Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
• Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa, dan pada
pada saat yang sama, kebutuhan ini dapat pula dipuaskan sumber lain
selain media massa.
• Misalnya, ketika kita ingin mencari kesenangan, maka media massa
dapat memberikan hiburan; ketika kita mengalami goncangan batin,
maka media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari
kenyataan; ketika kita kesepian, maka media massa berfungsi sebagai
sahabat.
II. Motif Kognitif Gratifikasi Media
Motif Kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan
kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu.
1. Teori Konsistensi
Teori ini memandang manusia sebagai mahluk yang dihadapkan pada
berbagai konflik. Konflik ini mungkin terjadi di antara beberapa
kepercayaan yang dimilikinya, misalnya di antara kepercayaan “merokok
itu merusak kepercayaan” dan “merokok itu membantu proses berpikir”.
atau konflik di antara beberapa hubungan sosial, misalnya “saya
menyukai rini”; rini membenci iwan”; sedangkan “saya menyukai iwan”,
konflik di antara pengalaman masa lalu dan masa kini.
Lanjutan …
• Komunikasi massa mempunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang
menggoncangkan kestabilan psikologis individu tetapi pada saat yang sama,
karena individu mempunyai kebebasan untuk memilih isi media, media
massa memberikan banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan akan
konsisitensi.
• Media massa juga menyajikan berbagai rasionalisasi, justifikasi, atau
pemecahan persoalan yang efektif.
• Komunikasi massa kadangkala lebih efektif daripada komunikasi
interpersonal, karena melalui media massa orang menyelesaikan persolan
tanpa terhambat gangguan seperti yang terjadi dalam situasi komunikasi
interpersonal.
2. Teori Atribusi menyatakan, dalam kaitannya dengan komunikasi massa,
media massa memberikan validasi atau pembenaran pada teori dengan
menyajikan realitas yang disimplikasikan, dan didasarkan pada stereotype.
Media massa seringkali menyajikan kisah-kisah (fiktif atau faktual) yang
menunjukkan bahwa yang jahat selalu kalah dan kebenaran selalu menang.
Berbagai kelompok yang mempunyai keyakinan yang menyimpang dari
norma yang luas dianut oleh masyarakat akan memperoleh validasi dengan
membaca majalah atau buku dari kelompoknya, misalnya, orang-orang
lesbian atau homoseks yakin bahwa perilakunya bukanlah menyimpang,
karena mereka membaca buku dan majalah yang mendukungnya.
3. Teori Kategorisasi, Teori ini memandang manusia sebagai mahluk yang selalu
mengelompokkan pengalamannya dalam kategorisasi yang sudah dipersiapkannya untuk
setiap peristiwa sudah disediakan tempat dalam pra-konsepsi yang dimilikinya. Dengan
cara itu, individu menyederhanakan pengalaman, tetapi juga membantu mengkoding
pengalaman dengan cepat.
Menurut teori ini, orang memperoleh kepuasan apabila sanggup memasukkan pengalaman
dalam kategori-kategori yang sudah dimilikinya, dan menjadi kecewa bila pengalaman itu
tidak cocok dengan pra-konsepsinya. Dkaitkan dengan komunikasi massa, pandangan ini
menunjukkan bahwa isi media massa, yang disusun berdasarkan alur-alur cerita yang
tertentu, dengan mudah diasimilasikan pada kategori-kategori yang ada.
4. Teori Objektifikasi
Teori memandang manusia sebagai mahluk yang pasif, yang tidak berpikir,
yang selalu mengandalkan petunjuk-petunjuk eksternal untuk merumuskan
konsep-konsep tertentu. Teori ini menunjukkan bahwa kita mengambil
kesimpulan tentang diri kita dari perilaku yang tampak.
Teori objektifikasi menunjukkan bahwa terpaan isi media dapat memberikan
petunjuk kepada individu untuk menafsirkan atau mengidentifikasi kondisi
perasaan yang tidak jelas, untuk mengatribusikan perasaan-perasaan negatif
pada faktor-faktor eksternal, atau untuk memberikan kriteria pembanding yang
ekstrem untuk perilakunya yang kurang baik.
Lanjutan …
5. Teori Otonomi
Teori ini memandang manusia sebagai mahluk yang berusaha meng-
aktualisasi-kan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian
yang otonom, dalam kaitannya dengan komunikasi massa, media
massa tampaknya sedikit sekali memuaskan kebutuhan humanistik
ini. Acara televisi atau isi surat kabar tidak banyak membantu
khalayak untuk menjadi orang yang mampu mengendalikan
nasibnya.
Lanjutan …
6. Teori Stimulasi
Teori ini memandang manusia sebagai mahluk yang “lapar stimuli”,
yang senantiasa mencari pengalaman-pengalaman yang baru, yang
selalu berusaha memperoleh hal-hal yang memperkaya
pemikirannya.
Dalam hubungannya dengan komuniksi massa, media massa seperti
TV, Radio, Film, dan Surat Kabar mengantarkan orang pada dunia
yang tidak terhingga, baik lewat kisah-kisah yang fantastis maupun
yang aktual.
III. Motif Afektif Gratifikasi Media
1. Teori Reduksi Ketegangan
Teori memandang manusia seabgai sistem tegangan yang
memperoleh kepuasan pada pengurang ketegangan. Tegangan
emosional karena marah berkurang setelah kita mengungkapkan
kemarahan itu, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ungkapan perasaan dipandang dapat berfungsi sebagai katarsis
atau pelepas ketegangan.
Lanjutan …
• Efek Media pada manusia semakin besar, saat televisi komersial hadir
di tengah masyarakat pada tahun 1935. dimana sejarah awal studi
tentang efek, lebih difokuskan pada segi sikap dan perilaku.
• Maka Efek media terbagi dalam tiga periode, yaitu :
a) Periode 1930-1950, dikenal sebagai efek tak terbatas atau unlimited
b) Periode 1950-1970, dikenal sebagai efek terbatas atau limited effec
c) Periode 1970-1980an, dikenal sebagai efek moderat atau not so limited
a). Periode 1930-1950, dikenal sebagai Efek Tak Terbatas atau unlimited
Pada periode tersebut, dunia tengah diguncang Perang Dunia Pertama dan Perang
Dunia Kedua. Di masa itu, media dianggap memiliki efek tidak terbatas, karena
memiliki efek yang besar ketika menerpa masyarakat. Periode ini juga dikenal
dengan Periode Teori Masyarakat Massa.
Teori yang menjelaskan efek tersebut adalah Teori Stimulus Respons (S-R Theory).
Teori tersebut juga dikenal dengan Teori Peluru (Bullet Theory) dan Jarum
Hipodermik (Hypodermic Needle Theory).
Menurut teori tersebut, bahwa kegiatan mengirimkan pesan, sama halnya dengan
menyuntikkan obat yang bisa langsung masuk ke dalam jiwa penerima pesan,
sebagaimana peluru yang memiliki kekuatan besar dan luar biasa, apabila
ditembakkan, maka sasaran tidak akan bisa menghindar.
Lanjutan …
• Catatan.
Meski dinilai memberikan efek yang sederhana, adakalanya, pesan yang
diterima komunikan tidaklah sama, akibatnya respons yang diberikan pun
ditunjukkan berbeda, antara komunikan yang satu dan komunikan lainnya.
Untuk itu, pesan yang disampaikan harus dilakukan secara berulang-ulang,
agar dimengerti oleh komunikan selain itu, pesan yang disampaikan
haruslah ditujukan pada komunikan yang dijadikan target sasaran
informasi.
b). Periode 1950-1970, dikenal sebagai Efek Terbatas Atau Limited Effect
Pada periode ini, media massa sudah tidak memiliki kekuatan lagi,
sebagaimana periode teori masyarakat massa atau periode efek tidak
terbatas, karena setelah berakhirnya perang, masyarakat tidak mudah
dipengaruhi oleh isi pesan media massa. Teori yang mendukung terjadinya
perubahan efek media pada masyarakat pada saat itu adalah Teori Perubahan
Sikap atau Attitude Change Theory, yang dikenalkan oleh Carl Iver
Hovland, pada awal tahun 1950-an.
Juga dikuatkan oleh Teori Penguatan atau Reinforcement Theory dari Joseph
T. Klapper, yang muncul pada tahun 1960-an.
Lanjutan …