Anda di halaman 1dari 25

GENDER DALAM

LEGISLATIVE
DRAFTING
Dwi Rahayu Kristianti
18 MARET 2021
Agenda
KONSEP GENDER
01
KESETARAAN GENDER DI INDONESIA
02
GENDER DALAM LEGISLATIVE
03 DRAFTING

BEBERAPA CONTOH
04
KONSEP GENDER
“Sex” refers to the biological and physiological characteristics
that define men and women. “Gender” refers to the socially
constructed roles, behaviours, activities, and attributes that
a given society considers appropriate for men and women. (
http://www.who.int/gender/whatisgender/en/)
Gender adalah pembedaan peran, atribut, sikap tindak atau perilaku, yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat atau yang dianggap
masyarakat pantas untuk laki-laki dan perempuan (Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak)

Karakteristik feminin dan maskulin


Konstruksi sosial
Culturally learned behavior
Culturally assigned behavior
Berbeda – tempat dan waktu
 Burping and Farting  Scientist
 Rescuing  Blue
 Dancing  Cleaning
 Teacher  Lawyer
 Cooking  Engineer
 Pink  Set of spanners
 Doctor  Computer programmer
 Nurse  Red
 Cars  Glitter
 A six pack  Mathematician
 Diet drinks HIGH HEELS?
The origin of high-heels
can be traced back to
15th century Persia when
soldiers wore them to help
secure their feet in
stirrups. Persian migrants
brought the shoe trend to
Europe, where male
aristocrats wore them to
appear taller and more
formidable.

Portrait of King Louis XIV in high heels


Pemikiran yang keliru bahwa Gender kadang-kadang
dianggap sebagai sesuatu kodrati.
Misalnya peran laki-laki sebagai kepala keluarga atau peran
perempuan sebagai ibu rumahtangga,
perempuan dalam kerja domestik dan laki-laki dalam kerja
publik.
GENDER – SEX ?
1) bukan sesuatu yang kodrati;
2) dapat berubah dan diubah;
3) bersifat tidak permanen;
4) bisa dipertukarkan. 1) mutlak merupakan ketentuan dan
anugerah Tuhan YME;
2) bersifat kodrati/sebagai kodrat;
3) bersifat tetap dan tidak dapat diubah;
4) tidak dapat dipertukarkan
KESETARAAN
GENDER
DI INDONESIA
PRINSIP KESETARAAN GENDER
Hak asasi perempuan adalah hak asasi manusia
The Vienna Declaration and Program of Action 1993 menyatakan bahwa: “Hak Asasi
Perempuan (the human rights of women) adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang
tidak dapat dicabut, integral dan tidak dapat dipisahkan”.

Prinsip Konvensi CEDAW


 Prinsip Kesetaraan Substantive
 Prinsip Non-Diskriminasi
 Prinsip Kewajiban Negara
GENDER DALAM
LEGISLATIVE
DRAFTING
Pasal 6 ayat (1) Undang- Undang Nomor 12 Tahun
2011
Asas materi muatan peraturan perundang-undangan meliputi:
a. pengayoman;
b. kemanusian;
c. kebangsaan;
d. kekeluargaan;
e. kenusantaraan;
f. bhinneka tunggal ika;
g. keadilan;
h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau.
j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
INDIKATOR KESETARAAN GENDER DALAM
LEGISLATIVE DRAFTING (Kementrian PPPA)
AKSES PARTISIPASI
Mempertimbangkan Memperhatikan apakah
bagaimana memperoleh Peraturan Perundang-
undangan memberikan

A
kesempatan yang setara
antara laki-laki dan kesempatan yang setara

P
perempuan untuk setiap bagi laki-laki dan perempuan
sumber daya yang akan dalam melaksanakan hak
diatur dalam Peraturan dan kewajibannya dalam
Perundang-undangan, setiap kebijakan dan
sehingga norma-norma program pembangunan
hukum yang dirumuskan
mencerminkan keadilan dan
kesetaraan gender.

K
KONTROL
Menganalisis apakah norma
M MANFAAT
Analisis apakah norma
hukum memuat ketentuan hukum yang dirumuskan
yang setara berkenaan dapat menjamin bahwa
dengan relasi kekuasaan suatu kebijakan atau
(laki-laki dan perempuan) program akan menghasilkan
untuk melaksanakan hak dan manfaat yang setara bagi
kewajibannya. laki-laki dan perempuan di
BEBERAPA
CONTOH
Pelembagaan Diskriminasi terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) :
 Pembatasan Hak Kebebasan Berekspresi lewat Kebijakan Daerah tentang Aturan
Busana
 Pengurangan Hak Atas Perlindungan dan Kepastian Hukum Akibat Kriminalisasi lewat
Kebijakan Daerah tentang Prostitusi
 Penghapusan Hak Atas Perlindungan dan Kepastian Hukum lewat Kebijakan Daerah
(Qanun) tentang Khalwat
 Pengabaian Hak atas Perlindungan lewat Kebijakan Daerah tentang Buruh Migran
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
Pasal 28a menyebutkan secara tegas bahwa Kepala Daerah
dilarang: “Membuat keputusan yang secara khusus
memberikan keuntungan bagi diri, anggota keluarga, kroni,
golongan tertentu, atau kelompok politiknya yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
merugikan kepentingan umum, dan meresahkan sekelompok
masyarakat, atau mendiskriminasikan warga negara dan/atau
golongan masyarakat lain.”
Aturan busana – berbasis agama tertentu
Kewajiban membaca Alquran (mengaji) bagi pegawai negeri sipil (PNS) yang akan
mengurus kenaikan pangkat, calon pengantin, calon siswa SMP dan SMU, dan bagi
siswa yang akan mengambil ijazah; serta kewajiban memakai busana Muslim, yaitu
jilbab
Selain jilbab dan baca-tulis Alquran, isu lain yang digunakan dalam kebijakan daerah
untuk membangun daerah “Islami” ini adalah pengaturan terkait peribadatan,
kewajiban menuliskan papan nama kantor dalam bahasa Arab, larangan berjualan di
waktu puasa dan larangan mobilitas pada waktu shalat Jumat.
Meskipun aturan tentang busana berlaku bagi laki-laki dan perempuan, pada
pelaksanaannya perhatian lebih tertuju ke perempuan. Ketika busana dijadikan tolok
ukur moralitas maka perempuan yang dijadikan simbol moralitas komunitasnya
menjadi pihak yang pertama dibebankan untuk tunduk kepada aturan tersebut.
Prostitusi
Upaya membangun citra daerah yang “religious”
Siapapun di jalan umum atau di tempat yang kelihatan dari jalan umum atau di tempat
di mana umum dapat masuk dilarang dengan perkataan, isyarat, tanda atau cara lain,
membujuk atau memaksa orang lain untuk melakukan perbuatan prostitusi.
Siapapun yang kelakuannya/tingkah lakunya dapat menimbulkan dugaan bahwa ia
pelacur dilarang ada di jalan-jalan umum, lapangan lapangan, di rumah penginapan,
losmen, hotel, asrama, rumah penduduk, kontrakan, warungwarung minum, tempat
hiburan, di gedung tempat tontonan, di sudut-sudut jalan atau lorong-lorong, berhenti,
atau berjalan kaki, berkendaraan bergerak kian kemari.
“Pelacuran” adalah suatu perbuatan dimana seorang perempuan menyerahkan
dirinya untuk berhubungan kelamin dengan lawan jenisnya dan menerima
pembayaran baik berupa uang maupun bentuk lainnya.
Khalwat
Tidak ada definisi yang jelas tentang “khalwat” dalam qanun
di Aceh
Perlindungan buruh migran
Beberapa Perda lebih mengatur hal administrasi (terkait
penempatan buruh migran) daripada perlindungannya.
UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat;

Pasal 50
(1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 diangkat dari warga
Desa yang memenuhi persyaratan:
a. berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat;

Pasal 57
Persyaratan calon anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah:
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat;
UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 31
(1) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
(2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
(3) Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga
Penerapan APKM dalam setiap
pembentukan peraturan
perundang-undangan
Thank you

Anda mungkin juga menyukai