Anda di halaman 1dari 40

Pelayanan Farmasi

Non Klinik
Kelompok 3

● Tina Agustini (52120021)


● Futuh Nur Irfaniah (52120022)
● Cecep Arip Ependi (52120023)
● Rida Nurul Hidayati (52120024)
● Maulidya Robiatul H. (52120025)
● Cici Resta (52120026)
● Intan Mayangsari (52120027)
● Indah Cantika (52120028)
● Marya Antonyteu (52120029)
● Ratu Bilqis Madinah (52120030)
Latar Belakang
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik (MenKes RI, 2016).
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa Rumah Sakit
harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan
peralatan. Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau (MenKes RI, 2016).
Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti Standar
Pelayanan Kefarmasian yang selanjutnya diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian juga dinyatakan bahwa
dalam menjalankan praktik kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus
menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri
Kesehatan (MenKes RI, 2016).
Ruang
Lingkup

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan


yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan
tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan peralatan.
Apoteker dalam melaksanakan kegiatan Pelayanan Kefarmasian tersebut juga
harus mempertimbangkan faktor risiko yang terjadi yang disebut dengan
manajemen risiko (MenKes RI, 2016).

Rumusan
Masalah Tujuan

Bagaimana pengelolaan sediaan Untuk mengetahui pengelolaan


farmasi, alat kesehatan, bahan medis sediaan farmasi, alat kesehatan,
habis pakai dan kegiatan pelayanan bahan medis habis pakai dan
farmasi klinik di Rumah Sakit? kegiatan pelayanan farmasi klinik di
Rumah Sakit
Pengertian Rumah Sakit
● Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
menyatakan bahwa rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
● Menurut WHO (World Health Organization) rumah sakit adalah bagian integral
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan
penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat
pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Fungsi Rumah Sakit
1. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan tingkat ketiga sesuai kebutuhan medis.
2. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
(Menurut Undang-undang RI No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit)
Tujuan Pelayanan Non Klinik

Pelayanan non klinik yang dilaksanakan oleh IFRS yaitu pelayanan farmasi non
klinik terhadap aspek yang menyangkut pengelolaan perbekalan farmasi (alat
kesehatan dan BMHP), mulai dari:
● Perencanaan
● Penerimaan
● Penyimpanan
● Pengendalian mutu
● Keamanan selama penyimpanan hingga proses distribusi perbekalan farmasi.
Pengorganisasian di Rumah Sakit

Organisasi di Rumah Sakit sedikitnya harus memiliki struktur sebagai berikut:


● Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit,
● Unsur pelayanan medis,
● Unsur keperawatan,
● Unsur penunjang medis,
● komite medis,
● Satuan pemeriksaan internal, serta
● Administrasi umum dan keuangan.
Contoh
Struktur organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
1. Direktur utama,
2. Direktorat medik dan keperawatan,
3. Direktorat sumber daya manusia dan pendidikan,
4. Direktorat keuangan,
5. Direktorat umum dan operasional, dan
6. Unit-unit non struktural.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes & BMHP

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
2. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis
Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu.
Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis
habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu
jantung, implan, dan stent.
3. Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan
formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien
melalui Instalasi Farmasi.

(Permenkes 72 2016)
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai
satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit
akan mendapatkan manfaat dalam hal:

1. Pelaksanaan pengawasan dan 1. Penurunan risiko kesalahan terkait


pengendalian penggunaan Sediaan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Medis Habis Pakai; Pakai (keselamatan pasien);
2. Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat 2. Kemudahan akses data Sediaan Farmasi,
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai; Pakai yang akurat;
3. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat 3. Peningkatan mutu pelayanan Rumah
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
Pakai; 4. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit
4. Harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan peningkatan kesejahteraan pegawai.
dan Bahan Medis Habis Pakai;
5. Pemantauan terapi Obat;
Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk
meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high- alert
medication).
High-alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang
berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).

Kelompok Obat high-alert diantaranya:


1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupadan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih
pekat, kalium fosfat, natriu m klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium
sulfat =50% atau lebih pekat).
3. Obat-Obat sitostatika.
Kegiatan Pelayanan Non Klinik

Pemilihan Perencanaan Pengadaan Penerimaan

Pemusnahan dan
Pengendalian Pendistribusian Penyimpanan
Penarikan

Pengawasan dan
Administrasi Pelaporan Evaluasi
Pembinaan
Perencanaan dan Pemilihan
Perencanaan adalah proses kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan
dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan
dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan.
Pemilihan obat yang didasari pertimbangan keselamatan pasien,
dengan berbagai pertimbangan baik dari faktor kebutuhan pasien dan
ekonomisnya dan memerlukan ada suatu prosedur jika tidak ada
persediannya.
Dasar dari pemilihan sediaan baik dari alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai ini berdasarkan:

● Standar pengobatan dan terapi yang masuk dalam formularium


● Standar Ketersediaan Farmasi, Alkes, dan BHMP yang telah ditetapkan.
● Pola penyakit sesuai dengan demografi
● Efektifitas dan keamanan obat.
● Pengobatan dengan evidence based medicines
● Mutu dari Obat
● KeterjangkauanHargaObat
● Mudahnya ketersediaan di pasaran.
Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan meto
da konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengumpulan dan pengolahan data
2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
4. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
Metode epidemiologi didasarkan pada frekuensi penyakit, 
jumlah kunjungan, dan standar pengobatan yang digunakan. 
Langkah-langkah dalam metoda ini adalah:

● Memanfaatkan pedoman pengobatan.
● Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani.
● Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan
frekuensi penyakit.
● Menghitung jumlah kebutuhan obat 
(Soerjono et al, 2004)
Pengadaan dan Penerimaan
● Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui,
melalui Pembelian, Produksi/pembuatan sediaan farmasi, dan sumbangan/droping/ hibah. Dalam proses
pengadaan, untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan, setiap pelayanan kefarmasian sebaiknya memiliki
buku standar persediaan obat dan alkes sebagai acuan. Prosedur pengadaan:

Kepala Instalasi
Farmasi
• Membuat daftar usulan • Menyerahkan SP ke
permintaan obat Salesman agar obat
• Diajukan ke Kepala • Kepala Instalasi Farmasi dipesankan ke
Instalasi Farmasi meminta persetujuan Distributor
Kepala Sub Bidang • Semua data dimasukan
Farmasi ke komputer

Penanggungjawab Kepala Sub Bidang


Gudang Farmasi Farmasi
Aktivitas penerimaan alkes dilakukan pada pagi hari umumnya barang datang
dari pabrik sore hari. Jika alkes dipesan siang hari, maka barang akan datang
keesokkan harinya. Apabila alkes datang sore hari, barang yang diterima oleh petugas

● Pengecekan yang dilakukan diantaranya meliputi:


1. Alamat tujuan pengirim
2. Mencocokan item dan jumlah alkes yang datang dengan tertulis di faktur dan surat pesanan
3. Memeriksa kondisi fisik alkes
4. Memeriksa tanggal kadaluarsa
5. Mencocokan no. Batch alkes dengan yang tertulis di faktur
● Jika alkes sesuai, maka petugas gudang farmasi melakukan hal-hal sebagai berikut pada lembar
faktur, diantaranya yaitu:
1. Memberikan tanda tangan faktur
2. Menulis nama terang dan tanggal diterima dan menstempel faktur
3. Meminta dua lembar copy faktur untuk arsip gudang
4. Petugas gudang melaporkan ke penanggung jawab atau kepala gudang farmasi untuk
dimasukan ke dalam komputer
Prosedur Penerimaan

Petugas Gudang Petugas Gudang Kepala Gudang


Farmasi Farmasi Farmasi

• Pengecekan • Sesuai obat • Memasukkan


fraktur dan obat dengan fraktur data obat dan
atau alkes yang • Melaporkan ke alkes ke dalam
datang Kepala Gudang komputer
Farmasi
Penyimpanan
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan.
1. Diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
2. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting. Dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label
yang jelas
3. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa oleh
pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
4. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya
yang menyebabkan kontaminasi.
Yang harus disimpan terpisah:

a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus bahan
berbahaya.
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis
kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di
ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan

Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi untuk kondisi
kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari
penyalahgunaan dan pencurian
Jenis Penyimpanan
1. Kelas terapi
2. Bentuk sediaan
3. Jenis
4. Alfabetis
Dengan menerapkan prinsip:
5. First Expired First Out (FEFO)
6. First In First Out (FIFO)

Penyimpanan yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look


Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi
penandaan khusus.
Pendistribusian

● Distribusi tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan


ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem
distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan
pengendalian.
Sistem distribusi:
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
b. Sistem Resep Perorangan
c. Sistem Unit Dosis
d. Sistem Kombinasi

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan:
e. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan
f. Metode sentralisasi atau desentralisasi
Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk
dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan dan dicabut izin
edarnya.
Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:
 Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan
dimusnahkan;
 Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
 Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait;
 Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
 Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang
berlaku
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau
pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan.
Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dapat dilakukan oleh Instalasi
Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit. Tujuan
pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
untuk penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit, penggunaan Obat sesuai dengan
diagnosis dan terapi, emastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai adalah:
 Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving)
 Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut
(death stock)
 Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala
Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari:
1. Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian,
pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi
dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun). Jenis-jenis pelaporan yang
dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
2. Administrasi Keuangan merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan
informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan
Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau
tahunan.
3. Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak
memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Pelaporan

Pelaporan, yaitu proses pembuatan laporan untuk kepentingan internal dan eksternal
rumah sakit. Pihak internal yang membutuhkan informasi kesehatan adalah direktur
rumah sakit dan unit dalam fasilitas pelayanan kesehatan, seperti farmasi, keuangan,
klinik, bangsal, dan manajemen. Pihak luar (eksternal) rumah sakit yang membutuhkan
informasi kesehatan adalah yayasan, pemilik rumah sakit, asuransi, pasien, dan
pemerintah. Kewajiban rumah sakit dalam pembuatan laporan dapat digambarkan
melalui data Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS) yang dilaporkan kepada dinas
kesehatan setempat (Budi, 2011).
Berdasarkan Juknis Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2011, formulir pelaporan
SIRS terdiri dari 5 Rekapitulasi Laporan (RL), antara lain: (Kemenkes RI, 2011)

RL 1 RL 2 RL 3 RL 4 RL 5
• Data Dasar Rumah • Data Ketenagaan • Data Kegiatan • Data Morbiditas dan • Data Bulanan,
Sakit yang yang dilaporkan Pelayanan Rumah Mortalitas Pasien berisikan tentang
dilaporkan setiap secara periodik Sakit yang yang dilaporkan data kunjungan dan
terjadi perubahan setiap tahun. dilaporkan secara secara periodik 10 besar penyakit
data dasar rumah periodik setiap setiap tahun. yang dilaporkan
sakit. tahun. periodik setiap
bulan.
Pengawasan dan Pembinaan
Badan pengawas rumah sakit indonesia merupakan unit non struktural di kementerian
yang bertanggung jawab di bidang kesehatan dalam menjalankan tugasnya bersifat
independen. Badan pengawas rumah sakit indonesia bertanggung jawab kepada menteri.

Tugas BPRS
1. Membuat pedoman tentang pengawasan rumah sakit untuk digunakan oleh Badan
Pengawas Rumah Sakit Propinsi;
2. Membentuk sistem pelaporan dan sistem informasi yang merupakan jejaring dari
Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia dan Badan Pengawas Rumah Sakit Propinsi;
dan
3. Melakukan analisis hasil pengawasan dan memberikan rekomendasi kepada
Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk digunakan sebagai bahan pembinaan (Pasal 58
UU Nomor 44/2009 Tentang Rumah Sakit)
Tujuan Pembinaan dan Pengawasan Badan Pengawas Rumah Sakit
diarahkan untuk:
1. Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat;
2. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan;
3. Keselamatan pasien
4. Pengembangan jangkauan pelayanan; dan
5. Peningkatan kemampuan kemandirian rumah sakit
(Pasal 54 ayat (1) UU Nomor 44/2009 Tentang Rumah Sakit)
Pengawas Internal Pengawas Eksternal

1. Menentukan arah kebijakan rumah 1. Mengawasi dan menjaga hak dan


sakit; kewajiban pasien di wilayahnya;
2. Menyetujui dan mengawasi 2. Mengawasi dan menjaga hak dan
pelaksanaan rencana strategis; kewajiban rumah sakit di
3. Menilai dan menyetujui pelaksanaan wilayahnya;
rencana anggaran; 3. Mengawasi penerapan etika rumah
4. Mengawasi pelaksanaan kendali sakit, etika profesi, dan peraturan
mutu dan kendali biaya; perundang-undangan;
5. Mengawasi dan menjaga hak dan 4. Melakukan pelaporan hasil
kewajiban pasien; pengawasan kepada BPRSI;
6. Mengawasi dan menjaga hak dan 5. Melakukan analisis hasil
kewajiban rumah sakit; dan pengawasan dan memberikan
7. Mengawasi kepatuhan penerapan rekomendasi kepada Pemerintah
etika rumah sakit, etika profesi, dan Daerah untuk digunakan sebagai
peraturan per UU an. bahan pembinaan; dan
6. Menerima pengaduan dan
melakukan upaya penyelesaian
sengketa derngan cara mediasi.
Evaluasi
Menurut Wirawan dalam Ananda et al., (2014), evaluasi adalah penelitian dengan cara mengumpulkan,
menganalisis, dan menyajikan informasi objek penelitian tersebut, selanjutnya menilainya dan membandingkannya
dengan indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi tersebut
Tujuan Umum
● Meningkatkan pelayanan penunjang medik dan non medik yang bermutu dan profesional sesuai dengan Visi
dan Misi Rumah Sakit
Tujuan Khusus
● Meningkatkan profitabilitas dan produktifitas
● Mampu menciptakan kepuasan terhadap harapan pelanggan
● Menciptakan pelanggan yang loyal
● Pengembangan Sistem Informasi yang mendukung Proses Pelayanan
● Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan penunjang medik dan non medik yang bermutu
● Meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf penunjang medik dan non medik melalui pembinaan,
pelatihan dan pendidikan
● Tersedianya sarana, prasarana dan peralatan medis yang dapat meningkatkan mutu pelayanan
● Terlaksananya monitoring dan evaluasi asuhan pelayanan penunjang medik dan non medik
● Menciptakan budaya kerja sesuai visi RS
Contoh Kasus Pemusnahan Produk Obat
dan Alat Kesehatan Kadaluwarsa
• Selasa tanggal 28 Januari 2014  Balai Besar POM di Banjarmasin diundang oleh
PBF  PT. Yamhatevy Paran Mandiri untuk menyaksikan pemusnahan Obat dan Alat
Kesehatan.  
• Kegiatan pemusnahan dilakukan di Jalan Gubernur Subarjro, Basirih, Kab. Banjar,
yang lokasinya jauh dari pemukiman penduduk.  Pemusnahan  obat dan alkes
tersebut juga disaksikan oleh perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan, Sri Kusmardinah, SKM , staf Seksi Farmasi, Alkes dan Obtrakos.
Pemusnahan obat yang berupa sediaan padat dilakukan dengan cara mengeluarkan
isinya kemudian melarutkan  dalam air dan kemasannya dibakar.
• Sedangkan sediaan yang berupa cair, isinya dikeluarkan dan botol kemasannya
dihancurkan. Sementara itu produk-produk alkes dimusnahkan dengan cara dibakar
pada sebuah tempat yang sudah disiapkan. Sisa hasil pemusnahan tersebut
seluruhnya dimasukkan pada sebuah lubang dan ditimbun dengan tanah.
• Pihak PBF PT Yamhatevy Paran Mandiri membuat Berita Acara Pemusnahan yang
ditanda tangani oleh  Apoteker penanggung jawab PBF, pimpinan PBF,  saksi 
Petugas dari BBPOM di Banjarmasin serta saksi dari Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan.
Kesimpulan

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Non Klinik


meliputi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai seperti
Pemilihan, Perencanaan, Pengadaan, Penerimaan,
Penyimpanan, Pendistribusian, Pemusnahan dan
Penarikan, Pengendalian, Adminstrasi, Pelaporan,
Pembinaan, Pengawasan dan Evaluasi.

All our dreams can come true if we
have the courage to pursue them.

—Walt Disney

Anda mungkin juga menyukai