 2 menit yang berada dalam lingkungan basah sudah mati bila terkena air bersuhu 1000 C. Bakteri ini juga akan mati dalam beberapa menit bila terkena alkhohol 70% atau Lysol 5% (Danusantoso, 2012). MANIFESTASI KLINIK 1. Diabetes Melitus Tanda dan gejala diabetes melitus menurut Smeltzer et al, (2013) dan Kowalak (2011), yaitu : a. Poliuria (air kencing keluar banyak) dan polydipsia (rasa haus yang berlebih) yang disebabkan karena osmolalitas serum yang tinggi akibat kadar glukosa serum yang meningkat. b. Anoreksia dan polifagia (rasa lapar yang berlebih) yang terjadi karena glukosuria yang menyebabkan keseimbangan kalori negatif. c. Keletihan (rasa cepat lelah) dan kelemahan yang disebabkan penggunaan glukosa oleh sel menurun. d. Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal pada kulit. e. Sakit kepala, mengantuk, dan gangguan pada aktifitas disebabkan oleh kadar glukosa intrasel yang rendah. f. Kram pada otot, iritabilitas, serta emosi yang labil akibat ketidakseimbangan elektrolit. g. Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur yang disebabkan karusakan jaringan syaraf. h. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen yang disebabkan karena neuropati otonom yang menimbulkan konstipasi. i. Mual, diare, dan konstipasi yang disebabkan karena dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit serta neuropati otonom. 2. Cluster Headache Masa serangan terjadi berkelompok-kelompok selama 2 minggu sampai 3 bulan pada sebagian besra pasien, diikuti interval bebas nyeri yang panjang. Periode remisi kira-kira 2 tahun tetapi terapi waktu yang pernah dilaporkan antara 2 bulan sampai 20 tahun. Sekitar 10% pasien memiliki gejala-gejala kronis tanpa periode remisi. Serangan cluster headache terjadi pada malam hari pada lebih dari 50% pasien. Serangan terjadi secara mendadak, dan mencapai puncak dengan sangat cepat yang berlangsung selama 15-180 menit. Aura tidak terdapat pada cluster headache. Nyeri yang terjadi sangat menyakitkan dan menusuk akan tetapi tidak berdenyut dan sering terjadi unilateral pada orbita, supraorbital, dan temporal. Nyeri kepala ini berhubungan sistem otonom konsisten dengan peresis sistem simpati dan parasimpatik yang overdrive. Pola ini diketahui dari sisi nyeri dan termasuk injeksi konjungtiva, lakrimasi, dan hidung tersumbat atau rinorhea. Selama periode sakit, serangan yang terjadi bisa sekali sehari sampai delapan kali sehari. Jika pasien migrain berusaha mencari tempat yang sunyi dan gelap, pasien cluster headache umumnya bergerak kesana kemari saat serangan terjadi dan dapat membenturkan kepala mereka ke benda-benda untuk menghilangkan rasa sakit. Pasien pria biasanya memiliki riwayat perokok berat dan peminum alkohol. Kriteria diagnostik untuk cluster headache terdapat pada sistem klasifikasi IHS (May A., 2005) HAEMOPTOE 1 Prodomal Darah yang dibatukkan dengan rasa panas ditenggorokan
2 Onset Darah yang dibatukkan, dapat disertai dengan muntah
memastikan bahwa pendarahan tersebut memang berasal dari saluran pernafasan bawah dan bukan berasal dari nasofaring atau gastrointestinal. Dengan kata lain bahwa penderita tersebut benar benar batuk darah dan bukan muntah darah. pada tabel 2 menjelaskan perbedaan antara batuk darah dan muntah darah. Tabel tersebut mempermudah untuk menegakkan diagnosis hemoptisis (Amirullah R, 2004). SUSP. TB 1. Demam 3. Sesak nafas Suhu tubuh bisa mencapai 40 – 41 0 C, Pada penyakit ringan belum dirasakan serangan demam hilang dan timbul. sesak nafas namun akan ditemukan pada Keadaan ini sangat mempengaruhi daya penyakit lebih lanjut yaitu pada tahan tubuh sehingga banyak kuman TB infiltrasinya sudah meliputi setengah paru. yang masuk ke dalam tubuh. 4. Nyeri dada 2. Batuk/ batuk darah Nyeri dada ini timbul karena infiltrasi Batuk terjadi sebab ada iritasi pada radang sudah sampai ke pleura hingga bronkus. Batuk ini diperlukan untuk menyebabkan pleuritis. Terjadi gesekan membuang produk- produk radang. Batuk antara dua pleura saat inspirasi atau baru ada setelah terjadi peradangan paru – aspirasi. paru setelah batuk berminggu- minggu. 5. Malaise Sifat batuk dimulai dari batuk kering lalu Gejala ini sering ditemukan berupa timbul peradangan hingga produktif anoretsia, berat badan menurun, sakit ( menghasilkan sputum). Keadaan lanjut kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam yang terjadi adalah batuk darah karena pada malam hari. Gejala malaise semakin pembuluh darah pecah pada kalvitas dan lama semakin berat dan terjadi hilang ulkus dinding bronkus. timbul tidak teratur (Humaira, 2013). PATOFISIOLOFI 1. Diabetes Melitus CLUSTER HEADACHE HAEMOPTOE SUSP. TB B.DATA PEMERIKSAAN LABORATORIUM B. MASALAH KLINIK & DRUG RELATED PROBLEM TERIMAKASIH