Anda di halaman 1dari 35

HUKUM PERSAINGAN USAHA

DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN


KURNIAWAN
(kurniawan3377@gmail.com/08175716487)
KPPU
• Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah
sebuah lembaga independen di Indonesia yang dibentuk
untuk memenuhi amanat Undang-Undang no. 5 tahun
1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat;
• Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah komisi yang
dibentuk untuk mengawasi pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat (Pasal 1
angka 18 UU Anti Monopoli)
Keanggotaan KPPU
• Komisi terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota,
seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan sekurangnya-
kurangnya 7 (tujuh) orang anggota.
• Anggota Komisi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
• Masa jabatan anggota Komisi adalah 5 (lima) tahun dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
• jabatan berikutnya.
• Apabila karena berakhirnya masa jabatan akan terjadi
kekosongan dalam keanggotaan Komisi, maka masa jabatan
anggota dapat diperpanjang sampai pengangkatan anggota
baru.
Pasal 31 UU /1999.
Keanggotaan KPPU
• Komisi terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota,
seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan sekurangnya-
kurangnya 7 (tujuh) orang anggota.
• Anggota Komisi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
• Masa jabatan anggota Komisi adalah 5 (lima) tahun dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
• jabatan berikutnya.
• Apabila karena berakhirnya masa jabatan akan terjadi
kekosongan dalam keanggotaan Komisi, maka masa jabatan
anggota dapat diperpanjang sampai pengangkatan anggota
baru.
Pasal 31 UU /1999.
Persyaratan keanggotaan Komisi
• Warga Negara Republik Indonesia, berusia sekurang-
kurangnya 30 (tiga puluh) tahun dan setinggitingginya 60
(enam puluh) tahun pada saat pengangkatan;
• setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
• beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
• jujur, adil dan berkelakuan baik;
• bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia;
• berpengalaman dalam bidang usaha atau mempunyai
pengetahuan dan keahlian di bidang hukum dan atau ekonomi;
• tidak pernah dipidana;
• tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan; dan
• tidak terafiliasi dengan suatu badan usaha.
KPPU menjalankan tugas untuk mengawasi tiga hal
• Perjanjian yang dilarang, yaitu melakukan perjanjian dengan pihak
lain untuk secara bersama-sama mengontrol produksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat menyebabkan praktik
monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat seperti perjanjian
penetapan harga, diskriminasi harga, boikot, perjanjian tertutup,
oligopoli, predatory pricing, pembagian wilayah, kartel, trust
(persekutuan), dan perjanjian dengan pihak luar negeri yang dapat
menyebabkan persaingan usaha tidak sehat.
• Kegiatan yang dilarang, yaitu melakukan kontrol produksi dan/atau
pemasaran melalui pengaturan pasokan, pengaturan pasar yang
dapat menyebabkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha
tidak sehat.
• Posisi dominan, pelaku usaha yang menyalahgunakan posisi
dominan yang dimilikinya untuk membatasi pasar, menghalangi hak-
hak konsumen, atau menghambat bisnis pelaku usaha lain.
Tugas KPPU
• melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam
Pasal 4 sampai dengan Pasal 16;
• melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau
tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24;
• melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya
penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai dengan
Pasal 28;
Tugas KPPU
• mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi
sebagaimana diatur dalam Pasal 36;
• memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan
Pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat;
• menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan
dengan Undang-undang ini;
• memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja
Komisi kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Wewenang KPPU
• menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang
dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
• melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau
tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
• melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan
oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh Komisi
sebagai hasil penelitiannya;
• menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau
tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
• memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan undang-undang ini;
• memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang
dianggap mengetahuipelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini;
Wewenang KPPU
• meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,
saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan
huruf f, yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi;
• meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya
dengan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha
yang melanggar ketentuan undang-undang ini;
• mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat
bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;
• memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di
pihak pelaku usaha lain atau masyarakat;
• memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga
melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
• menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku
usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.
Pembuktian dalam KPPU
• Dalam pembuktian, KPPU menggunakan unsur
pembuktian per se illegal, yaitu sekedar membuktikan ada
tidaknya perbuatan, dan pembuktian rule of reason, yang
selain mempertanyakan eksistensi perbuatan juga melihat
dampak yang ditimbulkan
Alat bukti
Alat-alat bukti pemeriksaan berupa:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat dan atau dokumen;
d. petunjuk;
e. keterangan pelaku usaha
Alamat KPPU
• Sekretariat KPPU
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Jalan Ir. H. Juanda 36
Jakarta 10120
Indonesia
Telepon: 62-21-350 7015, 350 7016, 350 7043
Faksimili: 62-21-350 7008
email:infokom@kppu.go.id
Kantor Perwakilan KPPU
• Kantor Perwakilan I KPPU berada di Medan, Kantor
Perwakilan II KPPU di Lampung, Kantor Perwakilan III
KPPU berada di Bandung, Kantor Perwakilan IV KPPU
berada di Surabaya, Kantor Perwakilan V KPPU berada
di Balikpapan, dan Kantor Perwakilan VI KPPU berada di
Makassar.
15

Proses Hukum di KPPU


Laporan
Pemeriksaan pendahuluan
Pemeriksaan lanjutan
Putusan
Pasca putusan
16

Proses Hukum di KPPU

Inisiatif
KPPU Penyidikan

Pemeriksaan
Pemeriksaan Pemeriksaan
Pemeriksaan
Laporan Pendahuluan
Pendahuluan Lanjutan
Lanjutan

Pembuatan
Pembuatan Pembacaan
Pembacaan
Putusan
Putusan Putusan
Putusan

Pelaksanaan
Pelaksanaan
Putusan
Putusan
17

Proses Hukum di KPPU


Sumber Perkara
 Laporan:
1. Setiap orang yg mengetahui terjadinya dugaan
pelanggaran terhadap UU {Pasal 38 ayat (1) UU No.5/1999}
2. Pihak yang dirugikan {Pasal 38 ayat (2) UU No.5/1999}

 Inisiatif KPPU {Pasal 40 ayat (1) UU No.5/1999}


18

Proses Hukum di KPPU


Pemeriksaan Pendahuluan:
Jangka waktu 30 hari {Pasal 39 ayat (1) UU No.5/1999}
Untuk menetapkan perlu atau tidaknya dilakukan
pemeriksaan lanjutan {Pasal 39 ayat (1) UU No.5/1999}
19

Proses Hukum di KPPU


Pemeriksaan Lanjutan:
Jangka waktu 60 hari dan dapat diperpanjang paling lama
30 hari {Pasal 43 ayat (1) dan (2) UU No.5/1999}

KPPU wajib melakukan pemeriksaan terhadap pelaku


usaha yg dilaporkan {Pasal 39 ayat (2) UU No.5/1999}

KPPU wajib menjaga kerahasian informasi yg diperoleh


dari pelaku usaha yg dikatagorikan rahasia perusahaan
{Pasal 39 ayat (3) UU No.5/1999}

KPPU dapat mendengarkan keterangan saksi, saksi ahli


atau pihak lain {Pasal 39 ayat (4) UU No.5/1999}
ditha.wiradiputra@ui.edu 20

Proses Hukum di KPPU


Pemeriksaan Lanjutan:
Pelaku usaha dan atau pihak lain yg diperiksa wajib
menyerahkan alat bukti yg diperlukan dalam penyelidikan
& pemeriksaan {Pasal 41 ayat (1) UU No.5/1999}

Pelaku usaha dilarang menolak diperiksa, memberikan


informasi atau menghambat proses pemeriksaan {Pasal 41
ayat (2) UU No.5/1999}

KPPU dapat menyerahkan kepada penyidik untuk


dilakukan penyidikan sesuai dgn ketentuan yg berlaku
apabila pelaku usaha melanggar ketentuan di atas {Pasal 41
ayat (3) UU No.5/1999}
21

Proses Hukum di KPPU


Pemeriksaan lanjutan:
Alat bukti pemeriksaan KPPU berupa:
Keterangan saksi
Keterangan ahli
Surat dan atau dokumen
Petunjuk
Keterangan pelaku usaha
(Pasal 42 UU No.5/1999)
ditha.wiradiputra@ui.edu 22

Proses Hukum di KPPU


Putusan:
Selambat-lambatnya 30 hari terhitung sejak
selesainya pemeriksaan lanjutan {Pasal 43 ayat (3) UU
No.5/1999}

Harus dibacakan dalam suatu sidang yang


dinyatakan terbuka untuk umum dan segera
diberitahukan kepada pelaku usaha {Pasal 43 ayat (4)
UU No.5/1999}
ditha.wiradiputra@ui.edu 23

Proses Hukum di KPPU


Pasca Putusan:
 Pelaku usaha menerima dan melaksanakan putusan {Pasal
44 ayat (1) UU No.5/1999}

 Pelaku usaha tidak menerima dan mengajukan keberatan


ke PN {pasal 44 ayat (2) UU No.5/1999}

 Pelaku usaha tidak menerima dan tidak juga mengajukan


keberatan ke PN maka KPPU menyerahkan putusan
kepada Penyidik untuk melakukan penyidikan {pasal 44 ayat (4)
UU No.5/1999}
ditha.wiradiputra@ui.edu 24

Agenda
Pendahuluan
Dasar Hukum
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Proses Hukum di KPPU
Proses Hukum di Pengadilan Negeri
Proses Hukum di Mahkamah Agung
25

Proses Hukum di PN
Keberatan terhadap Putusan KPPU hanya diajukan
pelaku usaha terlapor kepada PN ditempat kedudukan
usaha pelaku usaha tersebut {Pasal 2 ayat (1) PERMA
No.3/2005}

Jika Keberatan diajukan lebih dari 1 pelaku usaha untuk


putusan KPPU yg sama, dan memiliki kedudukan hukum
yg sama, perkara tersebut harus didaftar dengan nomor
yg sama {Pasal 4 ayat (3) PERMA No.3/2005}

Namun jika berbeda tempat kedudukan hukumnya, KPPU


dapat mengajukan permohonan tertulis kepada MA untuk
menunjuk salah satu PN disertai usulan Pengadilan mana
yang akan memeriksa keberatan tersebut {Pasal 4 ayat (4)
PERMA No.3/2005}
ditha.wiradiputra@ui.edu 26

Proses Hukum di PN
PN harus memeriksa keberatan pelaku usaha dalam waktu 14 hari
sejak diterimanya keberatan {Pasal 45 ayat (1) UU No.5/1999}

Ketua PN menunjuk hakim yg sedapat mungkin terdiri dari hakim yg


mempunyai pengetahuan yg cukup di bidang hukum persaingan
usaha {Pasal 5 ayat (1) PERMA No.3/2005}

KPPU wajib menyerahkan putusan dan berkas perkaranya kepada


PN yg memeriksa perkara keberatan pada hari persidangan pertama
{Pasal 5 ayat (2) PERMA No.3/2005}

Pemeriksaan dilakukan tanpa melalui proses mediasi {Pasal 5 ayat (3)


PERMA No.3/2005}
27

Proses Hukum di PN
Dalam hal Majelis hakim berpendapat perlu pemeriksaan
tambahan maka melalui putusan sela memerintahkan
kepada KPPU untuk dilakukan pemeriksaan tambahan
{Pasal 6 ayat (1) PERMA No.3/2005}

Dalam hal perkara dikembalikan sisa waktu pemeriksaan


keberatan ditangguhkan {Pasal 6 ayat (3) PERMA No.3/2005}

PN harus memberikan putusan dalam waktu 30 hari sejak


dimulanya pemeriksaan keberatan {Pasal 45 ayat (2) UU
No.5/1999}
28

Proses Hukum di MA
KPPU (termohon keberatan) maupun pelaku
usaha (pemohon keberatan) dapat mengajukan
kasasi {Pasal 45 ayat (3) UU No.5/1999}
MA harus memberikan putusan dalam waktu 30
hari sejak permohonan kasasi diterima {Pasal 45 ayat
(4) UU No.5/1999}
29

tambahan
SANKSI PIDANA

PIDANA POKOK

Pasal 48

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9sampai dengan Pasal 14, Pasal 16 sampai
dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana denda serendah-rendahnya
Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp.
100.000.000.000,00 (seratus milar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda
selamalamanya 6 (enam) bulan.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal 20 sampai
dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-Undang ini diancam pidana denda serendahrendahnya
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar) rupiah dan setinggi-tingginya
Rp.25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-Undang ini diancam pidana denda
serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau pidana kurungan pengganti denda selamalamya
3 (tiga) bulan.
30

tambahan
PIDANA TAMBAHAN

Pasal 49

Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum


Pidana, terhadap pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat
dijatuhkan pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha
b. larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan
pelanggaran terhadap Undang-Undang ini untuk menduduki jabatan
direksi atau komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahundan
selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau
c. penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang
menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak lain.
UU CIPTA KERJA

 DPR-RI mengesahkan RUU Cipta Kerja tanggal


5 Oktober 2020;
 Presiden menandatangi UU Cipta Kerja 2
November 2020 Presiden Joko Widodo
 Meski terjadi pro kontra Rancangan Undang-
Undang Sapu Jagat atau Omnibus Law tetap
diundangkan dalam Undang-Undang No.11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Ciptaker).
 UU Cipta Kerja berjumlah 1.187 halaman
Pengaturan Hukum Persaingan Usaha
dalam UU Cipta KERJA

• Pada UU Cipta Kerja Hukum Persaingan Usaha diatur


pada bagian kesebelas BAB VI tentang Kemudahan
Berusaha;
• Pada Pasal 118 dinyatakan bahwa beberapa pasal dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 diubah dan
dihapus yaitu:
• Pasal yang diubah adalah Pasal 44, Pasal 45, Pasal 47 dan
Pasal 48.
• Pasal yang dihapus adalah Pasal 49
POIN PERUBAHAN
hukum persaingan Usaha dalam UU CIPTA
KERJA
• Perubahan upaya keberatan dari Pengadilan
Negeri ke Pengadilan Niaga;
• Penghapusan jangka waktu penanganan
upaya keberatan oleh Pengadilan Niaga dan
Mahkamah Agung;
• Penghapusan batasan denda maksimal;
• Penghapusan sanksi pidana, sanksi pidana
tambahan
Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2019
PASCA UU CIPTA
KERJA

Pengadilan
Niaga

UU CIPTA KERJA
P. Negeri-P. Niaga
MA tidak diberi batas
waktu

Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai