Anda di halaman 1dari 27

Perjanjian Kerja dalam bahasa Belanda disebut perjanjian perburuhan

(Arbeidsoverkenkoms) .
Pasal 1601.a KUHP Perdata  Perjanjian Kerja adalah suatu perjanjian
dimana pihak kesatu si buruh, mengikatkan dirinya untuk dibawah
perintah pihak yang lain, si majikan untuk sesuatu waktu tertentu,
melakukan pekerjaan dengan menrima upah.
UU No,13 tahun 2003, Pasal 1 angka 14  Perjanjian kerja adalah
perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan dan/atau tertulis,
baik untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu yang memuat
syarat2 kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
Imam Soepono  Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak
kesatu yakni buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menrima upah
pada pihak lain yakni majikan, dan majikan mengikatkan diri untuk
memperkerjakan buruh dengan membayar upah.
Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja

Suatu perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu


bisa dikatakan sebagai suatu perjanjian yang sah dan sebagai
akibatnya perjanjian akan mengikat sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. Oleh karena itu agar keberadaan suatu
perjanjian diakui oleh undang-undang (legally concluded contract)
haruslah sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
undang-undang.
Sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata.
Ketentuan ini juga tertuang dalam pasal 52 ayat 1 Undang-Undang
No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang menyebutkan
bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar :
 Sepakat kedua belah pihak;
 Kemampuan atau Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum;
 Adanya pekerja yang diperjanjikan;
 Pekerja yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan dan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Dalam suatu perjanjian terdapat beberapa azas, yaitu:

1. Azas kebebasan berkontrak atau open system (freedom of contract).


Azas utama dalam perjanjian adalah azas keterbukaan (open
system), maksudnya adalah setiap orang bebas melakukan perjanjian apa
saja dengan siapa saja. Dalam perjanjian kerja azas kebebasan
berkontrak maupun azas yang utama.

2. Azas konsensual atau azas kekuasaan bersepakat


Maksud dari azas ini adalah bahwa perjanjian itu ada sejak
tercapainya kata sepakat, antara pihak yang mengadakan perjanjian.
Artinya yang paling utama adalah terpenuhinya kata sepakat dari mereka
yang membuat perjanjian.
3. Azas kelengkapan atau optimal system
Maksud Azas ini adalah apabila para pihak yang mengadakan
perjanjian, berkeinginan lain, mereka menyingkirkan pasal-pasal yang ada
pada undang-undang. Akan tetapi jika secara tegas ditentukan di dalam
suatu perjanjian, maka ketentuan pada undang-undanglah yang
dinyatakan berlaku.

4. Azas Kepribadian
Seseorang hanya diperbolehkan mengikatkan diri untuk
kepentingannya sendiri dalam suatu perjanjian. Azaz ini terdapat dalam
pasal 1315 BW
Unsur – Unsur Dalam Perjanjian Kerja

1. Adanya unsur work (pekerjaan)


2. Adanya unsur service (pelayanan)
3. Adanya unsur time (waktu tertentu)
4. Adanya unsur pay (upah)
1. Adanya Unsur work (pekerjaan)

Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang


diperjanjikan (objek perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah dilakukan
sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin majikan dapat menyuruh
orang lain. Hal ini dijelaskan dalam KUHPerdata Pasal 1603 a yang
berbunyi :
“Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya; hanya dengan seizin
majikania dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya’.
Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi
karena bersangkutan ketrampilan/keahliannya, maka menurut hukum
jika pekerja meninggal dunia maka perjanjian kerja tersebut putus
demi hukum.
2.Adanya Unsur Service

Pekerja haruslah tunduk pada perintah orang lain, yaitu


pihak pemberi pekerja dan harus tunduk dibawah perintah orang
lain (majikan), pekerja harus melayani majikan, maksudnya
pekerja haruslah melaksanakan tugasnya yaitu bekerja dengan
baik.
3. Adanya Unsur Time

Bahwa dalam melakukan hubungan kerja haruslah


dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam
perjanjian kerja, dalam melakukan pekerjaan, pekerja (buruh)
tidak boleh melakukan pekerjaan sekehendaknya dan
pelaksanaan pekerjaan tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan perundang-undangan dan ketertiban umum.
4. Adanya Unsur Pay

Upah memegang peranan penting dalam hubungan


kerja, bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama orang
bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah.
Sehingga jika tidak unsur upah, maka suatu hubungan
tersebut bukan merupakan hubungan kerja. 
SYARAT SAH PERJANJIAN
Sebagai bagian dari perjanjian pada umumnya, perjanjian kerja
harus memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam
Pasal 1320 KUHPerdata, disebutkan bahwa sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat, yaitu :
 Kesepakatan dari mereka yang mengikatkan diri,
 Kecakapan untuk membuat suatu perikatan,
 Suatu hal tertentu, dan
 Suatu sebab yang halal.
Dalam perjanjian kerja, sebagaimana yang disebutkan dalam
pasal 52 (1), syarat sahnya suatu perjanjian secara lebih khusus
mensyaratakan:
1)      Kesepakatan kedua belah pihak
2)      Kemampuan atau kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum
3)      Adanya pekerjaan yang diperjanjikan,dan
4)      Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bentuk dan Jangka Waktu Perjanjian

Perjanjian kerja dapat dibuat secara tertulis atau lisan. Perjanjian


kerja yang dibuat secara lisan hanya untuk Perjanjian Kerja Waktu Tidak
Terentu (PKWTT) dan harus disertai dengan surat pengangkatan.
Sementara untuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) wajib dibuat
secara tertulis. PKWT yang dibuat secara lisan adalah bertentangan dan
menjadi PKWTT.
1. Kesepakatan para pihak
Suatu perjanjian harus mensyaratkan adanya kesepakatan
dari para pihak. Hal ini berarti bahwa suatu perjanjian tidak bisa
dibuat secara sepihak. Suatu pihak tidak dapat mengakui adanya
suatu perjanjian bila pihak lain tidak menyepakati adanya perjanjian
tersebut. Kesepakatan ini bermakna bahwa isi dari perjanjian yang
dibuat telah diketahui dan sesuai dengan keinginan para pihak.
Sebagai hal mendasar dari suatu perjanjian adalah adanya
keinginan secara bebas. Tanpa kekhilafan, paksaan, ataupun
penipuan. Apabila yang sebaliknya yang terjadi, maka perjanjian
tersebut menjadi tidak sah dan menjadi sebuah perjanjian yang
cacad dan dapat dibatalkan.
2. Kecakapan

Mengenai perjanjian kerja, ketentuan yang berlaku sangat berbeda dengan


ketentuan perjanjian secara umum berdsarkan KUHPer. yang mensyaratkan
batasan usia 21 tahun. Hukum Ketenagakerjaan mensyaratkan batasan usia
anak yang boleh diperkerjakan yaitu usia antara 13 sampai dengan 15 tahun
untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu
perkembangan fisik, mental, dan sosial (pasal 69 ayat 1 UUK).
Serta beberarapa ketentuan lain mengenai batasan usia anak. Mengenai
kriteria anak, UU Perlindungan anak menyebutkan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun. Selama tidak ada
peraturan perundang-undangan yang melarang, setiap orang berhak
mengadakan suatu perjanjian kerja.
3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan
Suatu perjanjian kerja harus secara tegas menyebutkan jenis pekerjaan
yang akan dikerjakan oleh pihak pekerja. Hal ini tentu saja untuk menghindari
perbedaan atau permasalahan yang mungkin timbul kemudian. Sebagaimana
disebutkan dalam pasal 54 ayat 1, perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis
sekurang-kurangnya memuat:
a)      Nama, alamat, dan jenis perusahaan,
b)      Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh,
c)      Jabatan atau jenis pekerjaan,
d)      Tempat pekerjaan,
e)      Besarnya upah dan cara pembayaran,
f)        Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja,
g)      Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja,
h)      Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat, dan
i)        Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada dasarnya, hukum harus menjamin adanya ketertiban umum.
Juga menjamin tidak terjadi tumpang tindih dalam peraturan perundang-
undangan. Dalam sebuah perjanjian kerja, tidak diperkenankan adanya
sebuah perjanjian yang bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan,
dan peraturan perundang-undangan lainnya. Misalnya; pengusaha tidak
boleh mepekerjakan seorang pekerja untuk melakukan pencurian, membuat
bom, atau perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan
lainnya.
Setiap perjanjian kerja dapat dibatalkan bila bertentangan dengan
ketentuan mengenai syarat adanya kesepakatan kedua belah
pihak dan kemampuan atau kecakapan dalam melakukan perbuatan
hukum. Begitu juga bila syarat adanya pekerjaan yang
diperjanjikan,dan pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
tidak dipenuhi, maka perjanjian tersebut batal demi hukum (Pasal 52 ayat 2 dan
3).
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

1. PEKERJA HARIAN LEPAS ( KEPMENAKER


NO.100/MEN/2004)

2. PEKERJA KONTRAK ( KEPMENAKER


NO.100/MEN/2004)
PKWT PKWTT
a. Pekerjaan yg sekali selesai a. Pekerja / karyawan TETAP;
atau bersifat sementara; b. Dpt diberlakukan masa
b. Kerja selesai dlm jangka percobaan asal tertulis dlm
waktu tdk terlalu lama, max. kontrak atau surat
3 thn ( 2 thn masa kerja & pengangkatan;
dpt diperpanjang 1 thn) c. PKWTT tidak berakhir karena
c. Bersifat musiman meninggalnya pengusaha
d. Berkaitan dgn produk baru, atau beralihnya hak atas
kegiatan baru atau produk perusahaan yang disebabkan
tambahan yang masih dlm oleh penjualan, pewarisan
percobaan atau penjajakan atau hibah

HUBUNGAN
PK DGN PERUSAHAAN
PEMBORONG
KERJA PK DGN PPJP
a. Menyediakan jasa pekerja
a. Harus dibuat tertulis; bagi kepentingan perushn
b. Dilakukan terpisah dari kegiatan lain;
utama; b. T’dpt hub kerja antara
c. Dilakukan melalui perintah pekerja dgn PPJP;
langsung atau tidak adri c. Mrpkn PKWT;
pemberi pekerjaan; d. Upah, kesejahteraan, syarat
d. Mrpkn kegiatan penunjang dari kerja, perselisihan menjadi
perushn scr keseluruhan; tanggungjawab PPJP ;
e. Tdk menghambat produksi e. dibuat tertulis dan didaftar
pada dinas ketenagakerjaan
Kewajiban para pihak dalam perjanjian kerja
Dalam KUHPerdata ketentuan mengenai kewajiban buruh/pekerja
diatur dalam Pasal 1603, 1603a, 1603b dan 1603c yang pada intinya adalah
sebagai berikut:
1. Buruh/Pekerja wajib melakukan pekerjaan; melakukan pekerjaan adalah
tugas utama dari seorang pekerja yang harus dilakukan sendiri, meskipun
demikian dengan seizin pengusaha dapat diwakilkan.
2. Buruh/Pekerja wajib menaati peraturan dan petunjuk majikan/pengusaha;
dalam melakukan pekerjaan buruh/pekerja wajib menaati petunjuk yang
diberikan oleh pengusaha. Aturan yang wajib ditaati oleh pekerja sebaiknya
dituangkan dalam peraturan perusahaan sehingga menjadi lebih jelas ruang
lingkup dari petunjuk tersebut.
3. Kewajiban membayar ganti rugi dan denda; jika buruh/pekerja melakukan
perbuatan yang merugikan perusahaanbaik karena kesengajaan atau
kelalaian, maka sesuatu dengan prinsip hukum pekerja wajib membayar
ganti rugi dan denda”.
Kewajiban Pengusaha
1. Kewajiban membayar upah; dalam hubungan kerja kewajiban utama
pengusaha adalah membayar upah kepada pekerjanya secara tepat
waktu. Ketentuan tentang upah ini juga telah mengalami perubahan
pengaturan ke arah hukum publik dengan adanya campur tangan
Pemerintah dalam menetapkan besarnya upah terendah yang harus
dibayar pengusaha yang dikenal dengan upah minimum, maupun
pengaturan upah dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981Tentang
Perlindungan Upah.
2. Kewajiban memberikan istrahat/cuti; pihak majikan/ pengusaha diwajibkan
untuk memberikan istrahat tahunan kepada pekerja secara teratur. Cuti
tahunan lamanya 12(dua belas) hari kerja. Selain itu pekerja juga berhak
atas cuti panjang selama 2 (dua) bulan setelah bekerja terus-menerus
selama 6 (enam) bulan pada suatu perusahaan(Pasal 79 ayat 2 Undang
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan).
3. Kewajiban mengurus perawatan dan pengibatan; majikan/pengusaha
wajib mengurus perawatan/pengobatan bagi pekerja yang bertempat
tinggal dirumah majikan (Pasal 1602xKUHPerdata). Dalam perkembangan
hukum ketenagakerjaan, kewajiban ini tidak hanya terbatas bagi pekerja
yang bertempat tinggal dirumah majikan. Perlindungan bagi tenaga kerja
yang sakit, kecelakaan, dan kematian telah dijamin melalui perlindingan
Jamsostek sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1992 Tentang Jamsostek dan sekarang telah dirubah menjadi BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL.
4. Kewajiban memberikan surat keterangan; kewajiban ini didasarkan pada
ketentuan Pasal 1602a KUHPerdata yang menentukan bahwa
majikan/pengusaha wajib memberikan surat keterangan yang diberi
tanggal dan dibubuhi tanda tangan. Dalam surat keterangan tersebut
dijelaskan mengenai sifat pekerjaan yang dilakukan, lamanya hubungan
kerja (masa kerja). Surat keterangan itu juga diberikan meskipu inisiatif
PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) datangnya dari pihak pekerja. Surat
keterangan tersebut sebagai bekal pekerja dalam mencari pekerjaan baru,
sehingga dia diperlakukan sesuai dengan pengalaman pekerjaannya.

Sumber Hukum :
Pasal 1603, 1603a, 1603b dan 1603c KUHPerdata.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
KESIMPULAN

 Perjanjian kerja pihak-pihak itu adalah pekerja dan pemberi kerja


(pengusaha / majikan). Dalam undang-undang No. 25 tahun 1997 tentang
ketenagakerjaan menyebutkan pekerja adalah “tenaga kerja yang bekerja
diluar maupun didalam hubungan orang atau badan hukum yang
mempekerjakan buruh”.Dalamperjanjiankerjahanya satu pihak yang
memberikan perintah sedangkan pihak lain menjalankan perintah tersebut
dengan mendapatkan upah. Kedudukan yang tidak sama ini disebut
sebagai subordinasi.
 Dalam hukum perjanjian kerja juga tidak boleh ada paksaan ada dua
belah pihak baik pengusaha maupun pekerja yang
 Dalam Unsur-Unsur Perjanjian Kerja harus jelas apa aja yang termasuk
dalam unsurnya yaitu :
a. Adanya unsur work atau pekerjaan.
b. Adanya unsur perintah
c. Unsur waktu (Time)
d. Unsur upah (pay)
Dan sudah diatur juga pasal 14 undang-undang No. 25 tahun 197 tentang
ketenagakerjaan
 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau kontrak bahwa perjanjian kerja
untuk waktu tertentu atau kontrak hanya dapat dilakukan untuk jenis dan
sifat pekerjaan seperti disebutkan diatas dan tidak dapat diadakan untuk
pekerjaan yang bersifat tetap.
 Dalam suatu perjanjian kerja juga harus ada Kewajiban Pihak-Pihak yang
mempunyai kewajibannya masing-masing yaitu :
a. Kewajiban-kewajiban pihak pekerja
b. Kewajiban-kewajiban majikan / pengusa

Anda mungkin juga menyukai