Anda di halaman 1dari 39

EKONOMI LINGKUNGAN-1

Oleh H. Fachrurrozie Sjarkowi, Ph.D


EKONOMI SUMBERDAYA ALAMI DAN
LINGKUNGAN; KONSEPSI PENDAHULUAN !

• A. LINGKUP
PENGERTIAN DAN
SASARAN KAJI esdal.
** Makna Utama
** Ciri Utama
** Sasaran Utama
** Solusi Utama
Arus Belanja dan Pendapatan
dalam Ekonomi Terbuka
Arus Belanja dan Pendapatan dalam Perekonomian
Tertutup Menurut Paradigma Ekonomi
Sumberdaya Alami

Dinamika Keseimbangan
Lingkungan
Lingkungan
Alam
Binaan

Dinamika Keserasian

SDA
Ektrsksi
SDB

P P
o o
l l
u Pelepasan Barang & Jasa
u
s s
i Pembayaran Barang & Jasa
i

Rumah Pajak Subsidi Perusahaan


Pemerintah
Tangga
Gaji Pajak

Pelepasan Faktor Produksi


Investasi
Pembayaran Faktor Produksi

Tabu- Lembaga Penanam


Keuangan Pendanaan Modal
ngan

(F. Sjarkowi, 1999).


L. Sosial
Sdm

Sda L. Alami

L. Binaan

Sdb

Hubungan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup


Pola Pengelompokan Sumberdaya Alami

Sang
Surya

Bumi

Mineral, Vegetasi Tenaga surya


logam, dan Tenaga angin
air Hewan Tenaga air

(jutaan th lalu) (sekarang)


Batubara Tanaman, ikan,
Migas hutan

Stok sumberdaya Stok sumberdaya


alam teludesi alam terbarukan

Sumberdaya Sumberdaya
(energi) (energi)
Tak-terbarukan Terbarukan

(1) Untuk Sumberdaya Tak-terbarukan:


Manfaatkan sumberdaya teludesi dengan tingkat ekstraksi (laju penggalian) yang memaksimumkan nilai-kini manfaat bersih yang
dapat dinikmati ma­syarakat dari generasi ke generasi selama hal itu memungkinkan, sesuai dengan kaedah “laju
ekstraksi” (re) . (rts) laju transformasi ke subtitutnya.
(2) Untuk Sumberdaya Terbarukan:
Dengan memperhatikan daya tumbuh atau daya pulih sumberdaya, serta mengingat hubungan negatif antara konsumsi dan stok,
maka kelola sumber­daya itu sehingga hasil panen maksimum dan berkesinambungan, sesuai kaedah laju eksploitasi
(re) < (rp) laju pemulihan populasi (regenerasi).
• Ilmu Ekonomi Sumberdaya (alami) adalah
ilmu sosio-eknomi mikro yang membahas
konsep-konsep analitik tentang
penaksiran nilai, penyerpihan serta
pengelolaan sumberdaya alam-teludesi
(exhaustible resources), sumberdaya
alam-hayati (biological resources),
sumberdaya alam-maliri (flow resour-ces)
dan sumberdaya alam-segari (amenity
resources).
PENGGOLONGAN SUMBERDAYA
Jenis Sumberdaya Contoh Bentuk Nyata
A. A. Sumberdaya Alami (Natural
Resources)
1. Sumberdaya alam-teludesi (exhaustible  Mineral Patra (Batubara, minyak bumi) dan Non-Patra
resources) (emas, kaolin).
2. Sumberdaya alam-hayati (biological  Fauna & Flora Daratan maupun Perairan.
resources)
3. Sumberdaya alam-maliri (flow  Ombak laut, sinar matahari, angin, air terjun penghasil
resources) energi listrik, arus air sungai.
4. Sumberdaya alam-segari (amenity  Pemandangan indah, air terjun tempat rekreasi, badak
resources) bercula satu yang tersisa.
A. B. Sumberdaya Insani (Human  Warga terampil yang bertransmigrasi, warga angkatan
Resource) kerja, pencari kerja yang siap latih.
B. C. Sumberdaya Buatan (Man-made  Sekam padi, benih padi IR-100, tumpukan sampah
Resource) anorganik yang siap didaur ulang.

Catatan:
* Dari sumberdaya alami jenis A(1), A(2), A(3) manusia memperoleh manfaat kebendaan, sebaliknya dari sumberdaya
alami jenis A(4) manusia menikmati kenyamanan (kesegaran, keindahan, kesejukan, dan kedamaian) baik secara l
langsung menikmatinya maupun tidak langsung memanfaatkannya lewat daya asimilasi (assimilative-capacity atau
daya serap-urai) sumberdaya segari atas limbah cair, limbah padat, gas buang, dan panas sisa dari kegiatan
manusia.
* Sumberdaya jenis A(1) tergolong sumberdaya tak-terbarukan (non-renewable resources), sedangkan jenis A(2)
termasuk kelompok sumberdaya terbarukan (renewable resources).
* Perhatikan perbedaan klasifikasi sumberdaya di atas terhadap klasifikasi sumberdaya yang dikenal dalam disiplin
ilmu lainnya (Gambar 3).
* Demikian istilah sumberdaya akan sering digunakan dalam uraian selanjutnya dengan makna sumberdaya alami
Upaya penyelesaian konflik lingkungan

Langkah valuasi menurut EKO-


SDAL diperlukan untuk solusi ala
Coase
(Luar Peradilan)

Upaya penyelesaian
Konflik lingkungan

Langkah valuasi EKO-SDAL juga


perlu untuk solusi hukum formal
(Via Peradilan)
KONSEP TRANSFORMASI SDA
Daur Materi dan Energi serta Peran Manusia
Berdampak Lingkungan
Variabel Kependudukan

Rumahtangga

Upah,
Tabungan Pajak
rente, deviden

Investasi Pemerintah

Sumberdaya Produksi Permintaan

Daur-Ulang Limbah Buangan

Udara
Lingkungan
Hidup Air Keterangan:
Arus materi & energi
Tanah Arus uang
Arus pengaruh
Matriks ISEPSA Interaksi Sosial-Ekologis
Pemanfaatan Sumberdaya Alami
(F. Sjarkowi, 1996)
KM KM- KMo KM+
PA

PA- S1 S2 S3
“sialan” “sia-sia” “siasat”

PAo S4 S5 S6
“skeptis” “statis” “strategis”

PA+ S7 S8 S9
“sukarela” “sukaria” “suka idaman”

Keterangan:
KM = Kemakmuran masyarakat
PA = Pelestarian alam

Kotak berbayang mengindikasikan adanya kearifan lokal


PARADIGMA EKONOMI SDA-L
• Nilai Ekonomi Penuh (bukan
nilai parsial) Suatu Ekosistem
dapat Dihitung & Seyogianya
Jadi Acuan Pembangunan
Berwawasan Lingkungan.
• Nilai Ekonomi Pembangunan
Berwawasan Lingkungan
Berkelanjutan Terukur dari
SBCA sejalan dengan Prinsip
Pareto Optimal.
• Nilai Optimal Suatu Kegiatan
Kelola Lingkungan Dicapai
pada Tingkat Biaya Sosial
Terkecil
Aneka Pasal Nilai Penuh Manfaat Suatu
Ekosistem Hutan
Nilai Pakai Nilai Nir-Pakai

Nilai Langsung Nilai Tak Nilai Opsi N. Kewarisan N. Kebe-


Langsung radaan

- Ikan - Penyangga - Kegunaan - Biodever- - Spesies


- Pertanian nutrisi potensial sitas tertentu
- Kayu bakar - Kendali Banjir masa depan - Kultur dan yang
- Rekreasi objek wisata - Lindung badai (baik secara tata nilai tersisa,
- Transportasi - Sumber air langsung alamiah yang
- Energi gambut tanah maupun tidak yang ada hampir
- Hewan buruan - Pendukung langsung) pada mas- dan amat
ekosistem lain - Nilai masa yarakat dikhawati
- Stabilisator depan info- (kearifan rkan
iklim mikro & masi lokal) punah
garis pantai
Kriteria Aman Pareto
(Pareto Criteria)

y
 c KTG
a UR

a x

UZ

a
Kurva Kemanfaatan Marjinal Sosial Keterangan Gambar 3.2.:
KMS dari suatu sumberdaya
dan Kurva Biaya Marjinal alami (semisal ekosistem di
Sosial Dikaitkan suatu propinsi) tinggi
nilainya ketika sumberdaya
Rp. dengan Potensi Kerusuhan Sosial. masih berlimpah. Suasana
itu dibarengi BMS yang
negatif, artinya kalau ada
BMS upaya suatu pihak untuk
memanfaatkan sebagian
SDA itu justru akan
KMS menguntungkan masyarakat
(misalnya karena
mengurangi gangguan babi,
harimau, dll).
Akan tetapi ketika SDA telah
0 semakin banyak
dimanfaatkan oleh pelaku
pendatang (pengusaha atau
perorangan) BMS pun akan
BMS < 0 melewati titik kritis dan
mulai meresahkan. Pada
saat itulah tuntutan warga
setempat terjadi, misalnya
untuk mendapat ganti rugi
BMS BMS BMS lebih besar dari pada
diwaspadai kritis keos kesepakatan semula
dulunya. Jika pemanfaatan
SDA terus kurang terkendali
maka situasi keos bisa
terjadi beupa kerusuhan
social sebagaimana telah
terjadi di beberapa tempat.
Konsepsi Biaya dan Kadar Pencemaran.

Kurva Biaya
Sosial (KBS)
Biaya

Kurva Kerugian
Akibat Polusi (KKAP)

Kurva Biaya
Penanggulangan
Polusi (KBPP)

BPL Kadar pencemaran


TIGA ANCAMAN INDUSTRI TERHADAP
Proses di tingkat MEDIA AIR, UDARA DAN TANAH
Company EMISI
(Gas
P1 P2 Pn Prod buang)
uk
Baha
D P T
n/ atau atau Keterangan:
U U U DU : Daur Ulang EFFLUENT
input PU : Pakai Ulang (Air
TU : Temu Ulang Limbah)
L1 L2 Ln P : Proses
L : Limbah Awal
l : Limbah Akhir
SOLID WASTE BADAN
(Sampah Padat)
l1 l2 ln Limb AIR SUNGAI
ah

EMISI
Sistem (Gas
Pengol EFFLUEN
buang) T (Air
Dengan Tapis Ulang ahan
Limbah)
Limba
(Recuporatioen)
h
menunjang usaha produksi
baru sampingan
IPAL
SOLID WASTE
(Sampah Padat) (Instalasi
MEDIA
Pengolahan
LINGKUNGAN Air Limbah)
Data Hipotetik Biaya Pengendalian dan Akibat
Pencemaran Badan Air Sungai.
Biaya Kendali Biaya Derita Biaya Kerugian
Pencemaran Konsumen Sosial
(x Rp 1.000.000) (x Rp 1.000.000) (x Rp1.000.000)
100 0 100
85 10 95
75 15 90
60 20 80
50 25 75
45 35 80
35 50 85
25 65 90
10 85 95
0 100 100
Skema 1. Kisi-kisi Perencanaan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
dan Berkelanjutan (PBL-B).
Isyarat Makro:
Ciri Keberlanjutan SDP (tata-ruang)
Ekologis Utk suatu daerah CDP (tata-komunitas)
Ekonomi secara BDP (tata-bisnis)
Budaya progmatis dpt TDP (tata-budaya)
Sospol dipakai 5- LDP (tata-hukum)
Hankamnas Patokan

Anti Kerusakan Kaji Nilai-penuh


Isyarat Mikro: Ecosyst; E-NPV;E-
Lingkungan
Stabilitas Anti Pencemar-an IRR;E-BCR
Tapak &Prog- Lingkngan Kaji Amdal lengkap
sesuai prosedur
Pmb
berlaku
Berantas Pencemaran yg relevan-
Pareto & 4R
Produktivitas
Internalisasi biaya cemar & Atasi
Tpk&Progm- Kegagalan pasar
Pemb.
3-Siasat
PERENCANAAN Save it (amankan dulu)
Study it (kaji dulu)
PROGRAM Use it (daya-gunakan)
PEMBANGUNAN 9-Arahan
Pedulikan setiap komunitas lingk.
BERWAWASAN Sustenabilitas Pertinggi mutu kehidupan kemanusiaan
LINGKUNGAN Tpk&Progm- Pertahankan setiap kekhasan & keanekaan yang ada
dibumi
BERKELANJUTAN Pmb Perkecil pemakaian SDA yang tak terbarukan
Perhatikan utk tdk melampaui daya dukung lingkungan
(PBL-B) Perbaiki sikap & kinerja pribadi ke arah efisien (langkah-
arif & perilaku-bijak)
Perbesar kecintaan masy. thd lingk. hidup mereka
Polakan rancangan pembangunan lestari lingkungan
Pentingkan pembinaan hubungan kepedulian Internasional

Ekuitabilitas
Optimum-Pareto (mutlak sama-maju &
Tpk&Progm- sama-senang)
Pemb. Aman-Pareto (relatif sama-maju tapi
semua-senang)

Strategi Perncn:
Top-down vs Bottom-up (karena eko-moneter vs eko-kontroler))
Regional vs Sektoral (karena potensial faktor vs potensi eksekutor)
Holistik terpadu vs Proy-parsial (karena ekosistem vs ekonomik)
Strategis vs Problematik (karena visioner vs revolusioner)
F. Sjarkowi, 2005 Nasional vs Daerah (karena NKRI vs Otonomi)
• 1.1. Ciri Sumberdaya Tak-BerHPK
• 1.2. Ciri Sumberdaya alami rawan eksternalitas
Isu ini timbul ketika ada pengusaha hanya mengambil manfaat
suatu sum­berdaya alami (misalnya sumberdaya perairan sungai)
tanpa mempertimbangkan pengaruhnya berupa perubahan mutu
dan fungsi air sehingga masyarakat diru­gikan akibat adanya
kegiatan usaha itu. Persoalan eksternalitas ini sebenarnya ter­kait
dengan sumberdaya yang tak ber-HPK tadi. Contoh sumberdaya
alami rawan eksternalitas adalah unsur sumberdaya alami
sampingan yang melekat pada sumberdaya alam-hayati utama.
• 1.3. Ciri Sunberdaya Alami Tak-Gampang Pulih
Badak bercula satu yang terdapat di Ujung Kulon (Banten) atau yang bercula dua di
Kerinci dan dalam hal flora di­misalkan hutan kayu onglen di sumatera adalah contoh
menarik untuk dikemukakan. Sudah tentu nilai-penuh sumberdaya alami Badak atau
ekosistem hutan onglen itu tidaklah dapat disetarakan dengan tingkat harga transaksi
yang mungkin terjadi di pasar
(1.4. Ciri Sumberdaya Berpasar Tak-Bersaing Sempurna
Struktur Pasar Bersaing Sempurna dan Struktur Pasar Monopoli
HAK PEMILIKAN KUKUH
• Hak Pemilikan Kukuh (HPK) atas suatu benda,
secara teoritis memiliki 4 unsur, yakni sebagai
berikut;
• a) Jelas diskripsi obyeknya.
• b) Bebas pemiliknya memindah-tangankan
obyek itu.
• c) Lugas peran pemilik obyek itu, tak-terganggu
orang lain.
• d) Tegas peranan hukum dalam menegakkan
hak pemiliknya.
4 Isyarat Hak Pemilikan yang Kukuh secara konsepsional
(Alan Randall, 1987)

(1) Jelas diskripsi objeknya; Terurai jelas macam dan batasan objeknya, termasuk
mengenai ketentuan dan uraian sangsi bagi yang merobah diskripsi itu.
(2) Bebas peran pemiliknya; Terkucilkan pemanfaatannya bagi si pemilik sendiri,
sehingga tidak mengganggu maupun terganggu oleh yang bukan pemegang hak.
Apapun konsekuensi biaya dan manfaat yang muncul atas pemilikan itu sepenuhnya
terpulang kepada si pemilik dan pihak lain boleh mendapat bagian untuk
memanfaatkan bilamana konsekuensi biaya itu telah berpindah kepadanya sebagian
dari pemilik semula. (Ini sifat terbagikan (divisible) suatu SDA.
(3) Lugas pemindah-tanganan hak oleh pemiliknya; Pindah-tangan hak atas objek
atau benda itu dapat saja dilakukan pemiliknya, sehingga melalui jual beli benda itu
cenderung berada di tangan pemilik yang memberikan nilai tertinggi atasnya, dan (ini
sifat terpisahkan, dijelaskan di bawah).
(4) Tegas peran hukum kepemilikannya; Terkukuhkan pemilikan atas objek itu oleh
tegaknya hukum.

Keempat syarat ini harus secara simultan (sekaligus) terpenuhi jika ter­hadap suatu
benda akan berlaku HPK secara efektif. Adanya HPK atas suatu sum­berdaya akan
memudahkan upaya pelestarian mutu dan fungsi lingkungan hidup dimana berbagai
sumberdaya terdapat di dalamnya.
Pengelompokan Sumberdaya Alami
Menurut Kemanfaatan Ekonominya

Sifat
B (terbagikan) TB (tak-terbagikan)
Kemanfaatannya

P (terpisahkan) B–P (1) TB – P (2)

TP (tak-terpisahkan) B – TP (3) TB – TP (4)


Matrik Dimensional tentang Sifat
Keberadaan Sumberdaya Alami
Sifat- B Terbagikan (T) Tak-Terbagikan (TB)
Sifat-P (Divisible) (Indivisible)

Terpisahkan 1) Barang pribadi 2) Barang Pra-jenuh


(P) (Berbagai SDA konven­ - Lalu lintas sungai
sional) - Ikan & kerang di bawah
permukaan air

Tak-Terpisah 3) Barang Properti umum 4) Barang publik murni


kan (TP) (milik bersama) - Panorama indah
- Padang gembala - Udara bebas
- Air sungai
• (1.5) Ciri sumberdaya alami peka kebijakan makro
Secara teori terdapat hubungan antara variabel harga sumber-daya alami
(komoditas) yang diangkat dari stoknya di lapangan, ter-hadap variabel tingkat
bunga uang di bank. Hubungan itu secara se-derhana dapat diterangkan berikut
ini. Bayangkan konservasi sumber-daya yang nilainya kini adalah Pt tentu akan
menda­tangkan tambahan manfaat sebesar P bila setahun kemudian nilai (riil)
berubah menjadi Pt+1 khususnya karena pertambahan volume tegakan kayu; atau
dengan kata lain kesabaran dan ketidak serakahan telah membuahkan hasil
sebesar:
 P = Pt+1 - Pt dimana diharapkan P > 0
• Penghematan atau bahkan konservasi penuh akan menarik untuk di-lakukan oleh
pengusaha manakala P > 0, yang berarti bahwa penun-daan panen sumberdaya
selama satu tahun akan menambah perolehan kapital (capital gain) sebesar P un­
tuk tiap satuan fisik sumberdaya yang diangkat setahun kemudian.
• Bila dihubungkan dengan bank, maka panen sumberdaya yang dilakukan
sekarang dengan perolehan uang sebesar P; akan men-datangkan manfaat
tambahan senilai (r)P setelah setahun uang sebesar P itu ditabungkan di bank
yang memberi­kan bunga sebesar r per-tahun. Oleh sebab itu maka pengusaha
yang punya rasio­nalitas eko-nomi akan melakukan konservasi (atau menunda
penebangan kayu se-ti­daknya hingga setahun kemudian) apabila terpenuhi syarat
berikut:
 P > (r)P
• (membiarkan tegakan kayu di lapangan selama satu tahun, mem-berikan manfaat
ekonomi lebih besar daripada menebang kini dan me-nabungkan uang hasil
panen kayu dengan bunga r % setahun). Se-baliknya pengusaha akan
menganggap tak-ada beda mela­kukan kon-servasi atau tidak (dengan kata lain
acuh-tak-acuh) apabila:
 P = (r)P atau P / P = (r)
• dan bila dinyatakan dalam konteks perubahan waktu yang kontinyu, maka secara
kalkulus berarti;
• dP/dt = (r)
POTENSI MANFAAT SUATU EKOSISTEM
DALAM PERTIMBANGAN NILAI PENUH

Setempat (On-site) Sekitar (Off-site)

Manfaat Biasa diperhitungkan dalam Jarangdiperhitungkan


Langsung & analisis ekonomi karena ke­beradaannya di
Dapat (misalnya kayu, arang, luar lokasi sa-saran
dipasarkan madu, anggrek dan kajian (misal­nya ikan
(direct use) sebagainya) yang migrasi ke daerah
hilir)
Manfaat Tak- Jarang dipertimbangkan Cenderung dilupakan karena
Langsung & sebab bersifat tak kasat mata (misalnya;
Tanpa-pasar sampingan (misalnya; peran pe­ngatur siklus air,
(indi­rect use) sumber kayu bakar, pena­han abrasi pantai,
lapangan pijah ikan dan penjinak racun perairan)
udang, habitat satwa)
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
(RUANG LINGKUP DAN PRASYARATNYA)
Pra-syarat
Aspek
Pokok Pelengkap

Pemolaan Tata Ruang
Keberlanjutan PBL k. M-T & M-M 
Penerapan AMDAL

Pemberlakuan SPL

Perencanaan apik
Keberlanjutan
k. Ekologis 
Pertumbuhan efisien
Ekonomis 
Pendapatan merata

Pemeran-sertaan SDM
Keberlanjutan Sosbud k. Ekonomis 
Pengembangan SDM

Penghargaan SDM

Pemantapan Dem-politik
Keberlanjutan Sospol k. Sosbud 
Penegakan Keadilan Hu­kum

Peran POLRI Profesional

Penampilan TNI Tangguh
Keberlanjutan
k. Sospol 
Pemberlakuan Otonomi Daerah
Hankamnas 
Persatuan ASEAN Kon­dusif
Keterangan:
k.M-T = Keserasian Manusia dengan Tuhan
& M-M = dan Manusia dengan sesama manusia
SPL = Sistem Pemantauan Lingkungan seperti Kepres 23/1990 tentang Bapedal
AMDAL PP-29/86 dan AMDAL PP-51/93, serta
AMDAL PP-27/99
PP-29/86 PP-51/93 PP-27/99
Proyek Direncanakan Proyek Direncanakan Proyek Direncanakan
PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) SOP atau POS - Kegiatan tunggal
K.A. (Kerangka Acuan) K.A. - Kegiatan terpadu
ANDAL ANDAL; - Kegiatan dalam kawasan
RKL - A. Regional terkait ketentuan wajib
RPL - A. Kawasan AMDAL sesuai Kepmen
- A. Terpadu No.3/2000
- A. Proyek
RKL
RPL
Proyek Berjalan Proyek Berjalan Proyek Berjalan
PEL (Penyajian Evaluasi Lingkungan) Nihil Nihil
K.A. (Kerangka Acuan)
SEL (Studi Evaluasi Lingkungan)
RKL (Rencana Kelola Lingkungan)
RPL(Rencana Pemantauan Lingkungan)

Keterangan:
Pada PP-51/94 dan PP-27/99, kedudukan AMDAL murni sebagai pra-syarat kelayakan suatu Proyek; bersifat Studi
Kelayakan Ekologis menyertai Studi Kelayakan Teknis dan Studi Kelayakan Finansial. Baca juga diskusi tentang
ANDAL dalam Parwa 5.A3
BEBERAPA KESIMPULAN
• 1. Pembangunan adalah upaya unsur
Lingkungan Sosial untuk memanfaatkan unsur
Lingkungan Alami guna mendapatkan unsur
Lingkungan Binaan sehingga dicapai tingkat
kesejahteraan yang lebih baik secara
berkelanjutan.
• 2. Pengelolaan lingkungan hidup sudah
seyogianya didasari pertimbangan holistik yang
terukur secara kwantitatip menurut kaedah
valuasi-alokasi-manajemen Ekonomi
Lingkungan.
PERHATIKAN GAMBAR SELUASAN EKOSISTEM !
Tanpa proses valuasi, dgn prakira profesional anda mana yg terbesar X? Y? Z?

NILAI SDA atas dasar harga


Bayangan /Opportunity Cost :
Sebagai Hutan Wisata

NILAI SDA atas dasar harga


Bayangan / Opportunity Cost:
Sebagai Hutan Niaga-Carbon

NILAI BERSIH atas


dasar harga PASAR

X Y Z
Nilai Bersih Saat Ini Nilai Kini Bersih Nilai Kini Bersih
dlm perspektif
investor (NPV) = (Nko-Bpo)+Σ{NKt-BPt)(1+r) -t (NPV) = Σ{NNBt)(1+r) –t atau
T
( NK t  BPt ) T
( NNBt )
NPV  NK 0  BP0   NPV  NNB0  
(PV) = Σ{Hi x Vi) t 1 (1  r ) t t 1 (1  r ) t
Skema 2.2. Ilustrasi Tematik Perolehan dan Kerugian Kosversi Hutan untuk
Pertanaman Pangan/Padi. Potensi M1,2,3,4,& M5 Dapat Hilang Disebabkan Oleh
Insiden Kebakaran Hutan

Manfaat
Manfaat Fisik
Fisik && Rp
Rp per-Ha/thn
per-Ha/thn
yang
yang didapat bisa diukur; misal
didapat bisa diukur; misal
berupa jumlah produksi beras
berupa jumlah produksi beras
B=
B=f f(Lhn,
(Lhn,ppk,
ppk,tek
tekdan
danMgt)
Mgt)

Lahan berasal dari Konversi


Hutan Belantara
Hutan
Ada aneka jenis Manfaat Ecosystem
yang masih tersisa dan seyogianya bernilai
(M1 + M2 + M3 + M4 + M5)

Manfaat Manfaat Manfaat


Lnsung Opsional Keber-
Bernilai Manfaat ber- Manfaat adaan
Rp tak- potensi Kewaris-
lnsng Rp an, ber-
semu- nilai
harga budaya

Manfaat
Manfaatbersih
bersihyangyanghilang
hilangkarenakarenakonversi
konversi
atau karena kebakaran
atau karena kebakaran hutan; hutan;
MMt ==(M1
(M1++M2 M2++… …++M5) M5)
t
MMt+1 ==f f(M , M , M )
(Mt t, Mt-1t-1, Mt-3t-3)
t+1
dan
dandata
dataata
ataterekam
terekamsejalan sejalanwaktuwaktu
Aneka Pasal Nilai Penuh Manfaat Suatu
Ekosistem Hutan

Nilai Pakai Nilai Nir-Pakai

Nilai Langsung Nilai Tak Nilai Opsi N. Kewarisan N. Kebe-


(M1) Langsung (M3) (M4) radaan
(M2) (M5)

- Ikan - Penyangga - Kegunaan - Berkah - Spesies


- Kayu bakar nutrisi potensial Biodever- tertentu
- Bbrp objek wisata - Kendali Banjir masa depan sitas yang
- SrnTransp sungai - Lindung badai (baik secara - Kultur dan tersisa,
- Energi gambut - Sumber air langsung tata nilai yang
- Hewan buruan tanah maupun tidak alamiah hampir
- Pendukung langsung) yang ada dan amat
ekosistem lain - Nilai masa pada mas- dikhawati
- Stabilisator depan info- yarakat rkan
iklim mikro & masi Iptek (kearifan punah
garis pantai lokal)
Aneka Metode Valuasi Serba Sasaran
No Pendekatan Teknis Metode Pokok Sasaran

1. Harga Pasar m. Hitung Nilai Bersih Nilai langsung SDA


m. Harga Bayangan
2. Benda Sesuku m. Barter Nilai tak-langsung dan
m. Substitusi langsung Opsi SDA
m. Substitusi tak-langsung
3. Valuasi Tak-Langsung m. Biaya Perjalanan Nilai Tak Langsung SDA
m. Bursa Hedonik
m. Pasar Buruh
m. Korban Fisik
4. Pasar Rekaan m. Tebak Langsung Nilai Opsi dan Nilai Nir-
m. Lelang Tanding Pakai
m. Kartu Bayar
m. Tebak pilih
m. Harkat Kontingen
5. Runut Biaya m. Biaya Oportunitas Biaya Langsung
m. Biaya Restorasi
m. Biaya Ganti-aus
m. Biaya Relokasi
m. Biaya pencegahan
6. Transfer Manfaat m. Biaya Analogis Biaya Tak lang-sung dan
Nir-Pakai
HIRARKI KELAYAKAN PROYEK BERWAWASAN LINGKUNGAN

Bisa
dilakukan
Secara
F.S Teknis
Biogeofisik
Pembangunan Sosekbud
(Kawasan) Usaha & Ipteksi
P NPV > 0
O
Penanaman Modal IRR>r
S Perencanaan (Proyek Investasi)
F.S Finansial
Usaha
D B/C>1

C Prikehidupan
(Satuan) Usaha ENPV > 0

F.S
EIRR>r
Ekologis

AMDAL EBCR>1
SEMPURNA ?
Logika Hitung Nilai Kini atas Arus Uang Tunai Bersih
Tahun Perkiraan (Rp) Nilai kini

Manfaat Biaya Laba

2008 0 500 -500 -500


(1+r)0
2009 1200 700 500 500
(1+r)1
2010 1800 900 900 900
(1+r)2
: : : : :
: : : : :
2022 7000 3500 3500 3500
(1+r)15

N rupiah kini akan bernilai Jika terjadi Y rupiah


N + rN N (1+r)
N+rN atau N(1+r) se-thn setahun lagi, dimana Y
RpN = ----------- = ------------
kemudian atau katakanlah =N+rN =N(1+r) maka
(1+r)1 (1+r)1
senilai Y. nilai kini Y tsb adalah:
Hitung Nilai Kini dari Akumulasi Anuitas Sebesar A
Selama ‘n” Tahun
Thn ke- Manfaat “global” NK Manfaat
0 (2008) Rp. 50.000 50.000/(1+r)0= 50.000
1 (2009) Rp. 50.000 50.000/(1+r)1 =
2 (2010) Rp. 50.000 50.000/(1+r)2 =
3 Rp. 50.000 50.000/(1+r)3 =
4 Rp. 50.000 50.000/(1+r)4 =
5 Rp. 50.000 50.000/(1+r)5 =
6 Rp. 50.000 50.000/(1+r)6 =
7 Rp. 50.000 50.000/(1+r)7 =
8 Rp. 50.000 50.000/(1+r)8 =
9 (2017) Rp. 50.000 50.000/(1+r)9 =
10 (2018) Rp. 50.000 50.000/(1+r)10 =
Jumlah Nominal Jumlah NK = A = Σ 50.000 (1+r)-n;
=Rp. 550.000,- yakni cara panjang. Atau dg rumus
anuitas = B; cara singkat /pintas sbb:
B = 50.000 + 50.000 [1/(1+r)1 + 1/(1+r)2 + 1/(1+r)3 + ... + 1/(1+r)n]
= 50.000 + 50.000 [(1+r)n – 1] / r (1+r)n]
Misal r =20% maka B = 50.000 + 50.000 [4.192]
BILLAHI TAUFIQ WALHIDAYAH, WASSALAMU’ALAIKUM WR. WB

THANK YOU

EPR’03

Anda mungkin juga menyukai