KELOMPOK 7
ADIZTI NOVITRI
ANBIYANI GHAFIR
DESI ANDRIYANI
MASA
KEPEND
UDUKAN
DAMPAK
KEPENDUDUK
AN JEPANG
LATAR BELAKANG KEPENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
ASPEK POLITIK
Pembaharuan yang dilakukakn oleh Kaisar Matshuhito (Tenno Meiji) yang
dikenal dengan Restorasi Meiji
Setelah Restorasi Meiji, Jepang mulai membuka diri dengan bangsa
Barat.
Paham Hakko Ichiu yang dikembangkan di Jepang selama era Meiji
Restorasi Meiji ini yang menjadikan Jepang negara Industri Modern
Faktor yang mendorong modernisasi Jepang adalah karena Jepang ingin
menyaingi bangsa Barat.
Jepang ingin menguasai Dunia menggantikan Kekuataan Barat seperti
Amerika Serikat, Inggris dan Belanda.
Gerakan 3A yakni Jepang pelindung Asia, jepang Pemimpin Asia
dan Jepang cahaya Asia.
Pada Perang Dunia II Jepang bersekutu dengan Jerman. Jerman
berhasil menang dalam PD II memicu militer Jepang untuk segera
memulai perang di kawasan Asia Pasifik.
Pada tanggal 7 Desember 1941 Jepang menyerbu pangkalan Laut
Amerika Serikat di Pearl Habour.
Setelah menyerang Pearl Habour, dengan strategi perang kilat
dalam waktu cepat Jepang berhasil menguasai daearah-daerah
Asia Pasifik termasuk Indonesia.
ASPEK EKONOMI
ASPEK GEOGRAFI
SOSIAL
EKONOMI POLITIK
ANTROPOLO
GI
MASA KEPENDUDUKAN JEPANG DI
INDONESIA
Tanggal 11 Januari 1942 Jepang berhasil mendaratkan
pasukannya di Tarakan, Kalimatan Timur.
Tanggal 24 Januari Balikpapan yang merupakan sumber
minyak jatuh ke tangan pasukan Jepang.
Pada 8 Maret 1942, Panglima Angkatan Perang Hindia
Belanda Letnan Jenderal H. Ter Poorten menyerah tanpa
syarat kepada pimpinan tentara Jepang Letnan Jenderal
Hitoshi Imamura.
SISTEM PEMERINTAHAN MILITER
Setelah berhasil menduduki wilayah Hindia Belanda, Jepang
kemudian membentuk Pemerintahan Sementara yang terdiri
dari 3 pemerintahan militer pendudukan:
Pemerintahan militer Angkatan Darat (Pasukan ke XXV)
untuk wilayah Sumatera yang berkedudukan di Bukittinggi
dipimpin oleh Jendral Tanabe.
Pemerintahan militer Angkatan Darat (Pasukan ke XVI)
untuk wilayah Jawa dan Madura yang berpusat di Batavia
dipimpin oleh Hitoshi Imamura.
Pemerintahan militer Angkatan Laut untuk daerah yang
meliputi Sulawesi, Kalimantan dan Maluku yang berpusat di
Makassar yang dikenal dengan Armada Selatan ke dua
dengan nama Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.
Pada bulan Agustus 1942, dikeluarkannya Undang-Undang No. 27
dan No. 28 yang mengatur re-organisasi sistem administrasi
pemerintahan daerah dengan memberi kedudukan kepada orang-
orang Jepang sendiri. Kedua undang-undang tersebut menunjukkan
dimulainya pemerintahan sipil Jepang di Pulau Jawa.
PEMBENTUKAN ORGANISASI MILITER DAN SEMI-MILITER
9 Maret 1943 Jepang membentuk Putera (Pusat Tenaga
Rakyat), sebuah sayap organisasi politik. Soekarno
menjadi ketuanya, Hatta dan Ki Hadjar Dewantara salah
satu anggotanya.
Pada tanggal 29 April 1943, tepat pada hari ulang tahun
Kaisar Jepang Hirohito, diumumkan secara resmi
pembentukan dua organisasi pemuda,
yaitu SEINENDAN dan KEIBODAN.
Pada bulan April 1943 dikeluarkan pengumuman mengenai
pembukaan kesempatan kepada para pemuda Indonesia
untuk menjadi pembantu prajurit Jepang (Heiho).
Pada bulan Agustus 1943, dibentuklah Fujinkai (Himpunan
Wanita) yang usianya minimal adalah 15 tahun. Organisasi
ini bertugas untuk mengerahkan tenaga perempuan turut
serta dalam memperkuat pertahanan dengan cara
mengumpulkan dana wajib
Pada tanggal 3 Oktober 1943 didirikan PETA (Pembela
Tanah Air).
KEBIJAKAN SOSIAL DAN EKONOMI
Jepang harus membangun prasaranan pertahanan yang
memerlukan banyak tenaga kasar oleh karena itu Jepang
mengerahkan tenaga kasar sukarela yang disebut Romusha
Untuk mendukung kekuatan dan kebutuhan perangnya,
pemerintah Jepang mengambil beberapa kebijakan
ekonomi, antara lain.
a. Pengambilan Aset-Aset Pemerintah Hindia Belanda
b. Kontrol terhadap Perkebunan dan Pertanian Rakyat. Hanya
beberapa tanaman saja yang mendapat perhatian
pemerintah pendudukan Jepang, seperti karet dan kina,
serta Jarak. yang berguna sebagai pelumas mesin pesawat
tentara Jepang.
c. Kebijakan Moneter dan Perdagangan Pemerintah
pendudukan Jepang menetapkan bahwa mata uang yang
berlaku, tetap menggunakan gulden atau rupiah Hindia
Belanda. Tujuannya adalah agar harga barang-barang
tetap dapat dipertahankan seperti sebelum terjadinya
perang.
d. Sistem Ekonomi Perang Dalam situasi perang, setiap
daerah harus menetapkan sistem ekonomi autarki, yaitu
sistem ekonomi yang mengharuskan setiap daerah
berupaya memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri, tanpa
mengandalkan bantuan dari daerah lain.
MENUJU PROKLAMASI INDONESIA
Pada Januari 1944, Organiasasi Putera digantikan oleh
Jawa Hokokai. Soekarno menjadi pemimpinnya
Pada 8 September 1944 Jenderal P.M Koiso menjanjikan
Indonesia akan merdeka dalam waktu yang tidak lama
lagi.
Sebagai reaksi langsung dari pernyataan P.M Koiso
tersebut tanggal 1 Maret 1945 dibentuk Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Tanggal 28 Mei dilangsungkan upacara pembukaan sidang
pertama BPUPKI di gedung Pejambon, Jakarta.
1 Juni 1945 Soekarno menjelaskan tentang doktrin
"Pancasila" di depan BPUPKI.
Pada tahun 1945 terjadi banyak pemberontakan anggota
masyarakat yang terlatih sebagai kekuatan militer seperti
Pemberontakan PETA melawan pesukan penduudkan Jepang di
Kota Blitar, Cimahi dan di Cilacap.
Pada 10 Juli-17 Juli 1945 - Diselenggarakan sidang kedua
BPUPKI untuk membicarakan rancangan undang-undang dasar
untuk Indonesia.
Pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom
atom yang pertama di atas kota Hirosyima.
Tanggal 7 Agustus 1945 mengganti BPUPKI menjadi PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
Tiga hari kemudian, tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua
dijatuhkan lagi di atas Nagasaki.
Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu
pada tanggal 15 Agustus 1945.
Mendengar berita kekalahan Jepang atas Sekutu, para
pejuang kemerdekaan Indonesia, terutama kaum muda
melancarkan gerakan bawah tanah. Mereka berupaya
untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Terjadi perbedaan pendapat antara Golongan Muda dan
Golongan Tua tentang waktu proklamasi.
Pada 16 Agustus 1945 Golongan Muda menculik Soekarno
dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok
Pada 17 Agustus 1945 Dilaksanakan pembacaan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
DAMPAK MASA KEPENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
Aspek Politik