Anda di halaman 1dari 45

Difusi dan disolusi

DIFUSI DAN DISSOLUSI

Penerapan dalam bidang farmasi:


- Dissolusi obat dari tablet, serbuk dan granul
- Pelepasan obat dari basis salep atau suppositoria
- Lewatnya uap air, gas, obat atau zat tambahan pada sediaan
obat melalui penyalut, pengemas, dinding wadah plastik, seal
dan tutup
- Permeasi dan distribusi molekul obat pada jaringan hidup
DIFUSI

Didefinisikan sebagai suatu proses perpindahan


massa molekul suatu zat yang dibawa oleh
gerakan molekular secara acak dan berhubungan
dengan adanya perbedaan konsentrasi.
Contoh: difusi melalui lapisan homogen, difusi
melalui pori-pori, difusi melalui jalinan
membran serat
Konsentrasi tinggi adalah pewarna
Konsentrasi rendah di bagian air

Ada pengaruh yang bisa


menyebabkan kecepatan difusi
yaitu suhu
DIALISIS
Didefinisikan sebagai suatu proses pemisahan berdasarkan kecepatan
lewatnya zat terlarut dan pelarut yang tidak sama melalui membran
yang berpori-pori sangat kecil
Hemodialisis: digunakan pada penderita gagal ginjal untuk
membersihkan darah (molekulnya besar) dari sisa metabolik
(molekulnya kecil).

04/14/2021 5
OSMOSIS
Didefinisikan sebagai suatu proses di mana hanya pelarut yang
pindah. Pelarut menembus membran semi permeabel untuk
mengencerkan larutan yang mengandung zat terlarut dan pelarut.
Osmosis berbeda dengan dialisis. Pada dialisis yang berpindah
adalah zat terlarut bersama-sama dengan pelarut.

04/14/2021 6
ULTRAFILTRASI
Didefinisikan sebagai proses pemisahan partikel koloid dan molekul
besar dengan menggunakan suatu membran.
Membran adalah suatu lapisan yang memisahkan fase dan benda
dapat melewatinya dengan cara difusi pasif, aktif atau difusi
terfasilitasi.

04/14/2021 7
DIFUSI
Penjelasan proses difusi dijelaskan oleh Hukum Fick
Hukum Fick berlaku jika kondisi medium difusi berada dalam
keadaan encer/sink/masa tunak
Hukum Fick ada 2

04/14/2021 8
DIFUSI Proses transfer massa molekul zat yang berkaitan
dengan perbedaan konsentrasi.

(b) Membran (c) Membran


(a) Membran
homogen tanpa pori
dari bahan selulose.
padat dengan
pori-pori lurus
6
HUKUM FICK PERTAMA
Pada tahun 1855, Fick menemukan bahwa persamaan matematika
dari konduksi panas yang dikembangkan oleh Fourier pada tahun
1822 dapat diterapkan ke dalam perpindahan massa menentukan
proses difusi dalam massa menentukan proses difusi dalam sistem
farmasetik

dM
J 
S .dt
J = fluks (g/cm2det)
M = jumlah massa (g atau mol)
S = luas permukaan (cm2)
t = waktu (detik)
04/14/2021 13
Hukum Fick pertama:

Meskipun koefisien difusi (D) tampak seperti suatu konstanta


perbandingan, koefisien ini biasanya tidak tetap konstan seperti
konstanta pada umumnya.
D dipengaruhi oleh konsentrasi, suhu, tekanan, sifat pelarut, dan
sifat kimia difusan
HUKUM FICK KEDUA
Menyatakan: perubahan konsentrasi terhadap waktu dalam daerah
tertentu adalah sebanding dengan perubahan dalam perbedaan
konsentrasi pada titik itu dalam sistem tersebut.

HUKUM FICK KEDUA


Persamaan mewakili difusi hanya dalam arah x
Jika ingin menyatakan perubahan konsentrasi difusan dalam 3 dimensi, hukum Fick
kedua ditulis dalam bentuk umum:

Namun persamaan ini biasanya tidak dibutuhkan dalam masalah difusi farmasi karena
pergerakan dalam satu arah saja sudah cukup menggambarkan kebanyakan kasus

04/14/2021 15
Kondisi Kuasi Stasioner
GRAFIK PERCOBAAN
DIFUSI
Jml yang berdifusi (mg)

Waktu (dalam jam)

04/14/2021 17
DISSOLUSI
Dissolusi terjadi pada tablet, kapsul dan serbuk

Tablet/kapsul

Dissolusi
Disintegrasi Obat dalam
darah,
Absorpsi
Granul/agregat Obat dalam larutan cairan tubuh
Dissolusi lainnya
dan jaringan
Deagregasi

Partikel-partikel Dissolusi
halus
04/14/2021 18
JENIS DISSOLUSI
Dissolusi dari Tablet dan Granul
Dissolusi serbuk
Dissolusi Obat dalam matriks polimer

04/14/2021 19
STEADY STATE DIFFUSION
• Suatu bentuk sediaan dengan aktivitas konstan
mungkin tidak menunjukkan proses keadaan
masa tunak dari waktu pelepasan awal.

• Karena tahap awal itu merupakan keadaan


nonsteady-state.

• Selanjutnya, laju difusi konstan, kurva menjadi


benar-benar garis lurus dan sistem berada pada
keadaan masa tunak (steady-state)
Tingkat konsentrasi obat meningkat dari
konsentrasi nol dan secara bertahap menjadi
konstan ketika mencapai steady-state level
atau kadar plateau atau konsentrasi tunak.

Konsentrasi tunak adalah suatu keadaan


dimana laju obat memasuki tubuh (infusi) sama
dengan laju obat meninggalkan tubuh.
• Molekul akan bergerak dari kompartemen donor
ke kompartemen reseptor
• Dalam sistem ini, larutan dalam kompartemen
reseptor dipindahkan dan diganti secara terus
menerus dengan mengganti pelarut agar
konsentrasi selalu rendah Sink Condition
DISOLUSI

• Obat mengalami proses


disintegrasi, deagregasi, dan
• disolusi sebelum obat siap diabsorpsi
Secara umumdan
– Disintegrasi tahapannya
deagregasiadalah:
diikuti oleh pelepasan
zat aktif
– Disolusi zat aktif dalam permukaan air
– Absorpsi melalui membran saluran cerna ke
sirkulasi sistemik
Disolusi

• Merujuk pada proses dimana suatu fase padat


(misalnya tablet atau serbuk) menuju fase
larutan.
• Disolusi obat adalah proses molekul obat yang
dibebaskan dari fase padat dan memasuki fase
larutan
• Jika tetap dalam fase padat walaupun dalam
fase larutan hasilnya suatu suspensi.
DISOLUSI adalah suatu ukuran yang menyatakan
banyaknya suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu tiap
satuan waktu. Di dalam disolusi diperhatikan terutama
kecepatan berubahnya obat dalam bentuk sediaan padat
menjadi bentuk larutan molekular.

Penentuan jumlah zat aktif yang terlarut dalam


berbagai waktu akan memberi informasi tentang :
•Kecepatan disolusi zat aktif dari sediaan padat
•Jumlah maksimal zat aktif yang akan larut
•Kinetika kecepatan disolusi
KECEPATAN DISOLUSI

Persamaan Noyes-Whitney

dM DS
= (Cs-C)
dt h

dC DS
= (Cs-C)
dt Vh

Pada kondisi sink, C jauh lebih kecil daripada Cs;

dM DSCs K = D/h
=
dt h
Suatu granul obat seberat 0,55 g dan luas permukaannya 0,28 m2 (0,28x104 cm2)
dilarutkan dalam 500 ml air pada suhu kamar. Setelah menit pertama, 0,76 g
terlarut. Jika kelarutan obat Cs =15 mg/ml. Hitung k !

Kondisi sink: dM
dt
kSC s 
760 mg
60 sek
 
 k  0,28104 cm2 15 mg/cm3

k  3,02104 cm/sek

Kondisi nonsink: Setelah 1 menit obat terlarut = 760 mg/500 ml = 1,5 mg/cm3

dM
 k  S  C s C  
760 mg
  
 k  0,28  10 4 cm 2  15 mg/cm 3  1,5 mg/cm 3 
dt 60 sek
k  3,35  10 4 cm/sek

Jika tebal lapisan difusi h pada percobaan diatas = 5x10-3 cm. Hitung D

 D  3,35  10 4 cm/sek   5  10-3 cm  1,68  10 6 cm 2 /


D
k
h
sek. 21
Uji Disolusi
 Obat-obat berbentuk padat yang dikonsumsi secara oral
harus dilakukan uji disolusi
 Uji disolusi (in vitro) dilakukan untuk mengukur jumlah zat
aktif yang terdisolusi dalam media cair yang
diketahui
volumenya pada suatu waktu tertentu dan alat tertentu
 Uji disolusi
 Uji disolusi intrinsik  Penetapan zat yang terdisolusi dalam
suatu sistem yang luas penampangnya dibuat konstan (untuk zat
aktif)
 Uji disolusi nyata  Untuk uji disolusi zat aktif dalam sediaan
(Contoh: tablet)
 Keranjang
 Dayung
•Uji disolusi Intrinsik
Uji disolusi intrinsik (hakiki) adalah penetapan zat yang terdisolusi dalam suatu sistem yang luas permukaannya dibuat selalu
konstan.

UJI DISOLUSI INTRINSIK

Uji disolusi intrinsik (hakiki) adalah penetapan zat yang


terdisolusi dalam suatu sistem yang luas permukaannya
dibuat selalu konstan.

Media
disolusi

zat aktif yang


dimampatkan
UJI DISOLUSI NYATA

Adalah metode yang digunakan oleh farmakope untuk


menetapkan kecepatan disolusi zat aktif dari sediaannya
(tablet atau kapsul). Uji disolusi nyata adalah jumlah zat
aktif yang terdisolusi dalam satu waktu tertentu.

Dalam hal ini luas permukaan zat (S) berubah dengan


waktu. Tablet yang tidak berdesintegrasi menunjukan
pengurangan luas permukaan sejak uji disolusi dimulai.
Tipe 1 Tipe 2
Disolusi Tablet, Kapsul, dan Granul

Gbr. Dissolution apparatus. (a) Hansen paddle equipment for granules and tablets. (b)
Research design to ensure a constant surface area of tablet or compacted powder as
the drug dissolves and diffuses out of the dosage form.
26
27
28
29
Gb. 20. Profil disolusi noretindron asetat dalam berbagai media dan
metode
30
Gb.21. Profil disolusi teofilin dalam kapsul gelatin lunak dalam berbagai
media. 31
Faktor yang mempengaruhi disolusi
obat
1. Sifat fisikokimia
• Bentuk ion dan anion
• Ukuran partikel
• Bentuk kristal
• Kompleks obat
2. Faktor formulasi
3. Faktor fisiologi manusia
Bentik ion dan anion
• Garam elektrolit lemah lebih larut air
dibandingkan dengan asam atau basa lemah,
sehingga disolusi nya lebih cepat
• Obat yang basa lemah akan lebih cepat
terdisolusi di lambung daibandingkan dengan
di usus begitu pula sebaliknya.
• Ukuran partikel
semakin kecil semakin cepat terdisolusi
• Bentuk kristal
obat dalam bentuk kristal lebih lambat
dibandingkan dengan amorf karena lebih
banyak energi yang diperlukan untuk
memecahkan kristal
• Kompleks obat
pembentukan kompleks lebih cepat
terdisolusi
tetapi kadang tidak efisien pada absorpsi
karena ukuran molekul besar
KRITERIA SEDIAAN TABLET
YANG DIUJI DISOLUSI

• Mengandung zat aktif yang digunakan untuk


pengobatan penyakit gawat.
• Mengandung zat aktif yang jarak terapinya relatif kecil
(LD50/ED50).
• Mengandung zat aktif yang sulit atau tidak larut (asam
lemah, basa lemah, neutral, dan amfoter)
• Mengandung zat aktif yang dapat berubah menjadi
bentuk tidak larut dalam cairan pencernaan.
• zat aktif dari tablet bersalut perlu diuji
disolusinya.
FAKTOR-FAKTOR LANGSUNG YANG
MEMPENGARUHI UJI DISOLUSI IN-VITRO

 Pengadukan (Semakin besar intensitas pengadukan makin cepat laju


disolusi)
 Ukuran partikel (ukuran partikel kecil  luas penampang besar  laju
disolusi meningkat)
 Polimorfisa ( perbedaan polimorfisa (bentuk kristal) menyebabkan
perbedaan kelarutan)
 Pengaruh Udara atau Gas Yang Terlarut Dalam Media
 Pemasangan Alat Disolusi
 Sifat media disolusi
 pH media disolusi
 Untuk zat aktif bersifat asam lemah (HA) akan lebih mudah larut/terdisolusi
pada
suasana basa karena akan berada dalam bentuk terionisasinya
 Untuk aktif yang bersifat basa lemah akan lebih mudah larut pada suasana asam (dalam
 bentuk terionisasi)
 Suhu Viskositas
 Komposisi media
Absorpsi
(Difusi dalam Sistem Biologis)
Absorpsi obat dalam saluran cerna
(Gastrointestinal) Lambung-Usus
 Absorpsi pada GIT juga terjadi melalui
mekanisme difusi pasif (melintasi sel-sel
dinding saluran cerna liofilik)
 Obat-obatan biasanya berupa asam atau
basa lemah yang proses absorpsinya
sangat dipengaruhi oleh keadaan ionisasi
 Bentuk tidak terionisasi merupakan
bentuk yang mudah melewati penghalang
biologik (liofilik)
 Contoh:
 Asam lemah (HA) bisa menjadi 2 bentuk
yaitu bentuk tidak terionisasi (HA, dalam
suasana asam) dan bentuk terionisasi (A-
dalam suasana basa )
Absorpsi
(Difusi dalam Sistem Biologis)
• Absorpsi Perkutan
 Disolusi zat aktif dalam
pembawanya,
 Difusi zat aktif yang telah
terlarut dari pembawanya ke
permukaan kulit
 Penetrasi obat ke dalam
lapisan kulit terutama stratum
corneum. Lapisan kulit teratas
terdiri dari sel-sel kulit mati
dan lemak merupakan rate
limiting step dalam absorpsi
perkutan
 Difusi proses acak atom, molekul, koloid, dan partikel kasar dan juga anggota
populasi hidup berdifusi dan menyebar seiring waktu.

 Termasuk: difusi dan penyebaran spora oleh angin, distribusi telur ikan
dalam laut, migrasi kura-kura, faktor difusi dalam pembuatan rumah
burung, kerumunan serangga atau kelompok ikan.

Gbr. Ventilation of a prairie


dog’s burrow by action of the
wind.

39

Anda mungkin juga menyukai