Anda di halaman 1dari 52

KESELAMATAN TRANSPORTASI DAN

LINGKUNGAN
EVA WAHYU INDRIYATI

JURUSAN TEKNIK SIPIL, FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS

KESELAMATAN TRANSPORTASI DAN LINGKUNGAN


EVA WAHYU INDRIYATI

JURUSAN TEKNIK SIPIL, FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKTOR MANUSIA DALAM KESELAMATAN
LALULINTAS

 Kondisi fisik dan motorik,


 Umur/usia,
 Kemampuan dan Penglihatan,
 IQ,
 Psychological State
 Accident Proneness
 Anxiety-Aggression
PROBLEMA KESELAMATAN LALU LINTAS

 Kompetisi kebutuhan antara “moving” dan “access traffic”


 Mempertimbangkan karakteristik manusia dalam perancangan sistem,
 Pengaturan pada lalulintas tercampur
KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN
KEGIATAN KESELAMATAN
TRANSPORTASI DARAT
PENDEKATAN SISTEM PENANGANAN
KESELAMATAN LLAJ

Pilar-1 : Manajemen
Keselamatan Jalan
Pilar-2 : Jalan yang
Berkeselamatan
Pilar-3 : Kendaraan yang
Berkeselamatan
Pilar-4 : Perilaku Pengguna Jalan
yang Berkeselamatan
Pilar-5 : Penanganan Korban Pasca
Kecelakaan
PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN
DITJEN HUBDAT

PILAR I : MANAJEMEN KESELAMATAN JALAN


1. Penyelarasan dan Koordinasi Keselamatan Jalan
Program aksi yang telah dilakukan :
a. Peningkatan Kapasitas Manajemen Keselamatan Transportasi Darat
b. Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan Jalan Tingkat Nasional
c. Inventarisasi Kinerja Manajemen Keselamatan Transportasi Darat
d. Analisis Keselamatan Transportasi Darat Melalui Media Cetak
e. Penyusunan Program Kerja Keselamatan Transportasi Darat
f. Penyusunan Potret Direktorat Keselamatan Transportasi Darat
2. Kemitraan Keselamatan Jalan
Program aksi yang telah dilakukan :
a. Workshop Manajemen Kampanye Keselamatan
b. Workshop Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Sadar Keselamatan (KMSK)
3. Sistem Manajemen Keselamatan Angkutan Umum
Program aksi yang telah dilakukan :
a. Workshop Sistem Manajemen Keselamatan bagi Perusahaan Angkutan Umum
b. Bimbingan Teknis Pembinaan Keselamatan bagi Perusahaan Angkutan Umum
c. Pelaksanaan Program Aksi Peningkatan Kapasitas Pengemudi AKAP, B3
(Berat, Beracun, Berbahaya), Taksi dan Pariwisata
d. Pemilihan Awak Kendaraan Umum Teladan
e. Peningkatan Kapasitas Pengemudi Kendaraan Angkutan Umum
4. Sistem Manajemen Keselamatan pada Ruas Jalan
Program aksi yang telah dilakukan :
a. Bimbingan Teknis di Bidang Audit Keselamatan Jalan
b. Bimbingan Teknis di Bidang Identifikasi DRK
c. Bimbingan Teknis di Bidang Inspeksi Keselamatan Jalan
d. Workshop Audit dan Inspeksi Keselamatan Jalan
PILAR II : JALAN YANG BERKESELAMATAN
1. Perencanaan dan Pelaksanaan Perlengkapan Jalan
Program aksi yang telah dilakukan :
a. Identifikasi Potensi/Resiko Kecelakaan pada Perlintasan Sebidang di Provinsi
DIY, Jawa Timur dan Jawa Tengah (tahun 2013 dan 2014)
b. Penyusunan Data Base Audit dan Inspeksi Keselamatan Jalan dan DRK
c. Survei Investigasi Desain (SID) dan DED Daerah Rawan Kecelakaan di
Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan
Baratdan Sumatera Utara (tahun 2013 - 2014)
d. Perbaikan DRK di Provinsi Bali dan NTB (Tahap I) dan Puncak (Ciloto dan
Bangbayang) (tahun 2013 - 2014)
e. Penanganan Daerah Potensi Bahaya Kecelakaan di Provinsi Jawa Tengah
(tahun 2013)
f. Pelaksanaan Audit Jalan Nasional di Provinsi Lampung ,Sumatera Selatan,
Gorontalo dan Sulawesi Utara (Tahun 2013 -2014)
g. Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Prasarana Jalan di Provinsi Riau, Jambi,
Bengkulu , Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Tahun 2013 -2014(
h. Inspeksi Keselamatan Transportasi Darat
2. Penerapan Manajemen Kecepatan
Permenhub No 111 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Batas Kecepatan
a. Identifikasi Potensi/Resiko Kecelakaan pada Perlintasan Sebidang di Provinsi
DIY, Jawa Timur dan Jawa Tengah (tahun 2013 dan 2014)
b. Penyusunan Data Base Audit dan Inspeksi Keselamatan Jalan dan DRK
c. Survei Investigasi Desain (SID) dan DED Daerah Rawan Kecelakaan di
Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan
Baratdan Sumatera Utara (tahun 2013 - 2014)
d. Perbaikan DRK di Provinsi Bali dan NTB (Tahap I) dan Puncak (Ciloto dan
Bangbayang) (tahun 2013 - 2014)
PILAR III : KENDARAAN YANG BERKESELAMATAN
a. Pelaksanaan Uji Tipe dan Uji Berkala Kendaraan Bermotor;
b. Beberapa Daerah/Kota seperti Surabaya, dan Denpasar sudah Menerapkan
Pengujian Drive-thru;
c. Bogor telah Menerapkan Pengujian Elektronik;
d. Sejak tahun 2013 telah dibangun Sistem Data Base untuk Pengujian Kendaraan
Bermotor;
e. Tahun 2014 mulai dilaksanakan Evaluasi Pelaksanaan Pengujian Kendaraan
Bermotor pasca Otonomi Daerah;
f. Tahun 2014 mulai dilaksanakan Evaluasi terhadap Unit-Unit Pelaksana Uji Berkala
di Kabupaten/Kota;
g. Melengkapi peralatan uji di setiap Kabupaten/Kota;
PILAR IV : PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG BERKESELAMATAN
1. Kampanye Keselamatan
Program aksi yang telah dilakukan :
a. Sosialisasi Keselamatan melalui Televisi, Radio dan Media Cetak
b. Pembuatan Filler (Film Animasi Keselamatan Serial Zeta)
c. Pembuatan dan Penayangan Reality Show
d. Pelaksanaan Pekan Nasional Keselamatan Jalan
e. Event Pekan Keselamatan ke-8 di Daerah
f. Pembuatan dan Penyusunan Bahan Sosialisasi Keselamatan
g. Pengadaan Helm Keselamatan
DASAR-DASAR ANGKA KECELAKAAN

1. Population-Base Rates (Angka berdasar populasi)


 Jumlah penduduk
 Jumlah kendaraan yang terdaftar
 Jumlah SIM
 Jarak mil jalan (Highway milleage)
2. Exposure-Base Rates (Angka berdasar perolehan)
 Perjalanan kendaraan-mil (kendaraan-km)
 Perjalanan kendaraan-jam
ANGKA KECELAKAAN

 Angka kecelakaan secara umum menggambarkan kecelakaan total yang terjadi.


 Angka kematian menggambarkan kecelakaan yang parah.
 Angka keterlibatan kecelakaan menggambarkan tipe kendaraan dan pengemudi
yang terlibat dalam kecelakaan.
1. Accident Rate Per Mile (Angka Kecelakaan Per Mil)
Kecelakaan berbahaya total diekspresikan sebagai jumlah kecelakaan dari semua
tipe per mil dari setiap jalan:

  
R = angka kecelakaan total per mil setiap tahun
A = jumlah total dari kecelakaan yang terjadi setahun
L = panjang dari bagian jalan yang dikontrol dalam mil
2. Accident Involvement Rates (Angka Keterlibatan Kecelakaan)
Keterlibatan kecelakaan diekspresikan sebagai jumlah pengemudi kendaraan
dengan karakteristik yang pasti terlibat dalam kecelakaan per 100 juta vehicle-miles
perjalanannya.

  

R = keterlibatan kecelakaan per 100 juta vehicle-miles


N = total jumlah pengemudi kendaraan yang terlibat kecelakaan selama
penelitian
V = vehicle-miles dari perjalanan di bagian jalan selama periode penelitian
3. Death Rate Base On Population (Angka Kematian Berdasar Populasi)
Bahaya lalu lintas untuk kehidupan masyarakat dinyatakan sebagai jumlah
kematian lalu lintas (traffic fatalities) per 100.000 kendaraan terdaftar.

  
R = angka kematian per 100.000 populasi
B = jumlah total kematian lalulintas dalam setahun
P = populasi dari daerah
4. Death Rate Base on Regristration (Angka Kematian Berdasar Registrasi)
Bahaya lalulintas untuk kehidupan masyarakat diekspresikan sebagai jumlah dari
kematian lalulintas per 10.000 kendaraan terdaftar.

  
R = angka kematian per 10.000 kendaraan terdaftar
B = jumlah total kematian lalulintas dalam setahun
M = jumlah registrasi kendaraan motor di derah tersebut
5. Accident Base Rate on Vehicle-Mile of Travel (Angka Kecelakaan Berdasar
Perjalanan Kend-Mil)
Bahaya lalulintas diekspresikan sebagai jumlah kecelakaan per 100 juta perjalanan
kendaraan-mil (km). Kebenaran perolehan pada kecelakaan mungkin lebih
mendekati dengan dasar jarak mil dari perjalanan kendaraan motor daripada
populasi atau registrasi.
  

R = angka kematian per 100.000.000 vehicle-miles


C = jumlah kecelakaan (kematian atau luka-luka atau kecelakaan total) dalam
setahun
V = vehicle miles perjalanan dalam setahun
6. Severity Index (Indeks Kekasaran)
Severity Index (Indeks Kekasaran) adalah jumlah kefatalan (kematian) tiap
kecelakaan

  
SI = Severity Index
F = banyaknya kefatalan (kematian) dalam setahun/waktu tertentu
A = jumlah seluruh kecelakaan pada ruas jalan setahun/waktu tertentu
INDIKATOR KESELAMATAN TRANSPORTASI

Indikator keselamatan transportasi antara lain dikukur berdasarkan:


a. tingkat kecelakaan lalu lintas,
b. kepadatan kecelakaan lalu lintas,
c. tingkat pelanggaran lalu lintas,
d. tingkat perbandingan antara fasilitas UGD/IGD terhadap populasi kendaraan
dan populasi penduduk.
TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS

 Tingkat kecelakaan merupakan ukuran relatif jumlah kecelakaan terhadap populasi


kendaraan per jumlah pergerakan lalu lintas dalam satu kilometer.
 Tingkat kecelakaan disajikan dalam satuan kecelakaan per 10.000 kendaraan.
1. Tingkat Kecelakaan
Tingkat kecelakaan merupakan ukuran relatif jumlah kecelakaan terhadap populasi
kendaraan per jumlah pergerakan lalu lintas dalam satu kilometer.
Tingkat kecelakaan disajikan dalam satuan kecelakaan per 10.000 kendaraan.

  
2. Kepadatan Kecelakaan
a. Kepadatan per Panjang Ruas Jalan
Tingkat kepadatan kecelakaan per populasi panjang ruas bisa dinyatakan
sebagai perbandingan jumlah kecelakaan per panjang ruas jalan, dalam satuan
kecelakaan per 1.000 panjang ruas jalan.
  
b. Kepadatan per Luas Wilayah
Tingkat kepadatan kecelakaan berdasarkan luas wilayah (per hektar) ditentukan
dari perbandingan jumlah kecelakaan per luas wilayah kota dalam satuan
kecelakaan per 1.000 ha.

  
c. Kepadatan per Populasi Penduduk
Tingkat kepadatan kecelakaan per populasi penduduk ditentukan dari jumlah
kecelakaan per jumlah populasi penduduk dalam satuan kecelakaan per satu juta
penduduk.

  
3. Kecelakaan per Jenis Kendaraan
Tingkat keterlibatan kendaraan dalam kecelakaan merupakan ukuran relatif
perbandingan masing-masing jumlah kendaraan yang terlibat per total populasi
kendaraan yang diberikan dalam satuan jenis kendaraan per satu juta kendaraan

  
4. Fasilitas UGD/IGD
a. Tingkat fasilitas UGD/IGD per populasi penduduk dalam satuan fasilitas per
satu juta penduduk

  
b. Tingkat Fasilitas UGD/IGD per populasi kendaraan dalam satuan fasilitas per
satu juta kendaraan

  
5. Pelanggaran Lalu Lintas
a. Tingkat pelanggaran lalu lintas per jenis kendaraan
Tingkat pelanggaran masing-masing jenis kendaraan terhadap populasi
kendaraan dalam satuan jumlah pelanggaran dari tiap jenis per satu juta populasi
kendaraan.
  
b. Tingkat pelanggaran lalu lintas per jenis pelanggaran
Tingkat pelanggaran masing-masing jenis pelanggaran terhadap populasi
kendaraan dalam satuan jumlah pelanggaran dari tiap jenis pelanggaran per satu
juta populasi kendaraan

  
IDENTIFIKASI LOKASI RAWAN KECELAKAAN

Identifikasi lokasi rawan kecelakaan lalu lintas pada dasarnya memberikan


suatu persyaratan penentuan lokasi kecelakaan terburuk atau lokasi rawan
kecelakaan yang memiliki prioritas tertinggi untuk mendapatkan penanganan.
1. Identifikasi Lokasi Kecelakaan Terburuk Berdasarkan Frekuensi Kecelakaan
Identifikasi 15 atau sekurang-kurangnya 10 lokasi kecelakaan (bila memungkinkan)
atau kurang dari 10 lokasi kecelakaan terburuk dilakukan berdasarkan frekuensi
kecelakaan tertinggi dari data kecelakaan selama 3 tahun berturut-turut atau
sekurang-kurangnya 2 tahun berturut-turut.
Teknik identifikasi lokasi kecelakaan tersebut antara lain:
a. Lokasi kecelakaan terburuk pada jaringan jalan perkotaan diidentifikasikan
dengan :
1) Sistem node berdasarkan nomor persimpangan.
2) Sistem link berdasarkan nomor ruas jalan.
Penomoran grid, simpul dan ruas jalan yang digunakan dapat mengacu pada
pedoman penomoran grid, simpul, dan ruas jalan perkotaan yang berlaku. Selain
itu sistem 3-L menyediakan fasilitas identifikasi node, ruas, dan sel yang
berlaku khusus untuk aplikasi tersebut.
b. Lokasi kecelakaan pada ruas jalan antar kota
Untuk mengeluarkan lokasi ruas jalan terburuk pada jalan antar kota dapat
dilakukan dengan sistem nomor ruas dan km melalui perangkat lunak Sistem-
3L.
2. Teknik Pemeringkatan Lokasi Kecelakaan
Teknik pemeringkatan lokasi kecelakaan antara lain dilakukan dengan pendekatan
tingkat kecelakaan dan statistik kendali mutu (quality control statistic) atau
pembobotan berdasarkan nilai kecelakaan.
a. Tingkat Kecelakaan
1) Perhitungan tingkat kecelakaan lalu lintas untuk lokasi persimpangan,
menggunakan rumus :
2) Perhitungan tingkat kecelakaan untuk ruas jalan, menggunakan rumus :
b. Pemeringkatan dengan Pendekatan Statistik Kendali Mutu untuk Jalan
Antar Kota
1) Penentuan lokasi rawan kecelakaan menggunakan statistik kendali mutu
sebagai kontrol-chart UCL (Upper Control Limit)

2) Segmen ruas jalan dengan dengan tingkat kecelakaan yang berada di atas
garis UCL didefinisikan sebagai lokasi rawan kecelakaan.
c. Pemeringkatan dengan Pembobotan Tingkat Kecelakaan Menggunakan
Konversi Biaya Kecelakaan
1) Memanfaatkan perbandingan nilai moneter dari biaya kecelakaan dengan
perbandingan :
2) Menggunakan angka ekivalen kecelakaan dengan sistem pembobotan,
yang mengacu kepada biaya kecelakaan
Angka Ekivalen Kecelakaan (AEK)
Tingkat Kecelakaan
Puslitbang Jalan Ditjen Hubdat Polri
Meninggal dunia (MD) 12 12 10
Luka berat (LB) 3 6 5
Luka ringan (LR) 3 3 1
Kerugian harta benda (PDO) 1 1 1
CONTOH

Data korban kecelakaan Jl. Timor Raya KM. 02 – KM. 11


Korban
No Lokasi Jumlah
MD LB LR
1 KM. 02 0 6 28 34
2 KM. 03 1 4 21 26
3 KM. 04 0 0 13 13
4 KM. 05 0 0 12 12
5 KM. 06 1 6 19 26
6 KM. 07 4 11 58 73
7 KM. 08 2 9 57 68
8 KM. 09 0 0 18 18
9 KM. 10 0 3 16 19
10 KM. 11 0 1 14 15
Jumlah 8 40 256 304
METODE AEK

AEK
No Ruas MD LB LR Rangking
(12xMD)+(6xLB)+(3xLR)
1 KM. 02 0 6 28 120 3
2 KM. 03 1 4 21 99 5
3 KM. 04 0 0 13 39 9
4 KM. 05 0 0 12 36 10
5 KM. 06 1 6 19 105 4
6 KM. 07 4 11 58 288 1
7 KM. 08 2 9 57 249 2
8 KM. 09 0 0 18 54 7
9 KM. 10 0 3 16 66 6
10 KM. 11 0 1 14 48 8
METODE UCL
Kelas Kecelakaan
No Ruas Jalan Jumlah Kasus
MD LB LR
1 Jl. Raya turut Desa Tlahab Lor, Kec. Karangreja 13 16 1 22
2 Jl. Raya turut Desa Tlahab Kidul, Kec. Karangreja 5 5 0 9
3 Jl. Raya turut Desa Brobot, Kec. Bojongsari 7 17 0 12
4 Jl. Raya turut Desa Gembong, Kec. Bojongsari 5 5 1 4
5 Jl. Raya turut Desa Selaganggeng, Kec. Mrebet 8 7 1 4
6 Jl. Raya turut Desa Mangunegara, Kec. Mrebet 5 6 0 6
7 Jl. Raya turut Desa Banjarsari, Kec. Bobotsari 7 8 0 4
8 Jl. Raya Mayjend. Sungkono turut Desa Blater, Kec. Kalimanah 11 12 0 4
9 Jl. Raya turut Desa Kembangan, Kec. Bukateja 8 8 0 6
10 Jl. Raya Purwandaru turut Desa/Kec. Bukateja 5 6 0 4
No Ruas Jalan MD LB LR
1 Jalan Raya turut Desa Jetis, Kec.Kemangkon 4 0 8
2 Jalan Raya Bayeman, Tlahab Lor, Karangreja 2 0 25
3 Jalan Raya turut Desa Sinduraja, Kec.Kaligondang 2 1 6
4 Jalan Raya turut Kel. Bojong, Kec. Purbalingga 2 0 3
5 Jalan Raya turut Pagutan, Desa/Kec. Bojongsari 2 0 2
6 Jalan Raya turut Desa Brobot, Kec. Bojongsari 2 0 0
7 Jalan Raya turut Desa Mangunegara, Kec. Mrebet 2 0 0
8 Jalan Raya turut Desa Gembong, Kec. Bojongsari 0 0 14
9 Jalan Raya Desa Karangduren, Kec. Bobotsari 1 0 4
10 Jalan Raya turut Desa Kutawis, Kec. Bukateja 1 0 3
11 Jalan Raya turut Kel. Purbalingga Kidul 1 0 2
12 Jalan Raya Wirasaba turut Kel. Purbalingga Lor 1 0 2
13 Jalan Raya Desa Kembangan, Kec. Bukateja 1 0 2
14 Jalan Raya turut Desa Kajongan, Kec. Bojongsari 0 0 6
15 Jalan Raya Jend. Ahmad Yani, Kec. Purbalingga 0 0 5
21 1 82

Anda mungkin juga menyukai